Renjun masih menjadi pendengar yang baik ketika Haechan dengan suka rela berbagi cerita selama ia tertidur lama bak seorang Putri Tidur, hanya mereka berdua tanpa gangguan Lucas ataupun Jeno.
Keduanya duduk bersila dan saling menghadap di atas ranjang, dengan berbagai cemilan yang berserakan disekitar tubuh kedunya.
"Aku gak tahu alasan pastinya tapi Chenle dirujuk ke Psychiatric Hospital," dahi Haechan berkerut tak nyaman, "berarti selama ini kita temenan sama anak yang—" Haechan memberikan gestur jari telunjuk di depan keningnya dengan posisi miring dan setelahnya ia bergidik ngeri, "duh, untung gak ketularan.."
Renjun bersedekap, kepalanya sedikit mendongak saat berpikir. "Tapi dia keliatan baik-baik aja tuh?"
Haechan mengangguk mantap. "Iya aku juga mikirnya gitu, tapi dia kumat disekolahan. Dan Jaemin yang ngelapor.." jeda sejenak, "dia terus aja berteriak di depan Jaemin sambil nunjuk-nunjuk muka, dia bilang bakal balas dendam dan buat dia menyesal.."
Haechan menghela napas beratnya, "yang lebih ngeri dia bilang 'Aku pastikan Renjun mati sekaligus kembaran sialannya! Dan termasuk kau!" Haehan menirukan suara Chenle yang berteriak seperti lumba-lumba, membuat Renjun sedikit tersenyum.
Haechan menggelengkan kepalanya menunjukkan seberapa ia bergidik karena ketakutan. "Aku kaget pas dia teriak begitu.."
Dahi Renjun berkerut. "Siapa Jaemin?"
Haechan melongo, baru sadar bahwa temannya tidak mengenal Jaemin. "Dia itu siswa baru, temen deket Renji—dia juga ikut jenguk kamu bareng Renji.."
"Tapi kok udah minggu aku sekolah, aku gak pernah liat dia? Gak lihat ada wajah baru tuh?"
Haechan memasukan kripik kedalam mulutnya sebelum menjawab, "dia menghilang pas kejadian itu, entah pindah atau gimana aku juga gak tahu, tapi mungkin Mark tahu.."
Kerutan di dahi Renjun semakin bertaut. "Mark?"
Melihat reaksi Renjun membuat Haechan menepuk dahinya. "Buset! Temen pacar sendiri gak tahu?"
"Emang Mark itu temennya Jeno?"
"Ya Tuhan!" Haechan mengeluh dramatis, "apa lo bener pacar Jeno sih? Sampe temennya aja gak tahu?"
Renjun menggendikan bahunya tidak peduli. "Gak mau ikut campur, kalo dia gak cerita ya aku gak tanya."
Haechan menggeleng tak percaya merasa ajaib dengan sifat sahabatnya.
"Tapi besok kayaknya aku mau nyari yang namanya Mark deh.."
Kini dahi Haechan yang berkerut. "Mau apa?"
"Entah.." Renjun menggendikan bahunya, "kayak harus ketemu aja."
Mata Haechan memincing, menatap penuh curiga pada Renjun yang mengalihkan pandangannya. "Lo gak lagi berencana selingkuh kan?"
Renjun melempar bantal dalam pangkuannya ke arah Haechan. "Sembarangan!"
...
Mark masih dalam posisinya, tengkurap di atas kasur empuknya tanpa ada niatan bergerak darisana. Tapi tarikan pada selimutnya membuatnya mengerang frustasi.
"Ayah! Aku masih ngantuk!"
Boo padahal ini masih sore dan pemuda bule itu baru saja tidur siang.
"Ayah-ayah! Siapa yang kau maksud Lee?"
Mata yang semula terpejam itu terbeliak kaget mendengar suara itu, dengan cepat membalik tubuhnya dan melihat seseorang yang tengah berdiri sambil bersedekap dada di samping ranjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary Soul (Flower Seeds Of Life) [COMPLETED]
FanfictionKetika sang Dewa kematian mengambil bunga kehidupannya. Jung Renjun harus bertahan hidup dengan raga saudaranya-sampai benih bunga kehidupan yang baru mekar kembali. •Adaptasi dan terinspirasi dari Webtoon• •Planning : 20 chapter for 20 day• •Star...