9

7.8K 810 30
                                    

Sorry
•﹏•













Jimin tidak pernah mengira jika pintu apartemennya akan diketuk pada jam sembilan malam itu. Untung saja dia belum tidur setelah membereskan isi kulkas, memasak, dan serentetan kegiatan lain yang menyita waktunya.

"Iya, sebentar!" dia berteriak, meski dirinya pun yakin jika si tamu tidak akan mendengar.

Terburu, Jimin memutuskan untuk melewati intercom dan langsung menuju pintu. Membuka dan dia terpaku. Disana Min Yoongi berdiri dengan tubuh basah kuyup dan wajah babak belur, bahkan air sudah menggenang dibawah kakinya.

"Astaga, Hyung?!" Jimin memekik setelah tersadar. "Tunggu sebentar!"

Yoongi diam, bahkan sama sekali tidak bersuara. Laser matanya menyorot punggung sempit Jimin yang tergopoh masuk ke dalam. Dia tahu jika kekasihnya terkejut sekaligus khawatir atas keadaannya. Benar, setelah dia bertengkar dengan Hoseok, Yoongi memilih kembali ke apartemen Jimin. Dia hanya ingin bertemu kekasihnya. Ingin memeluknya juga ingin menciumnya. Menghabiskan waktu bersama dalam dekap hangat disuasana hujan yang dingin.

Jimin kembali dengan bathrobe dan handuk kecil. Dia segera memakaikannya pada Yoongi dan membungkus kepala basah itu dengan handuk. "Langsung mandi air hangat. Bajunya juga sudah kusiapkan. Aku akan buatkan minuman hangat agar kau tidak sakit."

Yoongi lagi-lagi menurut, meski sebenarnya ada rasa dongkol ketika Jimin bicara dengan nada serius yang terkesan dingin. Dia sadar, Jimin hanya terlalu panik melihatnya datang dalam keadaan kacau begini.

Jimin mengantar Yoongi sampai didepan pintu kamar mandi yang berada di luar, kamar mandi yang dirasa dekat dengan pintu masuk agar air yang menetes dari baju Yoongi tidak mengotori lantai. Ketika dia ingin berbalik pergi, pergelangan tangannya seolah terkena sengatan listrik. Tangan Yoongi yang dingin melingkar sempurna disana.

"Kau tahu aku hanya mau memakai kamar mandimu."

"Ini juga kamar mandiku-"

"Kau melarang?" ada nada ketus disana.

"Kurasa hal ini tidak perlu diperdebatkan, lebih baik sekarang-"

"Bisakah kau tidak membangkang?"

Pada akhirnya Jimin yang mengalah. Dia menghela napas lelah, mengedikkan bahu acuh tak acuh. "Kau mendapatkannya. Akan kubuatkan minuman hangat. Kau ma-"

"Kopi tanpa gula. Setelah ini kita bicara, jadi jangan coba melarikan diri dengan bergelung dibawah selimut." Yoongi berlalu, kemudian melanjutkan dalam desisan rendah yang tidak didengar Jimin, "atau mungkin aku yang akan menggantikan tugas selimutmu."

Sementara Yoongi mandi, Jimin sibuk menyiapkan minuman hangat dan memanaskan sedikit makanan barangkali kekasihnya belum makan. Meski dia sebenarnya masih marah atas kelakuan Yoongi tempo hari, tapi dia tetap tidak bisa mengabaikan pria pucat itu begitu saja. Dia tetap cemas dan mulai bertanya-tanya penyebab kekacauan yang menimpa kekasih pucatnya.

Yoongi sengaja tidak berlama-lama. Setelah selesai dengan acara mandi yang menghabiskan waktu sepuluh menit, dia keluar dengan handuk menutupi kepala. Berjalan menuju sofa dan duduk disana. Wajahnya sedikit meringis, rasa ngilunya sedikit membuat otot wajahnya terasa kaku. Dia harus mengakui jika pukulan Hoseok tidak boleh dianggap remeh.

Jimin datang dengan secangkir kopi panas yang disimpan diatas meja, melirik sekilas pada wajah Yoongi yang penuh lebam jadi dia kembali ke dapur untuk mengambil kotak P3K dan sebaskom air hangat. Baru saja berbalik, Jimin dikejutkan dengan keberadaan Yoongi yang berdiri di pintu dapur.

Daily LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang