(cold) 10'

125 8 0
                                    

》Memang itu kenyataan nya, tapi jika berakhir dengan mu? Aku sungguh tak sanggup.

Giovanna bangun pagi seperti biasa nya, yang berbeda adalah abangnya. Diego bangun pagi pagi sekali lantaran ingin berangkat ke sekolah bersama.

Giovanna sudah menolak karena tidak ingin menjadi bahan sorotan, tapi Diego memaksanya. Dengan alasan, hari itu ulang tahun Giovanna, dan Diego ingin menghabiskan waktu selama seharian penuh bersama adiknya, lantaran mereka sama sama sibuk.

Akhirnya Giovanna mengiyakan permintaan Diego.

Bahkan, saat Giovanna hendak membuat sarapan, dilarang oleh Diego. "Udah sini gue aja yang bikin nasi goreng, gue juga bisa. Gue buat khusus penuh cinta buat yang lagi nambah umur." Ucap Diego sambil tersenyum layaknya sang suami yang melarang istrinya masak lantaran sedang mengandung.

Giovanna kembali mengiyakan. Iya membantu Diego di dapur.

"Udeh, lu diem aja gih sana di bangku." Ucap Diego menunjuk kursi di meja makan.

Giovanna menggeleng dan tetap membantu Diego.

"Bang, lu gak ada niatan buat punya pacar?" Tanya Giovanna sembari mengambil telur.

Diego menggeleng pelan, "Gak. Kalo masih ada adek gue, ngapain gue punya pacar?" Tanya Diego dengan senyum manis tercetak di bibirnya.

Giovanna terharu mendengarnya, lantaran ia sendiri memiliki pacar. "Gue serius." Ucap Giovanna memerhatikan abangnya.

"Ya gue juga." Ucap Diego menoleh sebentar.

"Sister-complex gitu? Gua gak yakin lu gak punya cewek atau sekedar gebetan." Ucap Giovanna.

Diego menghela napas pelan, "Gi, percuma gue pacaran sana sini kalo ujung ujungnya sama orang laen. Gak ada yang pasti dan setia, selain lu. Yaah, walaupun lu akhirnya pasti sama cowok laen juga." Ucap Diego terdengar tidak rela.

"Kenapa kesannya kita itu berjodoh tapi tak dapat di satukan karena beda agama gini yak?" Tanya Giovanna dengan nyengir kuda.

"Ya kalo di suruh milih sih, gua gak mau punya adek kayak lu. Pengennya gua jadiin pacar seumur idup." Ucap Diego terkekeh.

"Kasin dong pacar seumur idup kagak di ajak ke pelaminan." Ucap Giovanna dengan sedih.

"Ah sialan." Ucap Diego tertawa. "Udeh selesai!!" Lanjutnya membawa 2 porsi nasi goreng.

+×÷

Hujan lagi lagi datang pada malam itu akibat bulan dan bintang absen.

Selama seharian, Giovanna merasa ada yang mengganjal karena tidak melihat kehadiran Arka sama sekali di sekolah. Sedangkan yang lainnya sudah mengucapkan berbagai macam ucapan dan doa.

Tetapi, orang yang dicari sama sekali tidak menampakkan diri di hadapannya.

Giovanna pulang bersama Diego jam 7 malam, karena Diego mengajaknya main kesana dan kesini mengelilingi pusat kota, dan semua biaya di tanggung oleh Diego. Jika Diego tidak memiliki hubungan darah dengan Giovanna, mungkin ia telah terbawa perasaan olehnya.

Sebab, Diego sangat menunjukkan sisi gentle nya sebagai cowok walaupun dia sendiri adalah kakak kandung Giovanna.

Sekelebat perasaan ingin bertanya kepada Arka, tapi ego lebih besar. Giovanna masih menimang nimang apakah ia mendahului untuk mengirim pesan kepada Arka atau tidak.

Akhirnya, dengan memberanikan diri sedari setengah jam lalu, Giovanna untuk menghubungi Arka.

Jantungnya berpacu kuat, tangannya dingin bercampur dengan gemetar, tapi sambungan telpon tidak kunjung di angkat dan berakhir dengan suara operator.

Infinity of Ours | [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang