" Ha... hamil ? ta.. tapi "
Seorang gadis muda menatap tidak percaya pada benda pipih kecil berwarna putih dengan 2 garis merah disana. Tergambar jelas jika hasilnya tidak ada kekeliruan.
" bagaimana bisa ? hiks "
Tubuhnya merosot di kamar mandi kecil, menangis diam tanpa melihat lagi hasil tersebut.
.
.
.
.
Dimulai di pagi hari, ia akan bersikap layaknya hari-hari biasa. Makan pagi bersama ayah, ibu dan kakak perempuannya. Tersenyum memuji masakan sang ibu dan memamerkan senyum khas dari sang ibu.
" sayang, jangan lupa bawa bekalmu "
" tidak akan, bu "
" ayah akan menjemputmu nanti "
" kenapa tiba-tiba ?"
" ayah mau pulang cepat "
" memang sudah selesai ? "
Sang kepala keluarga hanya bisa mengangguk dan menyuapkan nasi goreng buatan sang istri.
" oke, aku menunggumu yaah. Unnie, kau bagaimana. Apa kencan lagi ?"
" tidak, aku ada kelas tambahan nanti. Mungkin pulang malam "
" call "
Saat baru akan memasukkan telur ke dalam perut, indra penciumannya menolak bau makanan favoritnya. Pada akhirnya ia menyisihkan telur mata sapi di pinggir dan memilih menghabiskan nasi goreng. Ia tidak mau mengambil resiko ketika harus berlari ke kamar mandi dan memuntahkan makanan.
.
.
.
.
Tri semester pertama bisa ia lalui dengan aman. Setiap hari ketika ia pergi ke sekolah, ia sudah siap dengan kain panjang yang berguna untuk menutupi perut tummynya. Dia harus rela menahan ketidaknyamanan ketika kain itu membalut perutnya. Ia tidak mau mengambil resiko menampilkan perutnya yang terlihat buncit. Ketika olahraga pun ia masih bisa melakukannya. Semua harus ia lakukan, bukan bermaksud untuk membunuh janinnya. Sudah cukup ia melakukan kesalahan terbesar di hidupnya dengan memberikan ' bunga ' yang seharusnya ia jaga pada lelaki yang ia cap sebagai brengsek. Setiap kali ia membebat perut, selalu ada kata maaf yang terucap di bibir.
Knock knock
Suara pintu terketuk membuatnya tidak sempat membuka kain di perut. Beruntung posisinya ada di kamar mandi, jadi cepat-cepat ia mengunci pintu. Ia yakin jika itu sang unnie
" kimbabmu datang tuan putri "
" iya, terima kasih "
" kau sedang apa ?"
" buang air, cepat pergi "
" astaga "
" hehehe "
Ketika ia yakin jika sang kakak, sudah pergi dari kamar. Helaan nafs lega terdengar. Ia mendudukkan diri di atas closet dan membuka balutan kain tersebut. Seketika perut buncitnya muncul dan dengan sedikit senyum, ia mengusap perutnya. Meminta maaf untuk yang kesekian kali.
" maafkan aku, hanya ini yang bisa aku lakukan "
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY BABY
Humorbertengkar itu sudah kewajiban mereka. wajib sekali, bahkan mengalahkan kewajiban untuk makan. sehun yang kelewatan jahil, dan jongin yang seperti anak laki-laki. Lalu, bagaimana jika mereka berdua harus mengurus seorang bayi? tentu saja bukan bayi...