Bag. 10, Keanehan

1.6K 178 2
                                    

Bel masuk sebentar lagi mulai terdengar dan Yona masih saja berada di depan pintu sambil setia menunggu kedatangan perempuan berambut pendek yang selalu pergi ke kelas milik Veranda. Tapi sepertinya hari ini dia tidak berangkat.

"Udah kali, Yon. Tu anak mungkin lagi sakit. Udah yuk masuk kelas, bentar lagi masuk nih"

Namun, saat mendengar penjelasan dari Della yang tiba-tiba langsung di sebelahnya sambil menceramahinya itu malah membuat dirinya tambah khawatir. Setidaknya Kinal tidak sakit dan mungkin berharap kalau sang gadis baik-baik saja. Perempuan berambut panjang yang merupakan teman dekat Yona itu terlihat sebal dan sedih menyadari sahabatnya menjadi aneh setiap harinya.

"Eh, duo manusia gaje itu hari ini gak berangkat ya?"
"Bagus deh gak ada cewek sok cantik itu"
"Siapa? Veranda maksud lo? Dia hari ini juga gak berangkat 'kan. Temennya yang namanya Kinal juga. Mereka ngapain yah?"

3 gadis yang suka menggosip itu lewat di depan Yona dan Della dan entah mengapa bisa kebetulan memberi mereka informasi tentang ketidakmunculan Kinal yang suka ke kelas Veranda tersebut. Yona bimbang antara harus berterimakasih dengan para gadis itu atau sebal mendengarnya tidak masuk.

"Percuma deh nunggu dia dari pagi-pagi tadi"

Keluh perempuan berambut curly sembari menghentakan kakinya menandakan bahwa dirinya kesal. Della mengerutkan dahi tidak tega melihat kesedihan yang tak biasanya Yona tunjukkan padanya. Sebenarnya Yona itu sedikit penutup soal kebahagiaan ataupun kesedihan miliknya. Lebih sering di katakan kalau gadis cantik itu sering menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.

"Berjuang itu butuh proses. Gak mungkin dapet instan gitu aja. Semangat dong"

Saran perempuan berambut panjang tersebut sambil tersenyum tipis menasihatinya. Yona terperanjat kaget mendengar ucapan dari Della yang sebelumnya juga tak pernah ia dengarkan. Sedikit senang mendengar dukungan dari gadis berambut panjang itu.

"Berarti.. udah ngerestuin aku nih suka sama cewek?"

"H-Hah?! Ya.. ya gak gitu maksud aku--"

"Makasih ya, Della~"

"Y-Yonnnn..! Pokoknya gak boleh! Gak boleh suka sama dia!"

Yona melenggang pergi sambil menunjukkan ekspresi bahagianya setelah di beri saran oleh sahabat dekatnya tersebut. Della melenguh sebal tak tau harus melakukan apa lagi setelah ini. Sebenarnya ini semua tidak harus terjadi kalau dia tidak membicarakan Veranda yang merupakan teman karib Kinal tersebut. Yona harus hidup normal seperti gadis lainnya.

"Ini melanggar aturan, Yon.."

Gerutu gadis berambut panjang tersebut sembari berjalan dengan rasa terpaksa yang memuncak di benaknya. Bel masuk sudah berbunyi menyadarkan lamunannya, tetapi tidak dengan kesedihannya. Ia bingung harus bagaimana untuk meluruskan pikiran Yona untuk saat ini.

*****

"Kamu beneran gak mau rawat inap, sayang? Gak perlu mikir biayanya. Ini semua demi kamu kok. Iya 'kan, Ve?"

Perempuan paruh baya kembali menawarkan perawatan kepada Kinal yang berusaha membereskan ranjang tempatnya beristirahat semalam. Satu hal yang Veranda ketahui tentang sahabatnya itu adalah, gadis tomboy itu tidak suka merepotkan orang lain. Kinal memang perempuan. Tetapi sebenarnya ia cukup tangguh dan kuat untuk menahan segala rasa sakit.

"Gak usah, tante. Kinal udah sehat kok. Besok malahan udah bisa bantu-bantu om Tanu"

Sahut Kinal yang hanya di tatap santai oleh Veranda yang memang sudah dari awal memarahinya untuk tidak melakukan rawat jalan. Ia takut luka-luka yang ada di tubuh gadis berambut pendek itu belum sepenuhnya sembuh.

"Apaan mau bantuin Papa. Pokoknya kamu nginep di rumahku dulu ya. Aku gak mau ada penolakan"

Perempuan berpipi tembam itu menunjukkan sikap keras kepalanya lagi. Kinal tau konsekuensinya apabila menolak ajakan Veranda kali ini. Ia tidak memaksa dirinya untuk rawat inap, tetapi malahan harus menginap di rumahnya. Mengingat ia sudah lama tidak masuk ke rumah besar bak istana itu membuatnya kembali takut apabila tidak ikut tawarannya. Kinal mengangguk lemah sambil memperhatikan keluarga kecil itu.

"Oke. Jadi.. berapa hari nih kita gak berangkat sekolah?"

Gadis tomboy itu menunjukkan senyum penuh artinya yang menyimpan segala makna yang hanya keluarga kecil itu yang tau. Papa Veranda tau maksud dari Kinal. Veranda sengaja menyuruh perempuan berambut pendek itu menginap agar bisa merawatnya secara langsung dan pastinya itu akan memakan waktu yang sangat lama.

"Verandaa...?!"

Kinal terkekeh melihat kemarahan tipis di muka Papa Veranda yang memperlihatkan sedikit kegeramannya. Sang mama hanya tersenyum melihat tingkah kedua puteri kesayangannya tersebut. Veranda hanya bisa mengerucutkan bibir dan menyahut semua penolakan yang papa-nya berikan. Perempuan titisan bidadari tersebut beralasan kalau gadis berambut pendek tersebut memiliki pola hidup yang tidak teratur di kost.

Kepada pembaca yang baik, mohon tekan bintang untuk mendukung cerita ini🌟

"Nanti kalau lukanya gak sembuh-sembuh gimana? Kan kasihan bolak-balik rumah sakit. Kinal juga sok kuat gitu"

"Huft, jangan bilang kamu mau ngerawat dia lebih dari satu minggu?"

"Y-Ya.. ya mana tau kan kalau dia belum sembuh"

"Itu namanya main-main, Veranda. Pokoknya.. jangan mempertaruhkan apa pun jika berurusan dengan pendidikan. Mengerti?"

Papa Veranda bergegas pergi membawa beberapa barang yang mereka persediakan untuk Kinal semalam. Sang mama memandang Veranda yang untuk kesekian kalinya merasa sedih dengan ucapan papa-nya. Ia sedikit kesal menyadari perkataan papa-nya yang tidak seharusnya bilang seperti itu di depan Kinal.

"Gak papa, Ve. Tabunganku masih banyak. Makanku enak terus kok"

Mendengar alasan itu malah membuat gadis berpipi tembam itu bertambah sedih dan malas sekali membahas masalah keluarga miliknya sekarang. Kinal yang sedikit tidak enak hati setelah mendengar ucapan dari Papa Veranda yang tak biasanya tersebut berusaha untuk tidak menginap saja di rumah perempuan bak bidadari tersebut. Ia juga tidak tahu menahu soal sikap papa-nya yang tiba-tiba bisa berubah seperti itu.

"Nggak, Nal. Pokoknya kamu harus nginep di rumahku. Iya 'kan, ma?!"

Gadis berpipi tembam itu memancarkan kemarahan di matanya yang menatap lurus pada mama-nya. Sang mama tau perasaan apa yang tengah Veranda rasakan sekarang. Ia hanya bisa mengangguk kecil dan menyetujui hal itu dalam diam.

"Iya. Yuk, Kinal. Kok malah ngelamun? Jangan berdiri terus. Nanti kaki kamu pegel loh. Lukanya ada yang belum kering tuh"

Mama dari perempuan cantik itu menuntun Kinal dengan perlahan diikuti Veranda yang menangis dari belakang menyadari segala kesedihan ini. Ia masih saja di paksa untuk kuliah di Jerman setelah lulus dari SMA. Papa-nya sama sekali tidak mengerti perasaanya bahkan setelah kejadian seperti ini pun pria yang merupakan kesayangannya itu belum juga paham.

"Kamu mau tante masakin makanan kesukaan kamu?"

"Sop ikan buntal!"

"Heh, makanan apa itu. Bukan dong. Nasi goreng pedes, ya 'kan?"

"Betul banget. Haha, tante masih aja inget"

Sembari mengusap air mata yang terus saja mengalir di pipinya, gadis berpipi tembam itu tidak ingin kehilangan Kinal untuk kedua kalinya. Ia menyesal telah mendiami perempuan tomboy itu beberapa minggu yang lalu.

"Oh ya, Ve? Kamu juga mau apa?"

Sesampainya di dalam mobil, Veranda yang sedari tadi melamun itu akhirnya sadar karena pertanyaan Kinal yang tiba-tiba tersebut. Sang mama menatap raut muka sedih anak semata wayangnya itu tidak tega. Ia sebenarnya juga tidak tega meninggalkannya sendirian di Jerman tanpa ada kerabat yang menjaganya.

Tbc💕

Aloha readers tercinta~! Siapa yang udah nunggu 'Sick Love' update nih?! Yuhuuu semakin seru aja tantangan hidup Yona dan kegelisahan yang di rasakan Kinal dan Veranda kali ini. Terus ikuti kisah mereka ya! Jangan lupa klik bintang jika kalian suka^^

Sick LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang