Sampai terakhir mereka berpisah di Bandara Soekarno Hatta, anak remaja itu hanya mengangguk terima kasih dalam diam. Diam dikarenakan trauma yang mendera! Dan itu menyakiti hati Talyda karena dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyembuhkan kesakitan dalam mental gadis kecil itu.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?" Pak Austin melipat kedua lengannya dan menaruhnya di dada. Ia berdecak seakan tak percaya penolakan itu keluar dari pengacara yang bekerja di tempatnya. "Hidup tidak bisa memberimu rasa manis kalau kamu lebih suka bergumul dengan kepahitan!"
"Pak Austin tahu kan apa yang Bapak minta sekarang? Adam Koesnadi-persetan-Adam Hardana tidak bisa menuntut Alfian Hansa lagi." Pria bajingan yang memerkosaku tidak bisa mengajukan keberatannya terhadap bebas bersayat Alfian dari penjara Memang seharusnya Alfian masih berada di penjara sampai tujuh tahun ke depan. Namun karena potongan remisi, ia keluar setelah delapan tahun mendekam di penjara. "Habis pekara! Kenapa ada orang sesulit macam Adam Hardana itu?"
"Adam Hardana merasa tidak adil atas bebasnya mantan suamimu, Talyda," kata Pak Austin mencoba untuk bersabar. "Ia menilai delapan tahun tidak cukup untuk memenjarakan Alfian setelah ia membunuh anak dari pria itu."
"Anak yang bahkan tidak pernah ada," desis Talyda jengkel. Tentu saja ia tahu bagaimana kronologisnya. Ia mempelajari kasus pembunuhan yang dilakukan Alfian matang-matang meski pada akhirnya Alfian menolak dan melayangkan surat cerai padanya setelah pemidanaannya diputuskan. "Anak yang terpaksa lahir atau ibunya mati. Anak itu langsung mati tak lama ia dilahirkan. Kenapa pria itu berlebihan sekali?"
"Sejak kejadian itu Adam Hardana tidak punya kesempatan hidup. Hidup untuk membina keluarga lagi. Ia bercerai, kehilangan anak, dan kini hidupnya sebatang kara. Apa salah ia mengajukan keadilan pada dunia ini?"
Bercerai, kehilangan anak, dan sebatang kara! Talyda tidak bisa bergeram dalam hatinya. Bagaimana nasibnya dulu? Masih pelajar, keperawanannya direnggut seakan harga dirinya sudah tidak berarti lagi kemudian hamil, kehilangan lelaki yang dicintainya, dan hampir merasa tidak memiliki masa depan setelah dikeluarkan dari sekolahnya! Di mana Adam saat itu? Ya, tentu saja, pria itu tidak pernah mengingatnya setelah mengambil keperawanannya. Pria itu berlalu seolah hidup hanya keras padanya tanpa memperhatikan orang-orang yang telah dirusak olehnya!
"Bagaimana dengan Philip? Aku kira dia berbakat dalam hal ini. Ia punya kenalan di KY maupun MA."
"Untuk apa dia melakukannya? Dia kan bukan mantanistri Alfian Hansa!" Tanpa merasa berdosa Pak Austin terkekeh geli. "Sayang, Papa lakukan ini untukmu. Kau harus membuktikan pada Alfian bahwa kamu sudah melupakannya! Sudah lima tahun berpisah, kamu tidak ingin jadi janda seumur hidup kan?"
Mengerikan sekali Papa ini, keluh Talyda. Tapi memang inilah Papa! Perbuatannya seakan disengaja untuk menekan hidup Talyda. Dan yang sudah-sudah, Talyda tidak punya wewenang untuk menolak.
Tapi yang dikatakan Papa ada benarnya. Seharusnya, di usianya yang bulan depan menginjak tiga puluh satu, dia sudah memiliki suami untuk melindunginya serta Dama, putrinya. Talyda selalu memimpikan hal semacam itu. Dari dia SD. Dia ingin menjadi istri yang punya karir dan pulang cepat untuk mengurus suaminya.
Sayangnya, impian itu akan terenggut darinya Sabtu ini.
Ponsel Papa berbunyi. "Papa ada urusan sebentar. Tolong pikirkan lagi tentang tawaran ini." Papa bangkit dari duduknya dan tertawa tanpa suara. "Lagipula, Alfian kan akan menikah dengan teman sekolahmu Stella. Kenapa kamu belum move on juga sih?"
Ini bukan pertanda baik. Talyda menyandarkan punggungnya di kursi berkulit cokelat itu dengan helaan napas panjang. Di tengah kesenyapan ruangan itu, kehampaan menyergapnya. Kehampaan yang menyerang ke titik kesendiriannya.
Ia baru saja menyelesaikan kasus dan tidak ada yang menanyakan kabarnya. Memberikan selamat pun juga tidak. Ya, namanya ada di headline setiap koran hari ini, tapi tidak ada yang mengkhawatirkan mentalnya yang lelah setelah menjerembapkan diri pada kasus semacam itu. Perjuangan dalam membela orang lain itu tidak mudah. Banyak pihak yang tidak senang dan mudah sekali kita jatuh jika tidak menyiapkan diri untuk tetap bertahan.
Dan sekarang, ia diam memikirkan apa yang dikatakan ayahnya. Sudah saatnya ia bangkit dari luka hatinya yang sudah lama menganga. Hati ini perlu diisi, tapi entah untuk siapa. Kebanyakan orang mengira dia wanita yang kuat dengan keluarga yang berpengaruh. Banyak dari mereka yang dekat memilih untuk mundur. Ada pula yang dari awal enggan mengenalnya lebih jauh setelah tahu siapa ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dicambuk Amarah dan Cinta (Completed)
RomancePria asing menidurinya saat usianya tujuh belas tahun. Untuk menghindari malu ia menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya, bahkan pernikahan itu sendiri berujung pada perceraian. Namun Talyda tetap tegar dengan kehidupannya, sampai akhirnya i...