LIMA BELAS

6.5K 335 513
                                    

Never get impressed by the man who gave you a bunch of flowers---Itu salah satu prinsip Talyda. Sejak bercerai dari Alfian banyak sekali pria yang mengirimkannya bunga. Tidak sedikit dari mereka yang sebaya dengan ayahnya sendiri. Banyak dari mereka yang ingin menjadikannya simpanan. Atau hanya pacar ala SMA saja. Tidak ada satu pun dari mereka yang punya visi seperti Alfian sebelum masuk penjara.

Dan yang jelas, Adam Koesnadi adalah salah satu dari pria yang tidak punya visi itu.

Semua orang tahu dia duda. Wajahnya sering tampil di TV sebagai pakar ekonomi dan wakil dirut perusahaan rokok terbesar. Ia juga sering dikabarkan berhubugan dengan orang-orang dari kalangan sosialita. Dan yang paling menyakitkan, Adam pernah berhubungan dengan sepupu Talyda, Helena.

Menyakitkan? Talyda tidak peduli dengan siapa pria itu memiliki hubungan. Talyda hanya sudah muak dengan pemberian bunga dari pria-pria yang hanya mempermainkannya saja.

"Aku harap kamu suka bunga dari saya, Talyda," katanya penuh percaya diri.

Sayangnya, kepercayaan diri itu harus menurun tatkala Talyda menyodorkan buket mawar itu ke hadapan Adam. Ia segera berdiri dan menyerahkan buket itu. "Saya sangat menghargai pemberian Anda, tapi saya tidak bisa menerimanya," tolak Talyda dengan nada sesopan mungkin. "Bunga mawar adalah bunga yang biasa diberikan seorang lelaki pada kekasihnya."

"Saya hanya ingin menghibur hatimu saja, Talyda," kilah Adam. "Saya melihatmu menangis. Tenang, hanya saya yang menyadari kamu tadi tengah menangis, Talyda."

Lelaki itu menyebut namanya lagi. Ya, mereka memang sudah saling kenal-tidak secara teknis. Pria itu tidak ingat pernah berkenalan dengannya. "Pak Adam, saya mengenal Anda sebagai teman dekat sepupu saya. Helena mungkin baik, bisa menerima Anda sebagai sahabatnya, meskipun dia sudah punya suami." Shit. Kenapa dia harus menjelekkan nama sepupunya di depan pria ini? "Tapi maaf. Saya tidak mencari bunga mawar dari seorang lelaki untuk saat ini."

"Oh, begitu ya," Adam mendesah. "Nggak masalah. Niat saya baik, kok, ingin memberikanmu sesuatu untuk melipur laramu saja, walaupun saya tidak tahu apa yang menyebabkanmu bersedih." Ia kemudian menghirup aroma bunga itu. "Kalau begitu anggap saja saya tidak pernah melakukan ini." Dan pria itu tersenyum, dengan terpaksa.

"Maaf, saya tidak bermaksud..."

"No problem," sela Adam. "Kalau bunga ini tidak kamu terima, bagaimana dengan undangan makan malam?"

"Apa?" tanya Talyda bingung.

"Sebagai perayaan kamu telah memenangkan kasus di Singapura," sahut Adam tenang. "Wanita semenarik kamu. Tidak bosan melakukan semuanya sendiri?"

Oh, ya ampun! Talyda berharap pipinya tidak memerah saat ini. Pria yang jauh lebih tua darinya ini tengah memujinya, menggodanya, begitu? Huh, memang Talyda sudah ada tampang ingin jadi perawan tua, sehingga menerima pria tampan yang matang ini?

Di jauh dalam dasar hatinya, terbersit pikiran tentang Alfian. Alfian tengah membatalkan pernikahannya dengan Stella. Demi dirinya! Dan sekarang... Datang pria ini. Tidak tahu apa yang membuatnya tertarik pada Talyda. Entah apa yang harus dijawab Talyda. Iya atau... tidak?

Pada saat yang sama ponsel Talyda bergetar. Satu pesan dari Alfian: Baiklah, aku kembali pada Stella. Kamu benar. Aku membutuhkan ayah Stella untuk menunjang karirku.

Dan bukan hanya itu saja yang membuat Talyda tersadar.

Dicambuk Amarah dan Cinta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang