Part 4

377 41 3
                                    

Ini sudah sore ketika Somi memutuskan untuk pergi dengan memacu sepedanya menuju river-side park. Dia hanya ingin pergi dari rumah untuk menenangkan diri. Selalu seperti ini ketika suasana hatinya sedang kacau.

Pergi sendiri, menikmati langit senja. Sebenarnya tak akan jauh berbeda, perasaannya tidak akan membaik hanya dengan menatap senja sampai langit berubah gelap. Mungkin bagian paling indah dari senja adalah ketika dia hanya bisa diam tak tahu harus memikirkan apa tetapi raganya juga menolak pergi. Singkatnya, Somi hanya harus merasakan dirinya sendiri.

Sebuah telepon masuk ke ponselnya. Somi menyangga sepeda tersebut untuk mengangkat panggilan.

'Kau tidak di toko?' Suara itu adalah milik Sejeong. Mungkin perempuan itu datang ke rumahnya tadi.

"Tidak," jawab Somi lesu.

Kalau begini Sejeong tahu bahwa Somi sedang menenangkan diri.

'Biar kutebak, bercerai lagi?'

Ini sebenarnya salah satu alasan yang mendasari rasa tidak pantas Somi terhadap siapa pun. Keluarganya. Tidak ada yang benar dalam keluarganya. Dia yang miskin, ibunya yang tukang mengeluh juga ayahnya yang suka mabuk-mabukan. Bukankah memiliki keluarga aib seperti itu sangat memalukan. Dan Somi tidak punya muka untuk mengenalkan mereka pada Taehyung—itu pun jika terjadi).

Dan tentang perceraian. Sepertinya dua orang tua itu sangat senang menjadikan kata cerai sebagai senjata untuk menakuti pasangannya. Mereka akan mengatakan lelah hidup bersama, lalu berkata besar seolah hidup akan lebih baik jika mereka berpisah. Somi jengah. Dia benci memilih dengan siapa dia harus ikut. Kedua orang tuanya tidak bisa menjadi sosok yang bisa dia gantungkan.

'Yaa! Kau tidak berpikir bunuh diri kan?' Perkataan seseorang dari seberang sana membawa kesadaran Somi kembali. Sebenarnya dia tadi melihat seseorang yang membuat perasaannya bergejolak aneh. Tapi sosok itu sudah berjalan jauh.

"Tidak tentu saja. Yaa, sebentar. Aku akan menghubungimu nanti."

Somi segera mematikan sambungan telepon dan mengayuh sepeda. Kalau perasaannya benar, dia tahu orang itu. Pemuda dengan pakaian serba hitam dan memakai topi itu seperti Taehyung.

Somi memarkirkan sepedanya di dekat sebuah kursi panjang. Setelah merantai ban sepedanya, Somi berjalan mengendap-endap. Sisi jahilnya tiba-tiba muncul kala perkiraannya benar, dia mengenali pemuda yang melewatinya tadi.

Pria yang berdiri dengan tangan masuk ke saku hoodie-nya sama sekali tidak menyadari seseorang yang berjalan mendekatinya. Mungkin musik di earphone-nya sangat keras.

Somi memegang pundak Taehyung. Tetapi pemuda itu hanya berdiri menegang, sama sekali tidak mau menoleh.

Sampai Somi merasakan tangannya dipelintir kuat dan ditekuk ke belakang punggung, tak hanya itu, Taehyung bahkan menendang lutut bagian belakang kaki Somi hingga perempuan itu jatuh.

"Aaaaargh." Somi mengerang kala merasakan linu. Selain itu dia juga terkejut pada reflek Taehyung.

"Somi?" Taehyung mulai menyadari siapa orang yang baru saja dia kunci pergerakannya. Somi masih menggeliat mencoba melepaskan tangannya dari punggung. Itu sakit.

Pemuda itu buru-buru mengendurkan kunciannya. Dia terkejut luar biasa, terlebih siapa yang dia serang membuatnya jutaan kali lebih terkejut.

Kim Taehyung, Can I Be Your Mate?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang