LIMA PULUH

312 6 1
                                    

"Maafkan saya, Mama."

"Ya, maaf.... Kamu sama jahatnya seperti istrimu Kalian sama-sama hidup di jaman modern, di mana kalian berpikir mudah sekali untuk meminta maaf!
Tapi ini jelas tidak mudah bagi Mama, Adam. Kamu sudah membohongi Mama. Apa salah Mama hingga kamu tega melakukan ini terhadap ibumu sendiri? Sudah, Mama tidak mau dengar penjelasan apapun darimu!"

Adam membalikkan tubuhnya, bergegas ke kamarnya. Ketika Adam kembalike kamarnya, ia tidak menemukan istrinya di sana. Ia berlari ke ruang fashion, gaun merah yang dipakai istrinya barusan sudah tergeletak di keranjang pakaian kotor khusus laundry.

Segera digesernya pintu lemari. Dan dadanya
seperti tertusuk sakit. Pakaian pemberian untuk istrinya lengkap menggantung di sana, kecuali pakaian-pakaian kasual yang dibawa istrinya sendiri.

Istrinya sudah pergi.

Ia kembali ke kamar dan melihat sepucuk surat di atas meja rias.

Aku tidak tahu perasaan yang kumiliki terhadapmu terlalu kuat hingga aku mampu menghancurkan diriku sendiri. Terlalu kuat hingga aku merasa jiwa di dalam tubuhku bukan diriku lagi. Aku seperti menjelma menjadi orang lain.

Menjadi orang yang lebih rapuh. Tapi di sisi lain aku merasa bangga sebab aku bisa melakukan hal yang tidak kuperkirakan sebelumnya. Sekarang kamu tidak perlu memaksakan dirimu lagi untuk mencintaiku. Aku sudah tidak mengharapkan apa-apa lagi darimu
selain kamu menjaga Dama dengan baik.

Aku minta maaf telah membawa masalah ke kehidupanmu, Mas Adam. Aku tidak punya dendam padamu. Yang aku harapkan, kamu punya kehidupan yang bahagia.

Adam membaca surat itu sekali. Dua kali. Tiga kali. Surat ini tidak seperti ditulis oleh istrinya. Ini bukan karakter Talydanya! Di mana istrinya yang keras? Yang tangguh? Yang tidak merelakan suaminya berselingkuh dengan wanita lain? Tidak, Talyda, kamu tidak bisa meninggalkan saya seperti ini. Adam terduduk lemas di lantai. Kesadaran itu melecut ingatannya. Bagaimana ia memperlakukan Talyda dengan dingin. Bagaimana ia bertindak kasar terhadap istrinya. Perempuan itu terlalu baik sampai setiap kata-kata yang keluar dari mulut suaminya selalu diingatnya. Ya, inilah yang diinginkan Adam. Ia ingin istrinya mengakui semuanya, kemudian apa? Perasaan di hatinya jauh dari kata lega. Ia justru sesak akan kehilangan ini.

Aku akan menemukanmu, Talyda, tekad Adam.

Dicambuk Amarah dan Cinta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang