52

3.3K 353 55
                                    

(I) Still.....










































"Bagaimana keadaaanya?"

"Dia sekarang sedang tidur setelah menangis cukup lama."

"Apa masalahnya seserius itu?" Seojun tertawa kecil, "ceritakan saja, aku tidak akan marah."

Yoongi membasahi bibirnya yang mendadak terasa kering. Melirik Jimin yang tidur diranjang dengan selimut kuning lembut, kekasihnya nampak seperti bayi.

"Ini ada hubungannya denganmu, yakin kau tidak akan marah, Hyung?" bagaimana pun Yoongi tetap merasa segan. Seojun adalah wali sah satu-satunya yang Jimin miliki, kalau Seojun sampai menarik restunya maka tidak ada lagi yang bisa membelanya di depan Jimin.

"Kau bahkan belum mengatakan apa pun, Yoongi. Aku akan pertimbangkan dari dua sisi, jangan khawatir."

Kemudian Yoongi menghela napas, sepertinya dia memang tidak bisa mengelak. "Kami bertengkar. Salah paham. Kau tahu 'kan kalau pasangan kekasih sering mengalaminya?"

"Ya, lalu?"

"Awalnya hanya ingin mengajak ngobrol karena Jimin merajuk, tapi dia menolak sebab harus masuk kelas. Kubilang hanya butuh waktu lima sampai sepuluh menit. Adikmu takut diusir dari kelas jika terlambat dan aku mengatakan membolos sesekali tidak masalah. Kau bisa tebak seperti apa?"

"Dia pasti tetap menolakmu." Seojun kembali terkekeh diseberang sana seolah tidak mencemaskan adiknya sama sekali. "Jimin itu anak yang rajin, Yoongi. Dia tidak akan membolos kecuali dia sakit sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur."

"Ya, kau benar, Hyung. Dia juga mengatakan kalau hal sederhana yang bisa dilalukan untuk berbakti padamu adalah dengan tidak membolos kuliah. Lalu entah bagaimana dia semakin marah padaku sampai-"

"Sampai dia melarikan diri ke Busan?"

Yoongi terdiam. Menerka-nerka akan seperti apa hubungannya dengan Jimin setelah ini. "Hyung, bagaimana kau tahu?"

"Hyejin menghubungiku ketika Jimin datang, tapi aku mengatakan padanya untuk berpura-pura bodoh. Terimakasih, Yoongi."

Kalimat terakhir Seojun semakin membuat Yoongi kebingungan sekaligus gusar. "Kenapa kau berterimakasih?"

"Karena kau menjemputnya. Kau bertanggung jawab atas dirinya ketika aku tidak bisa melakukannya." Seojun menghela napas dalam-dalam. "Kupikir selama ini aku terlalu memanjakan sekaligus mengekangnya. Dia butuh waktu sendiri, dia butuh menghibur dirinya sendiri, butuh seseorang untuk bersamanya atau sekedar mendengarkan keluh kesahnya. Tapi aku terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kehidupan baruku sampai terkadang lupa untuk menanyakan kabarnya. Aku berterimakasih karena setidaknya ada kau yang masih menggenggam tangannya sampai sekarang."

"Hyung.." Yoongi sedikit mengeluh.  "Perlakuanku terhadapnya tidak sebaik itu."

"Aku tahu, tapi orang tegas sepertimu yang dia butuhkan. Harus ada orang selain aku yang bisa membuatnya menurut dan itu kau. Tapi jika kau tidak sanggup katakan saja, aku tidak akan memaksamu untuk menjaganya."

"Aku sanggup, tapi mungkin adikmu akan semakin memusuhiku. Dia pasti menganggapku sudah menyogokmu."

Lagi-lagi Seojun menanggapinya dengan tawa renyah. "Akhir pekan nanti aku akan ke Seoul. Aku akan mengajaknya bicara dan aku pastikan dia akan menurut padamu."

Daily LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang