47

6.5K 623 30
                                    

Pillow Talk
























Yoongi mengerjapkan mata malas, Satu lengannya menumpu pada kening untuk menghalau kilau lampu yang menyorot retinanya. Satu tangan lain mencari sosok mungil yang seharusnya masih berada disana.

"Ugh, kemana dia?" racaunya tanpa sadar, tapi tubuhnya sama sekali tidak beranjak dari alas empuk yang menjadi tempat paling favorit kedua di dunia. Jangan tanya yang nomor satu apa.

"Kukira belum bangun?" nah, hal yang baru saja di bahas muncul. Park Jimin, sosok mungil yang sudah berganti pakaian dan tampak segar berjalan menghampiri Yoongi.

"Kenapa kau sudah mandi?"

Yang ditanya mengernyitkan hidung. "Karena aku ingin. Kenapa?"

"Kau menghancurkan rencanaku untuk mengajakmu mandi ber- BERCANDA!!" lelaki Min itu menyilangkan tangan di atas kepala sambil tertawa malas. Bermaksud melindungi tubuhnya yang akan di serbu tinju maut dari kekasihnya.

"Bercandamu menyebalkan!"

"Tapi kau suka. Terlebih pada pelakunya." sekali lagi Yoongi menahan kedut diujung bibir. Jimin yang memberengut itu selalu tampak menggemaskan. Apalagi di tambah warna merah muda di pipi. Yoongi yakin dia akan awet muda jika menghabiskan seluruh hidupnya bersama Jimin, karena dia akan selalu bahagia.

Kata orang banyak tertawa itu salah satu obat awet muda.

"Kemari," kata Yoongi sambil menarik pelan lengan Jimin agar kembali berbaring di sampingnya, tapi lelaki manis itu tidak menurut dan memilih duduk di tepian. "Jiminie?"

"Tidak mau. Setelah makan malam aku akan pulang. Jadi ayo bicara."

"Kenapa? Kupikir kau akan menginap?" Yoongi mengernyit bingung, sedikit ada nada tidak suka terselip disana.

Jimin menggeleng tidak setuju. "Kau yang membawaku 'kan?"

Oke, Yoongi menghela napas. Kembali menarik lengan Jimin dan satu tangan lain merengkuh tubuh kekasihnya agar ikut berbaring. Kali ini berhasil, sebab dia sedikit mengancam dengan tatapan serta rengkuhan kuat disekitar pinggul. Jimin mau tidak mau menurut. Membiarkan lengan Yoongi melingkari tubuhnya erat. Napas hangat  lelaki itu menyapu pucuk kepalanya, membuatnya semakin nyaman saja. Ditambah ritme nadi yang bisa dirasakan oleh punggungnya.

"Jadi?" Yoongi mengawali obrolan dengan satu kata yang terdengar ambigu di telinga Jimin, sekaligus telapak tangan lebar yang mengusap-usap perut Jimin yang bersekat secarik kemeja kebesaran milik Yoongi yang dia pinjam asal dari lemari.

"Apa?" Jimin menjawab pelan. Memainkan jari tangan Yoongi yang lengannya dia jadikan alas kepala.

"Kau bilang ingin bicara?" bibir tipis lelaki Min mengecup-ngecup rambut lebat Jimin. Kadang memainkannya dengan bibir seolah dia menggigitnya. Atau mengusakkan ujung hidungnya disana.

"Ngggg.." Jimin berdengung panjang, dia sedang berpikir. Lebih tepatnya menyusun kalimat di kepala agar tidak terdengar menyenangkan di telinga Yoongi. Sejak mereka kembali, Jimin akan lebih berhati-hati untuk bicara dan bertindak. Dia tidak mau diolok Yoongi mengenai hal-hal yang dia anggap menjengkelkan. Ketahuan sedang cemburu, misalnya.

"Bicara, Jiminie. Jangan mendengung seperti anak kecil yang sedang latihan bicara. -Aaaargh, sakit!" Yoongi sedikit mengangkat kepala untuk melihat lengannya yang ternyata sudah memerah dengan bekas gigi Jimin disana. "Lihat hasil perbuatanmu, Park Jimin!"
Sayangnya, Jimin tidak menggubris. Lelaki itu justru kembali asyik dengan jemari panjang Yoongi yang berhias vena. Dan, Yoongi pun kembali merebahkan diri, melakukan hal sama seperti tadi. Mengusalkan wajah pada kepala Jimin. Persis seperti kucing, tentu dengan Jimin sebagai majikannya.

Daily LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang