Talyda membuka laptop-nya dan mencari tahu tuntutan yang menimpa istri Alfian. Ia sedikit gemetar ketika menulis nama Alfian Hansa di Google search bar. Kemudian keluar situs berita resmi yang memuat berita pencemaran nama baik itu. Alfian Hansa membatalkan pernikahan, Stella siap tuntut Alfian atas perbuatan penipuan. Ini sama sekali bukan berita baru, Talyda berasumsi. Semua orang tahu betapa cintanya Stella pada Alfian. Dan memang benar telah dilakukan perjanjian antara Alfian dengan Stella semasa ia didekam di dalam penjara. Talyda tidak tahu apa rinciannya, hanya tahu bahwa ada perjanjian itu tok. Dari ayahnya sendiri yang menyusun kontrak itu.
Mereka tidak jadi menikah? Haruskah Talyda senang dengan berita yang belum tentu benar ini? Atau Alfian menyadari bahwa Stella punya sifat layaknya pemberontak Suriah itu yang suka bikin onar.
Sama seperti saat mereka bersekolah di NY dulu.
Stella yang dari kecil tidak pernah merasakan susah dan tidak dibebani tanggung jawab untuk belajar dengan benar-semuanya disediakan oleh ayahnya yang kaya raya-selalu mudah untuk dijebak. Dijebak dalam hal memancing emosi. Mudah saja membuatnya marah saat itu. Ambil saja salah satu perlengkapan dandannya dari tas dan ia akan menghebohkan sekolah dengan menuduh satu per satu setiap murid.
Dan yang menjalankan tugas membersihkan kekusutan yang dibuatnya, Talyda-lah yang turun tangan. Sama seperti sekarang. Bagaimana pun mereka pernah berteman. Dan Talyda tidak tega meninggalkan Stella saat duka seperti ini.
Pintu ruangan Talyda terbuka dengan keras dan tiba-tiba. Ia buru-buru menutup laptop-nya dan berjengit. "Erros!"
"Hai." Laki-laki dengan postur tubuh tinggi dan berwajah tampan itu duduk di sebrangnya, di balik meja Talyda. Lelaki itu akan lebih tampan lagi jika tangannya tidak bengkak karena tusukan jarum dan tubuhnya memiliki bobot yang lebih berat. "Bagaimana kabar adikku yang satu ini?"
"Kau tahu kamu ada di mana sekarang?"
"Di kantor Papa tersayang," jawab Erros santai. "Di Menara Sjarief yang mengerikan untuk siapa saja yang melihatnya. Aku harus bilang pada Papa bahwa dekorasi kantor ini mengingatkanku pada gedung-gedung tua di Roma. Apakah kamu sering diganggui makhluk-makhluk halus di sini?"
"Hak untuk menyarankan itu sudah hilang sejak kamu dipecat." Sejak Erros didepak dari perusahaan arsitektur karena ketahuan korupsi. Korupsi itu dilakukannya untuk membeli narkoba serta bongbongnya! Untung saja Papa mencuci bersih masalah itu dengan mengganti rugi asalkan anaknya tidak dibawa ke kantor polisi! Setelah itu Erros menghilang entah ke mana dengan uang yang diberikan Papa untuk terakhir kali. "Kenapa baru sekarang datang? Uangmu sudah habis?"
Erros berdecak dengan seringaian di wajahnya. Sudah lebih dari setahun tidak bertemu dan adiknya masih sama; kurus, air muka kusam dan sinisan! "Masa nggak boleh dateng sih kalo kangen sama adikku sendiri? Bagaimana kabar Mama, Talyda? Masih sering ke rumah Helen?" Helen sepupu mereka masih beradaptasi dengan statusnya sebagai ibu. Dan Mama tidak keberatan untuk membantu Helen mengurus bayinya.
"Mama sehat."
"Tidak pernah menanyakan aku?"
"Kalau aku boleh jujur dan itu menyakiti hatiku, Mama selalu memintaku untuk membawa anak sulungnya pulang!" jawab Talyda kesal. "Tapi aku bisa bilang apa? Keberadaanmu saja tidak diketahui oleh siapa pun!"
"Aku bisa membayangkan betapa kesepiannya Mama. Punya anak perempuan bukannya move on, malah menyibukkan diri dengan para kriminal!" Erros menggeleng-geleng seakan dirinya sendiri yang suci. "Cari pacar dong kamu!"
"Hellooo...!!! Kau bisa bicara dengan dirimu sendiri. Daripada berpacaran dengan suntikan-suntikan tidak berguna itu, lebih baik kamu cari cewek soleha yang bisa bikin kamu ke jalan yang benar!"
"Nah itu. Kedatanganku kemari tidak jauh-jauh dari situ, Dik." Kini Erros menghela napas panjang dan ekspresinya berubah serius. "Aku butuh uang."
"Uang untuk beli putaw?"
"Putaw?" Erros tertawa. "Pintar banget sih adikku ini!"
Itu sama sekali tidak lucu. Sedih sekali jadi Papa dan Mama. Mereka sukses dari menegakkan keadilan, sementara Erros tidak pernah lepas dari jeratan narkoba. Bukan berarti Talyda suci seratus persen. Dalam hidupnya dia pernah melakukan kesalahan juga. Tapi itu sudah lama berlalu.
"Dan pikirmu aku akan memberikannya?"
"Kau tidak punya alasan untuk menolakku," jawab Erros. "Ayolah, Dik. Jangan persulit permintaanku yang satu ini."
"Kau janji tidak akan membeli lagi narkoba?"
"Ini yang terakhir kali!"
"Aku tidak percaya," tandas Talyda. "Sebaiknya kamu keluar sebelum Papa melihatmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dicambuk Amarah dan Cinta (Completed)
RomancePria asing menidurinya saat usianya tujuh belas tahun. Untuk menghindari malu ia menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya, bahkan pernikahan itu sendiri berujung pada perceraian. Namun Talyda tetap tegar dengan kehidupannya, sampai akhirnya i...