Part 11

276 34 6
                                    

Taehyung melambai kala matanya mendapati satu sosok perempuan baru saja membuka pintu kafe. Ia menunjuk tempat duduk yang sudah disiapkan sembari menunggu orang itu datang.

"Kupikir kau tidak datang?" ucapnya kala perempuan itu baru mendudukkan pantat di kursi.

"Kau mengirimku pesan setiap satu menit, bagaimana bisa aku tidak datang."

Taehyung kemudian mengangkat tangan menyuruh pelayan mendekat ke meja mereka. "Yah lagipula kau memang harus didekati lebih dulu."

"Apa?"

"Itu saja pesananku dan ini kartuku." Bukan menjawab pertanyaan Somi, Taehyung justru sibuk pada pesanannya yang tengah di catat seorang pelayan di dekat mereka. Bahkan Taehyung memesankan untuknya tanpa meminta pendapat Somi.

"Kau harus mencoba Diamond Brookfarm Chocolate di sini, mereka memiliki yang terenak."

"Kau bilang aku yang harus mentraktir, tapi kenapa kau mengeluarkan kartu debitmu?"

"Kartu debitku tidak dibuat untuk sia-sia. Kau bisa mentraktirku ayam dari tokomu, kalau mau."

Somi membelalak, Taehyung ternyata tahi bahwa dia memiliki toko yang menjual ayam.

"Aku melihatnya saat mengantarmu, aku bukan penguntit."

"Oke." Somi mengangguk. Tak lama pesanan mereka datang. Somi cukup terpukau dengan apa yang Taehyung rekomendasikan, karena ia menyukai varian rasa es krim yang baru pertama kali menyentuh lidahnya.

Sementara Taehyung sudah sibuk menyendok es krim dalam mangkuk ke mulutnya. Sesekali dia dengar Taehyung berceloteh tentang sekolah, Jungkook dan sedikit tentang pekerjaannya.

Somi tidak mengerti kenapa hal-hal kecil dari Taehyung terasa begitu menakjubkan. Dia tentu tahu, sebagai seorang idol—Taehyung memiliki kepribadian yang manis dan tulus. Dia tidak perlu menyembunyikan diri atau membangun imej diri sebaik mungkin jika nyatanya Taehyung memang sudah baik.

Tapi yang paling menganggu pikiran adalah bagaimana dirinya bisa berakhir bersama Taehyung. Apakah ini legal disebut sebagai kencan?
Atau hanya jalan biasa saja.

"Keberatan menemaniku menonton hari ini?" Somi hampir saja meludahkan kembali es krim yang baru masuk ke mulutnya setelah mendengar ajakan Taehyung. Ini jelas kencan sekali. Dan jantungnya hampir saja putus ke lambung karena terkejut, tetapi debar menyenangkan lainnya membuat dia tersenyum tertahan, walau sia-sia karena pipinya yang bersemu.

"Aku tidak keberatan kau menganggapnya sebagai kencan, karena aku memang sedang melakukannya."

Somi rasanya ingin berlari kencang dan terjun dark gedung tinggi, dia tidak bisa untuk tidak 'ge'er' ketika Taehyung menatapnya dengan mata penuh cinta. Somi tidak yakin, tapi anggap saja begitu.

"Aku anggap kau tidak keberatan, jadi cepat habiskan."

Somi hanya menurut patuh ketika Taehyung justru menginteruksinya untul tidak berlama-lama di dalam kafe karena mereka akan melakukan hal lain setelah ini. Jadi begitu selesai dan mereka sudah berada di parkiran menuju mobil, Taehyung segera menyuruh Somi masuk.

Somi tidak banyak bicara. Dia ketakutan jika Taehyung mendengar bunyi detak jantung yang mirip genderan drum di konser rock. Tidak berniat berlebihan, bahkan telinganya sendiri bisa mendengar bunyi itu.

Apalagi yang akan dilakukan Taehyung untuk membunuhnya dengan cara manis. Tadi setelah mengatakan kata sakral yang membuat dirinya tak tenang, sekarang lelaki tampan itu justru mengenggam tangannya ketika memasuki pusat perbelanjaan.

"Tae ...." Somi mencicit masih dengan mata yang terus menatap gandengan tangan mereka.

"Nanti kau hilang." Taehyung berujar cuek,  lalu membawa Somi berjalan menuju lift. Dia tidak mau berlama-lama mendapat tatapan dari orang-orang yang sibuk menebak-nebak apakah dia artis atau bukan.

Kim Taehyung, Can I Be Your Mate?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang