Part 4.
Neta POV.
Apa yang sebenarnya ada diotak Gilang. Tadi dia menciumku. Dan jelas itu adalah sesuatu yang sangat aneh, tapi kenapa juga aku selalu tidak bisa berpikir jernih kalau berada di dekatnya. Mungkin ketika mabuk aku tidak merasakan apa-apa, tapi kondisiku semalam baik-baik saja dan dia juga, tapi kenapa kami bisa-bisanya terhanyut dan hampir melakukan hal itu lagi, aku kan dalam keadaan yang sangat sadar, tapi kenapa aku mau melakukan hal itu , terlebih lagi dengan Gilang ? Aku gila sangat gila. Ya ampun apa yang harus aku lakukan sebenarnya padanya.
"Neta...Neta, itu Gilang sudah jemput, sana pergi , buruan ." Seru Mamaku.
Dia sudah datang, aku langsung berlari mengambil Tas ku dan Keluar dari kamar, sebelum itu aku melihat sedikit mukaku di kaca , oke ... Sepertinya baik-baik saja.
Setelah aku turun dan bertemu dengannya, aku menatapnya malu mengingat kejadian semalam, tapi kenapa mukanya biasa-biasa saja.
"Yuk ..pergi, aku ada Meeting nih" Seruku pada Gilang.
Gilang menatapku malas, lalu berpamitan dengan Mamaku.
"Tante, Gilang pergi dulu ya." Pamit Gilang. Lalu aku mencium pipi Mamaku, dan Gilang mencium tangan Mamaku.
"Iya sayang, hati-hati ya. Gilang kamu jaga calon istri kamu itu, biar enggak pecicilan."
"Ih, Mama masak sama anak sendiri begitu sih ?" Protesku. Tapi ketika aku melihat Gilang, dia cuma tersenyum manis, sialan senyumannya sangat tampan, Gilang itu kenapa mudah sekali dia tersenyum dengan orang lain, sedangkan denganku selalu cuek dan jutek.
Diperjalanan.
"Kamu ya giliran sama Mama, atau sama yang lain saja, mudah banget senyum, coba giliran sama aku aja, juteknya kebangetan." Seruku padanya, dia tidak menjawab atau menggubrisku, dia hanya diam dan fokus menyetir.
"Gilang, orang ngomong itu jawab ?" Aku mencoba untuk membuat dia bicara., sudah lama kami pergi bersama seperti ini, tapi sifatnya tetap aja cuek dan jutek.
"Memang kamu Mama? Kan bukan." Balasnya kemudian.
"Iya sih,, tapi kan coba kek senyum dikit gitu."
"Tunggu kamu jadi Mama. Baru aku senyum."
Kata-kata macam apa itu? Dasar aneh ?
Beberapa Menit Kemudian.
"Sudah sampai itu, melamun aja, nanti kesambet . Aku juga yang ribet." Seru Gilang, membuyarkan lamunanku.
"Idihhhh..nih bocah." Seruku kesal.
"Jangan coba-coba sekali lagi Kakak panggil aku bocah." Ucapnya.
"Yayaya, Tuan !" Ucapku.
"Nanti malam aku ke pesta ulang tahun temanku, kamu mau ikut ?" Tanyanya. Dan aku langsung menatapnya.
"Apa ? Kok mendadak banget sih?"
"Kalau enggak mau ya sudah."
"Aku kan enggak bilang enggak mau, aku cuma bilang mendadak banget ."
"Memangnya apa bedanya, sama-sama seperti penolakan menurutku ?"
"Ya beda lah itukan menurut kamu, kamu kuliah tinggi-tinggi kok enggak bisa bedakan ?"
"Enggak ada sangkut pautnya sama Kuliah tinggi. Ya sudah turun sana, aku mau pergi kuliah, nanti aku jemput seperti biasa, terus malam nanti temani aku ke pesta." Aku hanya mengangguk lalu turun dari mobilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Itu, Suamiku ! #1 [END]
RomanceBerondong Itu, Suamiku ! Menikah dengan anak remaja ? Memikirkannya saja sudah membuat hati gundah kelana. Kok bisa ? Itulah yang menjadi pertanyaan setiap orang yang mengenalku, bahkan terkadang diriku sendiri. Siapakah dia ? Dia adalah Tetanggaku...