20

283 28 0
                                    

Junghwan tertawa lepas kali ini. Dirinya kini tidak perduli sedang berbicara dengan siapa. Dia hanya senang bahwa dapat berjumpa dengan orang-orang baru.  Mungkin tuhan punya cara lain untuk menyuruhnya datang ketempat ini.
Gunung, gadis itu, dan dompetnya yang jatuh.

"jadi apa hobby mu? " kata seorang yang raut wajahnya terlihat lebih tua dari junghwan.

"saya?" tanya Junghwan sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Paman, aku bisa bermain alat musik. Mungkin itu salah satu hobby ku.  Aku suka bernyanyi juga". Ucap Junghwan sambil ternyum bersamaan  dengan gerak matanya yang menyipit.

Saat ini Junghwan sedang menikmati segelas kopi hangat.  Dan api unggun bersama dengan pendaki lain. Mungkin ini sebuah budaya di Korea ketika kau dapat bergabung dengan siapapun ketika kau sedang berada ditempat asing.  Dan disanalah Junghwan berkumpul dengan beberapa orang asing.  Itu adalah sebuah keluarga kecil namun, rupanya pria yang baru saja bertanya soal hobby dengannya itu adalah pria yang baru saja menikah. Karena, dilihatnya cincin pernikahan yang terlihat sangat baru itu dan wanita yang tangannya selalu digenggam dan duduk tepat disampingnya itu menunjukan kebahagiaan keduanya.  Begitulah Junghwan menyimpulkan hubungan keduanya.

"ah, benarkah?  Bisakah kau bernyanyi sedikit untuk kami semua disini?" kata pria yang seusianya yang duduk disebelahnya.

"ah,  haruskah?" tanya junghwan ragu.

"tentu saja." kata seseorang lainnya.

"bernyanyi..bernyanyi.. bernyanyi" dan sorakan itu memberikan junghwan kekuatan untuk bernyanyi.

Junghwan memejamkan matanya. Dinyanyikan slah satu lagu kesukaannya dari penyanyi park jung hyun dengan judul Two People.

Dan semuanya terbawa ketakjuban merdunya suara junghwan.  Begitu indah sampai angin seakan ikut manari diantara api unggun yang menyala. Malam semakin larut,  membuat mereka semakin larut dalam keindahan sinar bintang. Membawa Junghwan pada ingatan gadis itu. Gadis yang ingin dirinya temui. Meskipun dia tahu, hanya takdir yang begitu baik mempertemukan dirinya dengan gadis itu.
Dia selalu berharap.

Kuharap kali ini tuhan telah berbaik hati menemukanku dengan gadis itu.

______________________________________

Entah sudah berapa pesan teks yang dikirimkan jisoo pada junghwan. Gadis itu hanya menatap jalan dari dalam cafe berkaca itu.  Dihadapannya sudah ada soju dan gelas kecil yang telah menemaninya malam ini. Dirinya begitu merindukan Junghwan yang dua hari ini sulit dihubungi olehnya. Ingin dirinya berhenti memikirkan tentang pria itu,  tetapi siapa yang rela kenangan baik dengan mudahnya dilupakan, apalagi Junghwan adalah tokoh utama dalam diri Jisoo.

Hiruk pikuk kota tak dipikirkan Jisoo, betapa kesalnya hari ini dia, ketika Junghwan sangat sulit dihubungi,  Bobby juga sulit dihubungi bahkan pesannya tak terkirim. Begitupun Hanbin tak ada kabarnya malam ini. Dan disini lah Jisoo menikmati soju seorang diri. 

"Jisoo-ya! " Jisoo mendengar suara itu meninggalkan senyuman dibibirnya.  Dia harap seorang yang memanggilnya itu benar-benar ada dihadapannya. Siapa lagi kalau bukan Junghwan.

"Noona? " dan tiba-tiba sebutan itu muncul dikepala Jisoo.
Ah, tidak tidak aku pasti sudah mabuk.
Jisoo menuangkan Soju lagi kedalam gelasnya.

Tak dapat dibohongi beberapa kali Jisoo teringat dengan anak itu, bagaimana tidak, Hanbin telah membuatnya terkejut dengan pelukan Hanbin saat itu. Malam yang sungguh aneh, anak itu datang kerumahnya dan memeluknya dalam satu menit yang membuatnya terpaku.

"apa-apaan semua ini? " teriak Jisoo membuat seisi kafe menatap dirinya dan membuat ketidak Nyamanan yang lainnya. Dan seorang pelayan datang menghampirinya, ibu ibu paruh baya yang sepertinya pemilik kafe itu.

"Nona, bisakah kau meminjamkan telepon genggammu? " kata ibu paruh baya itu. Jisoo dengan mata yang remang remang itu memberikan teleponnya.

Disana hanya ada 3 panggilan keluar.  Junghwan, Hanbin, dan Bobby. Ibu itu mencoba menghubungi ketiganya.

Dan hanya satu yang mampu menjawab panggilan itu.
Terdengar suara laki-laki itu dari speaker telepon.
"Baiklah ibu, saya akan kesana.  Terima kasih". Dan suara telepon itu dimatikan.

Lima belas menit kemudian, pria itu datang dengan keringat yang bercucuran didahinya.  Membasahkan juga baju pria itu.
"Hei, bagaimana bisa kau mambuk separah ini hanya dengan dua botol soju. " pria itu tersenyum.
Setelah memabayar semua tagihan, digendonglah Jisoo yang sesekali memegang kepalanya yang terasa sakit itu.

Pria itu menunggu taksi dengan Jisoo dipunggungnya.
Dan taksi itu telah datang. Jisoo telah duduk disamping seseorang dan Pria dengan gigi kelinci itu tersenyum puas.
Siapa lagi kalau bukan Bobby yang akan melakukan semua ini?

IKON without JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang