21

6.7K 696 51
                                    


Kim Namjoon
•﹏•













Pada akhirnya latihan ditunda karena Jimin menghabiskan satu jam waktunya untuk menangis dipelukan Yoongi, membuat lelaki pucat itu benar-benar merasa bersalah dan bingung harus bertindak apa. Sebab Jimin yang menangis adalah lukanya. Terlalu lama menangis membuat suara Jimin serak, jadi percuma kalau meneruskan latihan. Maka Yoongi putuskan untuk mengantar Jimin pulang. Itu menjadi alasan lain setelah suasana canggung yang menyergap mereka.

Jimin tidak bersuara sama sekali. Dia bungkam sampai tertidur meringkuk dengan kaki menekuk layaknya bayi. Jangan berpikir jika Jimin tidur dibangku belakang, karena faktanya lelaki mungil itu duduk dibangku depan tepat disamping Yoongi yang nyaris hilang fokus dengan setirnya. Kaki mungilnya terbungkus kaus kaki, menekuk hingga menyentuh dagu, sedang dua lengannya memeluk lutut.

Buntalan mochi yang begitu manis dan menggemaskan.

Yoongi tersenyum tipis, mencoba meredam hatinya yang terlampau bahagia. Namun, lekukan bibir manisnya sempurna hilang saat hatinya pun mendadak goyah disaat yang bersamaan. Dia ragu, benarkah jika Jimin merasa aman bersamanya, jika faktanya dia nyaris selalu membuat lelaki mungil ini menangis ketakutan?

Matanya melirik Jimin, kemudian mengulurkan tangan untuk membenahi jaket miliknya yang dia pinjamkan sebagai selimut sebelum kembali fokus pada jalanan.

Tepat pukul enam lewat tiga puluh tujuh menit, Yoongi mematikan mesin mobil. Dia membuka pintu bersamaan dengan suara yang memanggil namanya.

"Yoongi?" itu Kim Namjoon, baru saja keluar dari pintu rumah Seokjin. Lelaki berlesung pipi tersebut mendekat, tampak penasaran dengan kehadiran Yoongi dirumah kekasihnya. "Kau-"

"Mengantar muridku." potongnya acuh tak acuh. Lalu membuka pintu mobil dan merengkuh Jimin tanpa membangunkannya. Menyelipkan lengan diantara perpotongan lutut dan punggung sempit Jimin.

Namjoon mengerjap, "Oh, aku baru saja akan menjemputnya dan kau sudah disini bersamanya. Dan, hei, bisa jelaskan apa yang terjadi? Bukankah kau-"

"Kalau Jimin sampai bangun, aku pastikan masa depanmu hancur."

Spontan Namjoon menangkup belalai yang menggantung diantara pahanya. Meringis ngilu kemudian. "Uh, kau menyeramkan."

Namjoon mengekori Yoongi, sedikit berlari untuk mencapai pintu dan membukakannya. Satu telunjuk berada di depan bibir saat Seokjin dan Taehyung muncul dengan wajah terkejut, terutama Taehyung. Dia tidak berpikir akan secepat ini progres hubungan Si Monster Pucat dan Si Mochi Manis.

Yoongi berhenti sebentar, sekedar menatap Seokjin sembari menaikkan gendongannya yang sedikit melorot, disana Jimin spontan mengeratkan pelukan dileher Yoongi, mengusal nyaman seperti kucing. Mau tidak mau membuat Yoongi menahan gemas.

"Kamarnya disana, pintu yang ditempeli banyak stiker kartun." Seokjin berkata sambil menunjuk arah dimana kamar Jimin berada.

"Serius yang kulihat ini?" Namjoon bertanya, entah pada siapa.

Kakak beradik itu kompak mengangguk.

"Sejak kapan?"

"Hari ini, kurasa."

Taehyung yang merasa ditatap oleh Seokjin pun akhirnya berkata, "Jimin belum bercerita apa pun. Tapi kurasa memang terjadi sesuatu."

Namjoon semakin bingung, dia menuntut penjelasan dari kekasihnya. "Jadi?"

Seokjin menatap Namjoon begitu lekat, meski pada akhirnya dia menghembuskan napas dan memilih untuk mengatakannya saja. "Jadi, Jimin itu.."






Daily LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang