42

5.9K 610 59
                                    









Masih ingat kalian dengan perjanjian Yoongi dan Jimin tentang taruhan yang mengharuskan Jimin mengenalkan Yoongi pada Lay Guanlyn? Nah, jika kalian lupa maka tidak dengan Yoongi. Meski sebenarnya lelaki itu pun ingat karena melihat lelaki menjulang tersebut tengah merangkul mesra bahu kesayangannya.

Namun, sepertinya Jimin tidak menyadari jika dirinya sedang diperhatikan. Sudah dikatakan, Jimin berubah. Be-ru-bah.

Oh, tentang traumanya? Ini juga sebagai terapi. Jimin sedang mencoba memberanikan diri untuk bersentuhan dengan siapa pun, tapi dengan catatan dalam keadaan ramai. Dan, Jimin tidak perlu takut Lyn akan melecehkannya di tempat seramai taman kampus ini. Mereka tidak hanya berdua, ada Taehyung juga.

"Jim," Taehyung mengedikkan dagu, menunjuk arah kiri.

Jimin spontan menoleh dan tersenyum sambil melambaikan tangan dengan polos. "Hyung, sudah selesai kuliahnya?"

Yoongi tidak menjawab, hanya berdiri angkuh dengan satu tangan meremat tali ransel yang tersampir di bahu kiri dan tangan lainnya mengusal di dalam saku jena belelnya. "Hei, anak muda, singkirkan tanganmu dari sana."

Lyn sedikit membeku, melirik kearah Taehyung yang balas menganggukkan kepala cepat. Aura Min Yoongi pekat sekali, seperti kopi. Hitam dan pahit. Lyn segera melepaskan rangkulannya, mencoba tersenyum untuk beramah tamah dengan lelaki yang sama pucat sepertinya.

"Halo, Sunbae, aku Lay Guanlyn. Jurusan bisnis, salam kenal."

"Min Yoongi, Jimin's only." Yoongi berkata dengan ekspresi datar dan tatapan tajam lurus menatap Lyn, membuat Lyn kehilangan senyum dan meneguk ludah kesusahan. Kemudian, Yoongi melirik Jimin sekilas yang masih sempat mengulum bibir untuk menahan senyum. "Ini terakhir aku melihatmu menyentuhnya. Tidak ada lain kali."

"Maaf, ya. Dia memang sedikit menjengkelkan." Jimin menepuk bahu Lyn pelan sebelum pergi menyusul Yoongi.

"Astaga, jadi lelaki pucat itu yang selama ini berhasil membuat Jimin jadi melankolis? Aku jadi heran, apa yang Jimin sukai dari lelaki dingin dan posesif seperti Min Yoongi itu?" Lyn bergumam heran sambil menatap Jimin yang berlari kecil untuk membujuk Yoongi.

Serius, bocah lucu dan imut seperti Jimin harus jatuh pada manusia seperti Min Yoongi yang menyerupai raja penguasa kutub? Lyn bergidik. Kemudian dia menoleh pada Taehyung yang sudah menyumpal telinga menggunakan headset, matanya terpejam, dan kepala mendongak dengan dua tangan sebagai penyangga.

Taehyung membuka mata ketika kabel headsetnya ditarik paksa, tapi bukan lagi sosok Lyn yang duduk disampingnya, melainkan mantan kekasihnya. Jeon Jungkook.

"Hai," Taehyung mengulas senyum tipis, mencoba menutupi segala rasa sakit yang setiap saat menggerogotinya jika berhadapan dengan lelaki tampan ini.

Jungkook sendiri juga melakukan hal yang sama. Ya, dia memang mengusir teman sekelasnya agar bisa menghabiskan waktu berdua dengan Taehyung. "Kau sudah selesai?"

Taehyung mengangguk pelan. Rasanya masih sulit merelakan Jungkook, tapi dia sendiri masih belum siap menghabiskan waktu hanya berdua seperti ini. Semua itu membuatnya mengingat masa lalu mereka sekaligus luka yang sengaja atau tidak Taehyung berikan untuk lelaki rupawan disebelahnya. Maka jangan berharap taehyung bertahan berlama-lama duduk ditempat.

"Mau kemana?" spontan, Jungkook mencekal pergelangan tangan Taehyung.

"Ke perpustakaan, ada buku yang harus kukembalikan."

Jungkook tidak langsung menjawab, memilih menatap Taehyung dalam-dalam. "Kau tidak sedang menghindariku kan, Tae?"

Taehyung membuang wajah, menggigit pipi dalamnya. Otaknya diperas untuk alasan yang lebih masuk akal, tapi dia tidak menemukannya. Dari pada semakin tertekan, Taehyung kemudian menoleh lagi dan tersenyum meyakinkan. "Kenapa aku harus menghindar? Bukankah kita sepakat untuk tetap berteman?"

Daily LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang