SEMBILAN

4.3K 250 84
                                    

"Back to nightmare, huh?"

Adam menegakkan punggungnya, menghadapi Moreno yang duduk di sofa di depannya. "Ya, begitulah. Bapak tidak jadi ke rumah?"

"Tidak. Anak saya ternyata lagi main dengan anak Philip Sadrin." Moreno terdiam sejenak. "Saya minta maaf Pak Adam tidak bisa lagi berhubungan dengan Helena. Saya menilai Philip orang yang baik, ternyata. Dan selain itu saya lihat Bapak belum bangkit dari eks Bapak."

"Saya dan Helena sudah bersahabat sejak di New York. Saya juga mengenal Philip di sana pula. Tentu saya turut senang jika keduanya bahagia memiliki satu sama lain." Adam tersenyum masam. "Saya sudah mengunjungi Dokter Wina. Dan sampai sekarang belum ada kemajuan."

"Memang begitu. Hal semacam itu biasanya menggerogoti pikiran seumur hidup," sahut Moreno. Ia tahu riwayat wakilnya secara detail. "Saya mengalami hal yang serupa. Perlu dua puluh tahun untuk memulihkan penyakit jiwa semacam itu. Bukan maksud saya kita ini gila, tapi kewarasan seseorang juga memiliki kadar, bukan?"

"Dua puluh tahun?"

Moreno mengangguk. "Yup. Itu semua berkat istri saya yang membuat saya melanjutkan hidup dari masa-masa kelam yang saya perbuat di masa lalu." Ia mengangkat bahu. "Kalau Pak Adam perlu 'hiburan', saya bisa membantu."

"Terima kasih, Pak Moreno," jawab Adam, menyimpulkan senyum. Tak ada keraguan bahwa bosnya bisa mengenalkannya pada wanita-wanita cantik. Terus terang Adam tidak keberatan jika ia bisa bangkit dari masa lalunya dan melanjutkan hidupnya dengan orang yang baru.

Moreno mengecek ponselnya. "Oke deh. Saya mau makan siang dulu," katanya sambil bangkit dari duduknya. "Ingat, Pak Adam. Masa lalu itu pantasnya ada di tempat sampah. Kalau Dokter Ligwina masih belum berhasil, saya tidak keberatan menerima calling-an Bapak. Bukan maksudnya saya lebih baik daripada Dokter Wina. Tapi saya juga punya pengalaman yang serupa."

No doubt.

Bosnya meninggalkannya. Adam terpekur sendiri lagi di ruang kerja. Ia mendekati mejanya, duduk dan membuka map yang diserahkan sekretarisnya. Permintaannya memang tidak berhubungan dengan perusahaan tersebut, dan sebagai tanda terima kasih ia membawakan caramel frappucino untuk sekretarisnya sebelum rapat.

Dalam map itu terdapat berkas yang diberikan Detektif Olegra pada sekretarisnya. Berkas rahasia, bisa dibilang begitu. Ia mengeluarkan isi dari map itu. Riwayat hidup Alfian Hansa tertera di sana. Sangat detail! Bahkan ada foto masa kecilnya sampai foto... perkawinan?

Adam seperti tersentak melihat foto itu. Mempelai wanita.... Siapa wanita ini? Ia seperti ditarik ke masa lalu, namun kepalanya semakin pusing semakin ia berusaha untuk mengingat wanita ini. Wanita ini, pernahkah Adam bertemu dengannya sebelumnya? Adam mencari-cari di setiap kertas, di setiap data, untuk mengetahui nama istri Alfian. Tidak berhasil. Hanya ada foto itu saja yang menjadi bukti Alfian sudah menikah... atau pernah menikah. Wanita secantik ini tidak mungkin bertahan untuk lelaki bejat seperti Alfian.

Diteleponnya Olegra. Jawabannya tidak memuaskan.

"Hanya itu yang saya dapat, Pak," kilah Olegra. "Wanita itu pernah datang sekali saat mengunjungi Alfian di penjara namun kedatangannya ditolak oleh Alfian. Mereka bercerai sejak Alfian masuk penjara."

"Pak Olegra bisa beritahu siapa wanita ini? Namanya, mungkin?"

"Terakhir saya melihatnya delapan tahun lalu di pengadilan. Saya sudah mengerahkan semua anak buah saya untuk mencari tahu nama eks Alfian, dan semuanya bungkam. Termasuk keluarga Alfian sendiri."

"Termasuk keluarga Alfian sendiri?"

"Saya tidak tahu apa yang salah dengan wanita itu, atau mungkin mereka ingin bangkit kembali dari eks Alfian yang meninggalkannya saat ia terpuruk."

"Tolong cari tahu lagi, Pak Olegra. Saya penasaran dengan wanita ini."

"Siap, Pak Adam."

Seharusnya Adam tidak peduli dengan wanita ini. Kenapa ia bersikeras untuk mencari tahu siapa istri eks Alfian? Toh ia tidak ada niatan untuk mengencani mantan istri dari pembunuh anak yang dikandung Lucy.

Sampai sekarang ia tidak bisa memusnahkan perasaan benci terhadap Alfian. Delapan tahun... Delapan tahun! Hanya delapan tahun pria itu dipenjara sementara Adam tidak bisa bangkit dari hidupnya sejak ditinggal Lucy. Manusia seperti Alfian layak dihukum mati, bukan dipenjara!

Ia menekan nama Pak Austin Sjarief di ponselnya. Tak lama kemudian terdengar suara pengacara kondang itu. "Ya, Pak Adam."

"Selamat siang, Pak Austin Sjarief," kata Adam sopan. "Ini Adam Hardana. Bapak lagi di kantor?"

Ia bergegas turun dari kursinya dan meninggalkan kantor. Dari Danishwara Tower ke kantor law firm milik Pak Austin tidak jauh. Hanya menghabiskan waktu di putaran selama lima menit dan ketika melihat jembatan di atasnya, menyadari kesalahannya dan ada sedikit penyesalan mengapa ia memilih pergi dengan mobilnya!

Itulah salah satu sifatnya. Dia orang yang ekonomis. Terkadang tidak peduli dengan imejnya sendiri yang penting hemat walaupun uang banyak di dompet. Dia tidak pernah punya masalah naik angkot dengan setelan jas kerja. Tapi sejak ia bekerja di salah satu bank terkemuka sebelum kerja di Danishwara Tobacco-suatu kali ada wartawan yang iseng yang memotretnya sedang menunggu bus umum karena mobilnya sedang di bengkel-dan setelah itu Mama melarang untuk melakukan hal yang menjatuhkan namanya sendiri. Ini bukan soal sombong. Hanya tentang strata kelas.

Setelah memarkirkan mobilnya, Adam masuk ke gedung dan menekan tombol lift. Lantai empat belas, desahnya. Ia tidak tahu apa reaksi Mama saat mengetahui ia belum rela orang yang membuatnya menderita bebas dari penjara. Setiap malam, setiap Adam berkunjung ke rumah ibunya, Mama hanya berpesan padanya untuk membuang rasa dendam itu. Adam hanya mengangguk namun tidak memaknai pesan ibunya dengan baik.

Lift terbuka. Dan Adam sejenak terpukau.

Perempuan itu keluar dari lift. Matanya yang indah menatap lurus kepada Adam-bukan-kepada objek apapun di depannya-dengan sorotan tajam. Bukan hanya matanya yang menarik bagi Adam. Semuanya.... Rambutnya, bentuk tubuhnya.... Sempurna! Mengingatkan Adam pada pemain The Dark Knight Rises, Anna Hathaway! Tentu saja Adam tidak membayangkan wanita di depannya itu menggunakan kostum kucing yang seksi. Tapi bagi wanita dengan pakaian yang tertutup yaitu blouse dan rok selutut serta heels yang tidak terlalu tinggi, ia sangat cantik!

Entah hanya Adam atau yang lain dapat melihatlidah Adam yang menjulur sedikit dengan kerongkongan kering. Ia begitu terpana

Dicambuk Amarah dan Cinta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang