Seventh

1.1K 121 35
                                    

Aku tak tahu lagi, apa yang harus aku perjuangkan dikehidupan ini hyung.

Bolehkah aku menyerah saja? Bolehkah aku menghilangkan rasa sakit ini?

Semua terasa gelap bagiku.

Taehyung bukan anak yang mudah menangis, saat teman-temannya membullynya di sekolah. Dia hanya menunjukkan wajah datarnya dan menerima perlakuan mereka dengan pasrah. Mencoba membela diri? Itu sama saja membuat mereka lebih bahagia menyiksanya. Entah sejak kapan dia tertarik menulis perasaan dan rasa sakitnya di sebuah buku. Seperti saat ini, dia mencoba menuangkan rasa sesaknya ke dalam baris kalimat. Dan dapat terlihat aliran air mata yang tak mampu ia bending lagi.

“yoongi hyung, apakah aku memang harus mati seperti perkataanmu tadi?” gumamnya pelan. Setelah merebahkan badannya ke tempat tidur. Bayangannya tertuju pada kejadian hari, dan wajah marah Jin terlintas kembali diingatan Taehyung.
“Jinnie hyung, mianhae…”

                                       --

Pagi hari kota Seoul. Tak ada yang berbeda dengan pagi hari lainnya. Begitupun di kediaman keluarga Kim. Sudah terlihat beberapa namja bersiap memulai aktifitasnya pagi ini. Sarapan pun berjalan seperti biasa, kericuhan dan suasana hangat terlihat dari beberapa namja yang sedang makan disana.

”Pagi semua” Taehyung mencoba menyapa. Dan seperti biasa tak ada suara apapun yang berniat menyapa kembali Taehyung. "ah, kalau begitu aku berangkat duluan hyung, jim, kookie" Taehyung pun beranjak dari posisinya sekarang.

"jin hyung, tumben kau tak mengajak adik kesayanganmu makan bersama?" ucap hoseok yang heran melihat jin tak menjawab sapaan taehyung.

"dia bisa mencari makanannya sendiri" jawab jin acuh. "lanjutkan saja makan kalian dan cepat berangkat setelah ini" setelah mengucapkan hal itu, tak ada lagi yang berani berkomentar lagi.

Tanpa mereka sadari, namja yang mereka bicarakan masih berdiri tak jauh dari ruang makan, dan ia bisa dengan jelas mendengar kata-kata dari saudaranya. Apa yang dia rasakan sekarang? Kecewa. Bukan kecewa karena ucapan Jin maupun Hoseok. Tapi kecewa akan dirinya yang membuat hyung tertuanya marah. "Jeongmal mianhae Jinnie hyung" gumamnya dan melanjutkan langkah kakinya keluar rumah.

                                  - -
"suasana yang selalu aku suka" Taehyung memang selalu datang ke sekolah lebih pagi dari teman-temannya. Alasannya? Karena dengan begitu pagi harinya di sekolah akan terasa lebih damai, karena dia tak perlu melihat tatapan tak suka dari teman sekolahnya saat dia melewati koridor maupun saat memasuki kelasnya. Dengan duduk diam di dalam kelas sampai satu per satu teman kelasnya datang dan mereka tak akan ada yang memperhatikan Taehyung.

5 menit lagi bel masuk akan berbunyi, tapi Sungjae belum menampakkan batang hidungnya. "anak itu selalu saja telat" Taehyung hanya menghela nafas mengingat kelalakuan sahabatnya itu.

"Tae, huftt.... Hampir saja" namja yang baru saja Taehyung pikirkan terlihat mengatur nafasnya sehabis berlari maraton dari satpam penjaga gerbang sekolah

"Jae-a, kau selalu telat!" Taehyung hanya menggeleng melihat kelakuan sahabatnya itu

"Hari ini karena eommaku tak melepaskanku berangkat sebelum sarapan tae, menyebalkan!" gerutu Sungjae saat duduk disebelah Taehyung.

"itu karena ahjumma sayang padamu jae-a" jawab Taehyung.

"oia Tae, kemarin kau kemana? Kau sakit? Dan yak! Ada apa dengan wajahmu?" Sungjae menyentuh lebam yang ada di sudut bibir Taehyung.

Saranghae! HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang