14

299 32 3
                                    

"Mungkin kau akan menyukai buku ini?"  Junghwan memberikan buku novel romance kepada Jisoo yang sedang sibuk memilih buku sejak tadi.

Jisoo mengambil buku itu dari Junghwan, membolak balik dan membaca sinopsis dibalik bukunya.

Kau akan tau indahnya jatuh cinta, hari ini, besok, dan mungkin hingga mati bersamaku. Sahabatku.

Jisoo membaca dengan suara pelan. junghwan masih memperhatikan gadis dihadapannya. Memperhatikan dengan pelan betapa manisnya gadis itu. Lagi, dia tak pernah tau kapan hatinya benar-benar jatuh seperti ini kepada jisoo. Tetapi, siapa yang sanggup? memenangkan hati seorang Jisoo?.

"Lumayan, aku kira aku akan menyukai buku ini, oppa! " kata Jisoo sambil tersenyum manis.

"benarkah?  Pastikan ketika kau selesai membaca kau memberitahuku ending dari cerita itu. "

"baiklah, sebagai gantinya. Kau yang harus membayar buku ini semuanya? Bagimana? " tawar Jisoo pada Junghwan.

Junghwan terdiam, bukan soal berapa banyak yang harus dibayarkan untuk buku jisoo. Tetapi, dirinya memberontak ingin mengatakan betapa Jisoo telah membuat hatinya begitu tak tenang. Ketika gadis itu tak paham dengan perasaannya saat ini.

Junghwan dan Jisoo kelar dari toko buku. Dering suara handphone Jisoo terdengar, seperti biasa Jisoo tau siapa yang tentunya menghubunginya sesering ini. Ya, tentu saja Bobby.

"siapa? " tanya Junghwan.
"Bobby". Jawab Jisoo dan membuat hati Junghwan lebih tak tenang dari sebelumnya. Junghwan hanya mengangguk.
"apa?" tanya Jisoo.
"kau dimana? " Bobby mengintrograsi.
"Hmm...  Aku habis dari toko buku. Bersama Junghwan oppa! Kenapa? "

Bobby terdiam sejenak. Kecewa dirinya,  tapi dirinya tau tak ada yang berhak untuk disesalinya. Sebab pengakuan dirinya yang telah mencintai Jisoo belum juga tersampaikan.
"Tak apa-apa. Kau dimana?  Aku akan menyusulmu. "
"hmm..  Mungkin aku akan makan bersamanya setelah ini. Aku akan mengirimimu alamatnya, karena aku belum masuk ke tempat makan sekarang. "
"baiklah, secepatnya kau kirimkan. Aku akan langsung kesana."
"hei!  Kau lebih cerewet
Dari ibuku. "
"aku tak perduli, aku akan kesana."
"baiklah. "
Jisoo mengakhiri panggilan.

-----------------------------------------------------------

Tak ada lagi suara Jisoo terdengar dari ponselnya. Dia menunggu Jisoo mengirimkan alamat. Dirinya hanya berada dikamar, ini mungkin sudah sepanjang hari. Bobby menatap keluar jendela dengan bola basket ditangannya. Sesekali bolanya diputar-putar dengan jarinya. 

Lagi bayangan gadis itu terus menghantuinya. Bahkan dirinya teringat tentang suatu hari yang pernah dilaluinya bersama Jisoo.
Saat itu hujan, hanya ada dirinya dan Jisoo ditaman yang tentusaja Bobby sedang sibuk latihan basket disana.

"apakah hujan tak ingin berhenti? " tanya Jisoo pada Bobby.

"mungkin hujan sedang mengujiku." kata Bobby sambil menatap Jisoo yang mengadahkan tangannya pada tetes air hujan.

"menguji apa?" tanya jisoo sambil membalikan badan menatap Bobby.

"mengujiku, karena hujan selalu mengingatkanku pada cinta pertamaku. Mungkin saja. "

"hei!  Kau tak pernah cerita soal cinta pertamamu, siapa namanya? "

"aku tak pernah cerita pada siapapun, aku adalah pecundang soal cinta" Bobby menatap Jisoo.

"kenapa?  Apakah cinta pertamamu sangat menyakitkan? " Jisoo memperlihatkan wajah polosnya pada Bobby.

"Ya sangat, karena sulit menjadi kenyataan. Karena bagiku, aku belum siap mengucapkan padanya betapa aku mencintainya tetapi, orang yang kukenal selama ini juga mencintainya. "  Bobby menatap tajam kedua mata Jisoo saat itu dia tau dirinya hampir saja mati karena detak jantungnya yang semakin tak beraturan.

"kenapa kau tak coba mengatakan perasaanmu? "

"tak semudah itu, karena mereka adalah orang yang berarti diseluruh hidupku. Aku tak ingin kehilangannya dengan egoku seperti itu. "

Jisoo terdiam saat bobby mengatakannya dengan bersungguh-sungguh.  Dirinya menghela nafas panjang.

"Kau tau, kadang memenangkan ego harus berkorban. Tetapi, untuk apa memenangkan sesuatu namun diwaktu bersamaan kau harus kehilangan sesuatu yang paling berharga?". Jisoo tersenyum getir.

Lamunan Bobby hancur seketika. Ketika dering handphonenya berbunyi. Sebuah pesan teks masuk dari Jisoo. Dirinya bersiap untuk pergi kali ini. Menemui pujaan hatinya.
Gadis yang sedang bersama orang lain.
Bersama dengan sahabatnya. 









IKON without JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang