CHAPTER 2

284 22 3
                                    

===================================================


Jinki berjalan agak cepat menyusuri lorong rumahnya yang sebesar istana itu dengan dikawal beberapa namja berpakaian hitam dibelakangnya. Sepatu kulit hitam di kakinya beradu dengan lantai marmer yang dipijaknya, mengasilkan bunyi nyaring dan menggema. Jinki terus berjalan hingga berhentilah ia didepan sebuah pintu kayu yang sama mewahnya dengan pintu-pintu lain di rumah ini dan terdapat dua orang namja berpakaian hitam yang berdiri didepannya.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, pemilik mata indah bulan sabit itu memerintahkan anak buahnya untuk membuka gembok kunci dan begitu pintu terbuka, ia langsung memasukinya.

"Hhmmm− apa semalaman dia terus tidur seperti itu?"

Ia lantas melangkah memasuki kamar itu lebih dalam, menghampiri sesosok namja cantik bertubuh ramping yang tengah tertidur lelap diatas permadani ditemani beberapa bantal berukuran sedang. Jinki, mengerenyit bingung...apa kasur yang berada tepat disebelahnya itu sama sekali tidak nyaman dan empuk untuk ditiduri? Padahal ia yakin jika kasur dan seprai yang digunakan adalah kualitas terbaik.

Tak ingin berpikir lama-lama, Jinki segera mengangkat tubuh ramping yang ternyata sangat ringan itu layaknya sepasang pengantin baru. Senyum simpul terlukis di bibir pinknya saat menatap paras cantik yang tampak tenang dalam tidur lelapnya. Yeppeo~

Namun belum puas ia memandanginya, sepasang mata bersudut tajam yang tadinya terpejam itu tiba-tiba mengerjap pelan.

"Tidurmu nyenyak?"

Sepertinya suara Jinki bagaikan peringatan tanda bahaya ditelinga Kibum yang langsung memberi intruksi pada otaknya untuk segera membuka mata lebar-lebar. Dan benar saja, Kibum terbelalak kaget saat mendapati wajah –yang lagi-lagi sialnya ia akui sangat tampan itu- tepat didepan batang hidungnya.

"Mau apa kau?!!"

'Brugh~'

Terjatuhlah Kibum saat ia berusaha meronta karena keterkejutannya yang Jinki rasa sungguh sangat berlebihan. Apa ia terlihat hendak melahap Kibum hidup-hidup? Oke, ia akui jika Kibum ini memang...sedikit...eerr~ sangat 'menggiurkan'. Tapi terlepas dari semua itu, Jinki yang merasa sama sekali tidak bersalah hanya diam saja berdiri tanpa berniat sedikitpun untuk membantu namja cantik itu berdiri.

"Ouch~ hidungku...appo!"

Jinki menahan tawa gelinya saat melihat Kibum memegangi hidungnya yang memerah karena lucunya, namja cantik itu jatuh tertelungkup hingga mencium lantai. Tak tega juga melihat Kibum setengah menangis karena sepertinya hidungnya benar-benar kesakitan, Jinki sedikit membungkukan tubuh seraya mengulurkan tangan bermaksud membantu namja cantik itu untuk bangkit dan berdiri tegap. Namun dengan kesal, Kibum segera menepis tangan Jinki sambil melayangkan tatapan pembunuhnya pada pemilik mata indah bulan sabit itu.

"Jangan sentuh aku!" katanya setengah membentak, tangan kanannya masih setia menutupi hidungnya yang memerah.

"Hei, aku hanya mencoba membantumu berdiri..."

"Tidak perlu, aku bukan nenek-nenek."

"Tidak ada yang berkata begitu."

Raut wajah Kibum mengatakan dengan jelas –aku-membencimu-setengah-mati- pada Jinki yang sepertinya menyadari hal itu, namun namja tampan itu hanya mengangkat kedua bahunya singkat sambil tersenyum inosen, hal itu membuat kekesalan Kibum semakin menjadi-jadi.

"Kau semalaman tidur dibawah tanpa menggunakan selimut? Kuperingatkan padamu kalau tidak ingin sakit, jangan ulangi hal itu karena udara disekitar bangunan ini cukup dingin dan jangan lupa juga mematikan lampu dan menutup tirai jendela sebelum kau tidur."

CHECKMATE : POLARISWhere stories live. Discover now