"Nur alviatul qolbi".
"Mampus... Kelar deh malam ini.. ".batin alvi
Alvi berjalan maju menuju meja ustadznya, dengan perasaan yang bercampuraduk, alvi memberanikan diri, meskipun kakinya berasa tidak bertulang, ia coba untuk biasa, meskipun batinnya terus saja memberontak.
"Duduk".pinta ustadz balya setibanya alvi berada di depannya tanpa menatap wajah alvi yang mulai pucat.
"Baik pak guru", jawab alvi dengan polosnya.
dengan senyuman yang terlihat kurang tulusnya, balya menatap sebentar santrinya lalu membuang muka kembali...
"Mana kitab anti",balya membuka suara.
"Ini pak ustadz",jawab alvi sambil menyodorkan kitabnya.
Balya membuka kitabnya, ia tersenyum sambil geleng geleng.
"Perasaan ku kok jadi parno gini ya",batin alvi yang melihat balya memberi senyum yang ia tau itu bukan senyum yang tulus.
"Kamu baca ini aja... Kayaknya tulisan mu susah di baca",pinta balya dengan sedikit memberi senyuman palsunya.
"Baik tadz",jawab alvi
Alvi pun membaca kitabnya, mungkin ia adalah santri terlancar membaca kitab.. Karna hanya butuh 5 menit saja, alvi sudah selesai.
"Ustadz, udah ya",pinta alvi dengan suara yang di pelankan dan sedikit malu malu mengatakannya.
"Kenapa", jawab balya dengan dinginnya.
Alvi sedikit jengkel dengan jawaban yang ia dapat dari ustadznya ini, dengan mengumpulkan keberanian yang masih tersisa padanya alvi pun menjawab kembali.
"Duuh tadz, saya kalau bisa baca dengan lancar dan bisa ngejelasinnya, bakalan saya baca sekali khatam dan langsung saya jelasin tadz, mau 1 jam atau 2 jam pun saya jabanin tadz",jawab alvi sekenanya.
"Anti santri baru ya", tanya balya sambil menatap wajah alvi yang sedikit mulai pucat.
"Iya, ustadz",jawab alvi dengan menekankan kalimat ustadznya.
"Kamu saya remid, saya kasih waktu sampai minggu depan, temui saya untuk setoran قرٱة كتب nya, saya tidak mau ada alesan apapun lagi", jelas balya sambil menulis sesuatu di absen kelasnya.
"Silah kan kembali ke tempat duduk anti", pinta balya.
Alvi hanya bisa menganggukkan kepalanya, ia tak tau harus menjawab apa, batinya kesal karna benar kata sifa jika ustadznya orangnya sangat profesional dalam mengajar, dengan raut muka masamnya, alvi berjalan ke tempat duduknya.
"Gimana",tanya sifa dengan nada penasarannya.
"Ane remid",jawab alvi lesu.
"Serius, takjub ane sama ustadz kita vi", jawab sifa sambil melihat ustadznya.
"Anti gimana sih, ane remedial kok anti malah takjub sama tu ustadz resek",kesal alvi pada sifa
"Ane takjub karna ane kira ustadz balya bakalan punya toleran buat santrinya yang cantik, eeh ternyata pukul rata semua hahaha",tawa sifa licik
"Apa hubunganya cobak",jawab alvi jutek.
"Ya kali aja kan ustadz balya liat anti galaknya kurangan dikit, kan anti cantik, eeh ternyata ustadz kita terlalu istiqomah dengan kekosongan hatinya",heran sifa sambil melihat ustadznya.
"Tauk ah... Ngaco anti ma", jawab alvi kesal.
********
Malamnya, alvi masih belum bisa tidur, ia masih kesal ketika mengingat senyuman ustadznya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
my coldest ustadz
Teen Fictiongimana rasanya jika kamu harus berurusan dengan seseorang yang kamu benci sekaligus harus kamu hormati karna ia adalah ustadz MU... itu lah yg di rasakan oleh Alvi santri baru ... apakah Alvi Bisa bertahan dg sikap dingin ustadznya...? let's reading...