Rumah Baru.

20.3K 625 10
                                    

Part 14.

Author POV.

Neta menunggu Gilang mandi, dan setelah segar Neta memberikan Betadine dan plaster ke luka Gilang.

"Lah, buat apa Neta?" Tanya Gilang.

"Aku lihat kamu terluka tadi di dekat kaki, sini aku obatin nanti malah berbekas." Neta langsung menunduk dan menyentuh kaki Gilang, Gilang kaget dan menarik kakinya. Luka itu pasti tidak di sadari Gilang, di dapatkanya ketika dia harus memanjat pohon untuk mendapatkan mangga yang Neta inginkan.

"Tidak usah Neta, enggak perlu, lagian kan lukanya kecil enggak terasa sama sekali kok, aku bahkan tidak sadar ada luka disana."

"Enggak papa, sedikit saja sini aku bersihkan ya." Lalu Gilang tidak menolak lagi dan mengiyakan.

Setelah selesai Gilang yang sudah tampak kelelahan mengajak Neta untuk tidur.

"Neta, ngomong-ngomong kamu bahagia enggak sama aku ?" Tanya Gilang.

"Lah, tumben kok kamu tiba-tiba nanya gitu sih Gilang?"

"Enggak ada, aku nanya saja, kamu betah enggak sama aku. Kamu sudah siap belum untuk kita hidup mandiri ?"

"Apakah ini tentang rumah itu."

"Kamu sudah tau ?"

"Ya aku sudah tau, Mama kita memberitahukan ku tadi ketika di rumahmu."

"Jadi bagaimana menurutmu tentang itu ?"

"Hm, Aku sih tidak masalah, hanya saja kamu jangan banyak menuntut jika aku tidak bisa banyak memberikan kamu service di rumah."

Gilang tertawa dan mengelus rambut Neta.

"Apaan sih Neta, Memang nya kamu pelayan yang akan memberikan Service, aku enggak butuh kamu yang harus bisa ini, bisa itu, yang aku mau Cuma maunya kamu sehat dan anak kita juga sehat , itu saja sudah cukup kok, kalau masalah beres rumah tenang saja kita bisa saling membantu, dan jika nanti kita tidak bisa mengurusnya aku akan mencari Asisten rumah tangga untuk kita."

"Kamu yakin, kamu siap ya Gilang."

"Ya setidaknya kita enggak perlu menumpang kan, rasanya aneh saja seperti di awasi terus menerus."

"Oke lah kalau begitu, seorang istri kan harus mengikuti suaminya."

***

Hari ini Keluarga kami semua berkumpul di halaman belakang rumahku.

"Ada acara apa nih Ma?" Tanya Neta pada Mamanya.

"Acara Launching rumah baru kalian, nanti kita lihat sama-sama ya, semuanya sudah beres sudah bisa di tempati." Seru Mama Neta.

"Kok cepat banget sih pindah ya Ma. Aku belum siap Ma." Seru Neta yang manja.

"Enggak akan pernah ada yang namanya siap, kalian harus mengurus rumah tangga kalian sendiri. Gilang harus belajar bertanggung jawab apalagi kalian sebentar lagi akan memiliki anak." Seru Papa Gilang. Papa Gilang adalah sosok yang sangat jarang bicara, tapi kalau sudah bicara semua tidak ada yang berani membantahnya, kemudian suasana jadi hening seketika.

"Ayo kita makan, terus langsung menuju rumah baru Neta." Andri lah yang akhirnya berani memecahkan suasana hening. Lalu barulah semuanya kembali riang.

Setelah semua selesai makan, mereka langsung menuju rumah baru, ya di sini adalah perumahan elit di mana setiap rumahnya ada yang memiliki 2 lantai, atau 3 lantai. Sama seperti rumah Neta dan Rumah Gilang yang memiliki 2 lantai, begitu pula dengan Rumah baru mereka yang memiliki 2 lantai juga.

Mereka hanya berjalan sebentar, tidak sampai 3 menit dan kemudian terlihat rumah baru yang siap huni, sudah sangat terang dengan lampu-lampu yang menyala, rumah ini sangat bagus dan bergaya Modern.

"Jadi ini rumah baru kami ya Ma, Pa ?" Tanya Neta.

"Iya bagaimana kamu suka, kamu suka Gilang ?" Tanya Mamaku.

"Mama, Papa, ini terlalu besar untuk kami berdua." Seru Gilang.

"Tidak jika kalian banyak anak, makanya setelah nanti anak kalian lahir jangan menunda lagi langsung hamil saja lagi." Seru Mama Gilang, yang sontak membuat semua tertawa.

"Ya sudah yuk masuk kita lihat-lihat isi dalamnya." Lalu mereka semua masuk dan terpukau dengan isi dalamnya yang jauh lebih indah, dilengkapi dengan perabotan yang mewah, ini adalah lebih dari cukup untuk sekadar rumah hadiah pernikahan.

"Ma , ini semua untuk kami ?" Tanya Neta.

"Iya lah untuk kalian, lantas untuk siapa lagi."

"Ini sangat bagus, aku sangat suka." Neta langsung berkeliling melihat semua celah yang ada di dalam Rumah ini.

"Ma, ini bagus sekali, nanti kalau aku nikah aku akan di berikan rumah seperti ini juga enggak Ma." Tanya Andri.

"Ya semua tergantung."

"Hah ! Tergantung apalagi Ma ?"

"Tergantung, kamu penurut apa enggak, melihat kamu yang sekarang bandelnya minta ampun , Mama pikir kamu cukup tinggal sama kami selamanya biar kami awasi terus." Seru Mama Andri yang membuat Andri jadi kesal. Dan yang lain tertawa keras.

Setelah puas melihat semua isi rumah, akhirnya mereka pulang. Neta dan Gilang belum tidur di rumah baru, mereka akan tidur di sana setelah dibersihkan.

"Pokoknya walaupun kalian tinggal pisah, Mama dan Mbak Yu akan sering datang dan melihat kalian, soal makanan jangan dipikirkan , Mama tahu kok menantu kesayangan Mama ini belum bisa masak, kamu pelan-pelan saja belajar sama Mama ya, nanti kalau sudah bisa baru kamu kami lepas, tapi untuk sekarang biar Mama ajarkan satu persatu." Seru Mama Gilang, Neta mengangguk sambil tersenyum bahagia.

Neta dan Gilang masuk kekamar mereka untuk istirahat, di dalam kamar Neta duduk di depan meja hiasnya, membersihkan mukanya.

Setelahnya dia menghampiri Gilang yang sedang melihat Ipadnya.

"Kamu lagi apa Gilang ?" Tanya Neta.

"Enggak ada Cuma lihat-lihat dunia, ada berita apa hari ini. Oh iya Neta, bolehkah aku menyentuh perutmu." Tanya Gilang. Neta jadi canggung, entah kenapa Neta masih suka canggung terhadap Gilang.

"Apakah kau ingin menyentuhnya, tapi dia masih rata, tidak ada apapun ." Seru Neta sambil mengelus perutnya.

"Ya Aku hanya ingin menyentuhnya, apakah boleh."

"Ya tentu saja sentuhlah, ini Anakmu." Lalu Neta mengarah lebih dekat pada Gilang, dia berdiri di depan Gilang. Tangan Gilang perlahan menyentuh perut rata Neta, dia mengelusnya lagi dan lagi.

"Bolehkah aku membukanya, aku ingin melihat perutmu yang rata." Pinta Gilang, Neta semakin tidak karuan.

"Apakah kau ingin melihatnya.?"

"Ya, apakah boleh ?" Neta mengangguk, lalu Gilang membuka baju tidur Neta dan tampak di sana terlihat perut rata Neta yang sangat putih dan ramping tanpa cacat, sangat indah.

"Aku sangat takjub bagaimana ada kehidupan yang tumbuh di dalam perut seseorang, dan kehidupan itu berasal dari separuh diriku." Neta tersenyum, Gilang sangat lucu.

"Boleh aku mencium perutmu." Neta semakin tidak karuan, mukanya mungkin sekarang sudah seperti udang rebus.

Tapi tanpa menunggu lagi, Gilang mencium perut Neta, Neta sedikit terkejut dan membuatnya mundur selangkah, tapi Gilang menahannya.

"Terima kasih Neta sudah menjadi istirku, terima kasih juga sudah mau menjadi calon Ibu untuk anakku." Lalu Gilang berdiri dan memeluk Neta, lantas setelahnya mereka saling pandang, dan Gilang mengecup kening Neta, dilanjutkan dengan ciuman di hidung Neta, turun ke Bibir Neta, hanya sekadar kecupan tapi sudah membuat Neta mabuk kepayang.

"Tidurlah Neta, aku yakin kamu lelah." Seru Gilang.

"Tidak Gilang, aku belum mau tidur, Cium aku Gilang, aku mau kau menciumku." Neta merasa tidak tahan lagi, dia ingin Gilang menyentuhnya, dia ingin Gilang memeluknya dan mencumbunya malam ini, Neta menginginkan Gilang malam ini.


TBC.

Brondong Itu, Suamiku ! #1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang