PROLOG

953 60 10
                                    

"Kenapa tidak mau hilang!"

Perempuan itu terus menggosok permukaan bahu kanannya hingga kulit putih itu berubah kemerahan, dia terus melakukannya, menggosok tepat pada tanda itu. Tidak mau berhenti sebelum tanda itu hilang, meski matanya sudah memburam karena menahan air mata. Meski tahu jika yang dia lakukan adalah sia-sia.

Tanda yang seperti kilat berwarna biru terang itu muncul di sana beberapa hari yang lalu. Itu adalah tanda mate. Werewolf yang sudah menginjak usia 18 akan memilikinya, sebagai tanda bahwa dia telah memiliki pasangan.

Harusnya sekarang Somi bisa menunjukkan pada orang tuanya mengenai tanda itu, untuk memberitahu keluarga sang alpha bahwa dia adalah omeganya.

Tapi Somi memilih tidak melakukannya.

Dia justru mengurung diri setelah pulang sekolah dan menggosok tanda itu, berharap dengan menghilangnya tanda itu, dia bisa mengubah takdir mate-nya.

"Aaaargh." Perempuan itu sangat kesal hingga memukul permukaan air yang menggenang memenuhi wastafelnya.

Harusnya Jeon Somi senang, ketika pada akhirnya mendapat tanda mate. Karena Sejeong tidak akan lagi mengatainya sebagai omega tanpa pasangan.

Harusnya Jeon Somi bahagia. Bukan tersenyum miris menatap pantulan dirinya di cermin.

"Somi-ah! Kau tidak lupa untuk mengantar ayam ke rumah Pak Tua itu kan?"

"Iya, aku mengerti."

Perempuan itu berteriak menyahut dari dalam kamar mandi lalu kembali melihat pantulan wajahnya di cermin, sudah sangat kacau. Sebagian seragamnya sudah basah karena dia menghabiskan waktu lama di dalam sana.

Somi kini tertawa hambar pada wajahnya sendiri, merutuki seseorang yang ada di pantulan cermin itu tentang betapa dia terlihat bodoh sekarang.

"Kenapa!!"

Somi memilih membuka keran dan menangkupkan tangan untuk dapat menampung air, lalu perempuan itu membasuh kasar wajahnya dan terengah. Sejenak, dia kembali melihat tanda di bahu itu dengan sedih.

"Kenapa harus kau..." Somi kembali menggosok bahunya, "aku tidak pantas untukmu."

Mengingatnya—Somi semakin bertekad untuk dapat menghilangkan tanda mate itu dari tubuhnya, jika dia tahu siapa yang akan menjadi pasangannya, dia tidak ingin mendapat tanda itu sampai kapanpun. Dia ingin menjadi betha.

Setelah beberapa jam berjuang menghapus tanda itu, Somi menyerah. Ia kembali menunduk dan memukul permukaan air hingga kembali menyiprat ke wajahnya. Bahunya bergetar dan isakan kecil kembali terdengar. Somi menangis dengan suara yang berusaha dia redam.

"Somi-aaaaah."

Mendengar teriakan itu lagi—Somi memilih untuk tidak membuat ibunya semakin marah. Dengan senyum yang dipaksakan—perempuan itu menghapus airmatanya. Dia tidak boleh terlihat habis menangis atau orang tua itu memberondongi dengan ribuan pertanyaan dan jika tidak dijawab; Somi akan mendapat hukuman. Dia tidak mau. Cukup baginya merasakan rotan itu kemarin, hari ini jangan lagi.

Dia sudah berganti pakaian sebelum memutuskan menemui sang ibu di dapur. Wajahnya sembab, tetapi ibunya tidak boleh tahu kalau dia baru saja menangis. Jadi Somi berusaha menghindari tatapan ibunya. Dia harus menoleh ke arah lain tiap kali ibunya mencoba bertatap dengannya.

Kim Taehyung, Can I Be Your Mate?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang