Part 13.
Neta POV.
"Kamu mau kuliah ya." Tanyaku pada Gilang yang sedang bersiap-siap.
"Iya lah Neta, masak mau main." Ucap Gilang.
"Ganti baju dulu sana." Seru ku.
"Kenapa Memang nya, ada yang salah dengan bajuku?" Gilang menatapku.
"Kamu seperti anak remaja banget, seperti belum menikah, nanti banyak yang merayu kamu lagi."
"Ya ampun Neta, enggak lah kan aku sudah menikah, mereka kan juga tahu aku sudah menikah."
"Ya Memang nya satu kampus tahu semua, palingan kan yang satu kelas kamu saja, sudahlah Gilang tinggal ganti baju saja kok susah banget sih, ganti sana. Pakai yang lebih kayak bapak-bapak gitu, lagian kan kamu sebentar lagi mau jadi Papa juga."
Gilang tampak keberatan.
"Aku sudah telat loh ini Neta, sudahlah ya enggak apa-apa, besok saja kamu pilihkan baju aku , jadi aku bisa pakai baju yang kamu mau. Sekarang aku pakai yang ini saja dulu, Nanti kalau aku sudah sampai di Kampus aku langsung telepon kamu ya, Aku bisa telat nih, aku pergi ya, kamu juga jangan lupa minum obatnya." Ucapnya, sambil menggenggam tanganku, meyakinkanku. Aku akhirnya luluh dan hanya mengangguk.
"Iya udah, kamu hati-hati ya perginya Gilang." Jawabku.
Lalu Gilang mencium puncak keningku.
"Aku pergi ya Neta, ingat jangan lupa minum obatnya."
"Iya, nanti aku minum kok."
"Ya, udah aku pergi ya." Lalu Gilang pergi masuk ke dalam mobilnya.
Selama di rumah , aku hanya duduk di belakang menikmati sinar matahari yang tidak terlalu terik, di rumah kosong, Andri kuliah, sedangkan Mama lagi main di rumah Mama Gilang lagi buat kue katanya. Karena aku sudah terlalu bosan sendirian akhirnya aku menyusul mereka.
"Mama." Panggilku ketika sudah masuk ke rumah Gilang.
"Nah loh, anak Mama datang."
"Duh, menantu Mama yang cantik datang. Sini-sini duduk dekat Mama sayang." Lalu aku menghampiri Mamanya Gilang, dan dia mencium keningku lalu mengelus lembut perut rataku.
"Mama lagi buat apa ?" Tanyaku.
"Kue Padamaran, kamu kan suka banget nih sama nih kue." Iya aku bisa menghabiskan 10 Padamaran dalam waktu cepat.
"Susah enggak buatnya Ma?" Tanyaku.
"Enggak terlalu kok, mau belajar buat enggak, sini Mama ajarkan."
"Duh, jangan deh nanti malah hancur kuenya Mbak Yu." Seru Mama ku, aku langsung melotot, tapi sih Memang benar, masak telor saja bisa dari warna putih dan kuning berubah jadi hitam sempurna.
"Papa mana Ma ?" Tanyaku pada Mama mertuaku.
"Lagi di Block C, lagi susun barang."
"Block C ? Bukannya itu Block yang baru dibangun ya Ma. Kenapa Mama mau pindah ke sana ?"
"Enggak, itu rumah dari kami semua untuk hadiah pernikahan kalian, nanti kalau sudah siap kalian bisa pindah ke sana dan bisa mandiri, tapi tetap enggak bisa jauh dari kami."
"Hah ? Maksud Mama rumah itu untuk aku sama Gilang, hadiah pernikahan kami , benaran Ma ?"
"Iya sayang, Mama sama Mama kamu dan Keluarga yang lainnya sudah setuju dan akhirnya kami membeli rumah itu untuk kalian, agar kalian bisa mandiri dan belajar membangun rumah tangga yang sempurna, apalagi kan sebentar lagi kalian akan punya anak, harus mempunyai privasi kan." Kejutan apalagi ini, tinggal pisah dari Mamaku adalah hal terakhir yang akan aku lakukan dalam hidupku, bahkan tidak pernah masuk ke dalam daftar keinginanku, aku tidak bisa apa-apa tanpa Mamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Itu, Suamiku ! #1 [END]
RomansaBerondong Itu, Suamiku ! Menikah dengan anak remaja ? Memikirkannya saja sudah membuat hati gundah kelana. Kok bisa ? Itulah yang menjadi pertanyaan setiap orang yang mengenalku, bahkan terkadang diriku sendiri. Siapakah dia ? Dia adalah Tetanggaku...