32

121 8 0
                                    

Aneh, hari itu jalanan tampak sangat sibuk. Hanbin tampak panik. Tak sabar taxi yang dinaikinya untuk cepat melaju tapi itu tidak memungkinkan ditengah sibuknya kota untuk melepaskan kepergian Sae Ra. Tak ada yang pernah tahu bahwa hanbin sangat terpukul selain dirinya sendiri. Sesekali dia menyapu rambutnya ke belakang.

Sae Ra ya!  Jangan pergi. Setidaknya kita harus bertemu sekali ini.
______________________________________

Jisoo dan Bobby masih didalam taxi sangat panik, ya Jisoo tak bisa menyembunyikan perasaan kesedihannya itu.
"Tak apa.. Kita akan sampai disana tepat waktu sebelum kepergian Sae Ra"
Ucap Bobby sambil menepuk pelan pundak Jisoo.

Jisoo menoleh ke Bobby, dengan mata yang nanar. Dia teringat hanbin yang putus asa karena takut kehilangan gadis itu. Jisoo ingin menemui Sae Ra juga. Ingin mengatakan bahwa Hanbin sangat peduli padanya. Bobby menatap meyakinkan Jisoo. Pandangan Jisoo menoleh kejalan lagi.

Meskipun aku tak bertemu gadis itu setidaknya Hanbin harus bertemu gadis yang dicintainya itu. Harus.
Tapi, kenapa aku begitu mengingat hanbin?  Apa ini pertanda buruk?
Jisoo-ya. Sadarlah.
_____________________________________

Sae Ra masih disana. Duduk di bangku tunggu menunggu informasi keberangkatannya. Hari ini entah mengapa, suasana kesedihan itu semakin terasa ketika beberapa orang yang asing harus berpelukan untuk perpisahan dan Sae ra hanya menatap segalanya. Sesekali dia berharap ketika menoleh ada Hanbin yang mencoba menghentikan kepergiannya. Meskipun itu suatu hal yang mustahil terjadi karena dirinya tetap akan pergi. Sae Ra menghempaskan tubuhnya kekursi, mengecek ponselnya dengan notifikasi kosong. Menatap bording passnya sesekali.

Hari ini Sae Ra tampak begitu cantik dengan pakaian musim gugurnya. Topi baret merah membuat kecantikannya semakin mencolok. Tapi, siapa yang akan memahami kesedihan gadis itu?

Jangan pergi, jika aku tak meminta kau untuk pergi.

Sae Ra memandang kosong.

Hei! Aku hanya butuh waktu sendiri. Jika bukan aku yang pergi. Bisakah kau yang pergi?  Aku tak ingin kau melihatku menangis.

Aku akan memberimu waktu. Aku akan pergi. Sae Ra-ya, aku yang paling tau dirimu.

Dan mata itu terpejam membawa kenangan dengan kata-kata berarti bagi Sae Ra ketika pertengkaran yang pernah terjadi diantara dirinya dan Hanbin, mengundang butir air mata itu yang perlahan membasahi ujung-ujung mata sae ra.
Sae Ra terbangun dari lamunannya bersamaan dengan masuknya pesan teks di handphonenya.

"putriku, hati-hati. Appa dan oemma telah menunggumu disini".

"baik oemma, sebentar lagi aku akan menaiki pesawatku".

Ayah dan ibu Sae Ra sudah lebih dulu berangkat ke Amerika untuk mempersiapkan sekolah Sae Ra disana. Tetapi, disanalah Sae Ra. Masih berharap bahwa Korea menjadi hal terindah dalam hidupnya.

Sejenak Sae Ra menatap lockscreen handphone miliknya. Tertinggal senyum lebar hanbin dan dirinya ketika menghabiskan waktu bersama saat liburan sekolah saat itu.
Informasi keberangkatan nyatanya bisa menjadi hal yang paling Sae Ra benci.

Hanbin-ah kau tidak tahu tentang diriku yang sebenarnya.

Sae Ra pun bangkit dari kursinya. Mendorong koper miliknya. Langkah itu terasa sangat berat dan pandangan yang sesekali ditolehkannya hanya harapan semu yang terus menyakitkan. Hanbin tidak ada disana.

Hanbin aku mencintaimu. Berbahagialah dengan senyum itu.
Aku pergi.




IKON without JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang