18. Back to Start from the Beginning (Mark Lee)

1.5K 267 25
                                    

Seharusnya Renjun senang dan ikut merasakan kebahagian yang dirasakan oleh kekasihnya, seharusnya. Tapi sayangnya ia tidak merasakannya, ia merasa takut. Takut kehilangan.

"Jadi kamu akan mengambilnya?"

Jeno tersenyum yang membuat kedua matanya membentuk bulan sabit yang indah. "Tentu saja itu impianku!"

Renjun ikut tersenyum, walau terkesan kaku. "Tapi jika kita berjauhan, kamu gak bakal lupa kan sama aku?"

Renjun menunduk, meremat kedua jemarinya dengan gugup, membuat kerutan di dahi Jeno. "Kenapa kamu berpikir seperti itu? Tidak mungkin aku melupakanmu.."

Renjun mendongak, menatap Jeno dengan kedua mata beningnya yang terlihat ragu. "Disana kamu bakal bertemu orang banyak, apa—"

Jeno tersenyum, mengusap rambut Renjun dengan sayang. "Seberapa banyak orang yang akan aku temui disana, tidak bisa membuatku lupa akan dirimu.." jeda sejenak saat Jeno menangkup jemari Renjun ditangannya, "lagipula aku perginya masih lama, kenapa terlalu berpikir terlalu jauh?"

Renjun ikut tersenyum, membalas genggaman Jeno sama eratnya. "Maaf dan terimakasih.."

"Ayo kembali ke kelas.."

Renjun mengangguk, ikut berjalan secara bersisian dengan Jeno.

"Aku kemarin menelponmu, tapi Mama yang menjawab katanya kamu pergi, kemana?"

Renjun menoleh menatap Jeno yang juga tengah memperhatikannya. "Aku mencari udara segar.."

Alis Jeno bertaut. "Tidak biasanya.."

Renjun menggendikan bahunya. "Memang biasanya aku melakukan apa?"

Jeno tersenyum tiga jari dan merangkul pundak Renjun mendekat. "Menelponku tentu saja."







...



"Kenapa bisa sampai sini?"

Renjun menoleh menatap seseorang yang mendekat kearahnya. "Mark?"

Mark mendekat dan mengangguk. "Iya. Kenapa sampai sini?"

Renjun menelengkan kepalanya bingung. "Memang tidak boleh?"

Mark menggendikan bahunya dan memberikan kotak susu kepada Renjun yang ia ambil dari kantong belanjaannya. "Terimakasih.."

"Heran saja, rumahmu kan agak jauh dari sini.."

Renjun terdiam, menatap kantong belanjaan Mark yang cukup besar. "Aku dari rumah Haechan," Renjun berujar.

"Ohh.. Haechan ya? Yang hitam manis itu?"

Renjun mengangguk. "Kamu kenal dia?"

Mark menggendikan bahunya. "Enggak, cuma tahu aja, rumahnya satu blok dari sini kan.."

Renjun berdecak kagum. "Kamu tahu banyak yah? Jangan-jangan kamu stalker yah? Dia udah punya pacar lohh.."

Mark kembali menggendikan bahunya tidak peduli. "Diakan cuma satu-satunya—eh salah satu orang idiot yang mau berjalan jauh dari rumah ke sekolah dengan pacarnya.."

Renjun berdecak sebal. "Eiy, dia itu sahabatku jangan mengatainya di depanku.."

"Kenapa?" tanya Mark dengan sebelah alis yang terangkat, "mau ngadu? Mau pukul?"

Temporary Soul (Flower Seeds Of Life) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang