Part 3.
Neta POV.
Sudah lima hari lamanya aku pergi dan pulang kerja selalu dengan Gilang.
Gilang yang dulu dengan sekarang sangat berbeda. Aku ingat sekali kalau dia dulu sering tersenyum, tertawa, dan sangat manja denganku, dia juga sangat terbuka dan suka curhat mengenai masalahnya. Tapi dia sekarang sangat pendiam, kaku , bahkan tidak pernah mau bertegur sapa denganku. Sampai semua berlalu begitu saja, sampai detik ini tanpa ada pertanyaan kenapa dia begitu ? Dan kini akhirnya kami sampai ke tahap ini ! Tahap di mana segala sesuatu tentang kami berdua terasa begitu asing dan canggung. Aku bahkan tidak ingat apa yang dia suka dan tidak dia suka. Tapi kenyataannya kini kami dipertemukan lewat kejadian ini, dan sekarang aku bisa apa, hanya harus mengikuti alurnya saja.
Dan Malam ini, kami ada kencan pertama, kami Dinner di Restauran dekat rumah, semua ini adalah rencana dari Keluarga kami yang heran, kenapa kami tidak juga dekat-dekat, padahal pergi dan pulang sudah selalu bersama. Ya, lagipula apa yang mereka harapkan dari hubungan kami yang canggung ini, semua tidak akan terjadi jika Gilang tidak ada di kamar ku pada malam itu.
Setelah Gilang datang, aku langsung keluar rumah dan dia membukakan pintu untuk aku masuk. Aku rasa dari semua tindakannya, hanya satu hal inilah yang membuatku melihat dia terlihat dewasa dan baik, selebihnya sangat arogan, sombong, dan jutek. Lalu kami akhirnya berangkat jam 7 malam, dan akhirnya sampai pukul setengah Delapan Malam di Restauran. Bahkan sampai Restauran pun tetap saja Gilang hanya cuek dan bungkam. Lalu aku lah yang mencoba untuk mencairkan kebosanan ini.
"Masih ingat ? Ini adalah Restauran yang dulu sering Keluarga kita datangi ?" Tanyaku pelan padanya.
"Enggak ingat lagi, memangnya pernah kesini ya ?"
"Pernah, udah lama sih, wajar saja kalau kamu lupa. Dan wajar saja, kalau keluarga kita memesan Restauran ini, karena mungkin tempat ini adalah tempat yang special untuk mereka."
"Ya,,mungkin seperti itulah." Jawabnya cuek.
Setelah itu aku tidak melanjutkan pembicaraan membosankan ini lagi, kami hanya diam sampai tiba di Restauran.
Setelah turun dari mobil dan kami berjalan menuju Restauran, tiba-tiba ketika aku berjalan, hampir saja aku terjatuh karena tersandung sesuatu, tapi Gilang yang tepat di sampingku memegangi pinggangku dan aku terselamatkan.
"Terima kasih, Gilang."
"Makanya, Hilssnya jangan tinggi-tinggi amat, menyusahkan diri sendiri kan." Lalu, dia berjalan mendahuluiku. Arghhh, dasar bocah tengik, sombong banget, apa sih masalah dia sama aku.
Setelah kami sudah duduk di tempat yang sudah di pesan, Kami langsung memesan makanan dan memakannya dengan cepat, tanpa ada canda tawa, dan cerita, lalu kami juga pulang dengan cepat juga. Sayangnya kalau Mama dan yang lain tahu, akhir dari makan malam kami yang sangat membosankan ini, pasti akan kesal dan kecewa banget , karena mereka gagal membuat kami menjadi dekat.
Setelah aku sampai di rumah, Gilang membukakan pintu untukku, dan mengantarku sampai depan pintu. Anehnya ketika sampai rumahku, rumah ini sangat sunyi, seperti tidak ada siapa-siapa di rumah. Memangnya mereka semua pada kemana ?
Aku menatap Gilang, lalu Gilang memasang muka datar tanpa ekspresi.
"Gilang, orang tua aku enggak ada di rumah?" Ucapku padanya.
"Terus ?." Tanyanya dengan raut wajah yang datar.
"Ya kamu tunggu aku lah, nanti kalau ada pencuri datang bagaimana?" Ucap ku padanya, Dasar Cowok enggak peka banget sih, masih aja nanya, giliran mau enaknya suka banget di rumah aku, giliran kayak gini pakai acara nanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Itu, Suamiku ! #1 [END]
RomantikBerondong Itu, Suamiku ! Menikah dengan anak remaja ? Memikirkannya saja sudah membuat hati gundah kelana. Kok bisa ? Itulah yang menjadi pertanyaan setiap orang yang mengenalku, bahkan terkadang diriku sendiri. Siapakah dia ? Dia adalah Tetanggaku...