Bag. 16, Jarak

1.3K 121 0
                                    

Kamu tau mengapa aku jatuh cinta padamu?
Kamu tau mengapa kata 'cinta' hanya berlaku untukmu?
Apakah kamu tau kalau sekarang posisimu berharga?
Seandainya kamu tau,
Aku tak mungkin gila sendirian

- Jessica Veranda

-----

Kejadian beberapa minggu lalu membuat kedua sahabat yang biasanya akrab di luar maupun dalam sekolah ini sedikit berjarak. Alasannya karena kesibukan diri masing-masing, tak lain Veranda yang diharuskan belajar lebih sering dari sebelumnya karena ulangan tengah semester akan segera datang.

"Gila sih ya, tu cewek udah dapet surat yang ke berapa kali sampe di taruh bawah kursi segala"
"Ya gitulah nasib orang tenar"
"Udah cantik, pinter, siapa sih yang gak naksir?"

Komplotan orang membisikan sesuatu yang sekenanya selalu ia dapatkan apabila sedang berhalangan masuk sekolah. Padahal Veranda tak mengenali siapa yang telah memberikannya surat sebanyak itu. Ia membaca saja tidak, apalagi menerima. Dengan jengah ia membersihkan mejanya yang penuh dengan surat-surat itu ke bawah kursi. Kembali perempuan berambut panjang itu berkutat dengan buku pelajarannya. Naomi yang mengamatinya dari jauh pun tersenyum.

"Aku tau kamu pasti benci mendapat hal seperti itu, benar?"

Ujarnya sesampai di depan meja Veranda. Gadis berpipi tembam itu mendengus kesal menyadari penghambat pelajarannya yang tak henti-henti mengganggunya belajar. Ia menatap sinis Naomi yang masih memamerkan senyum tipisnya.

"Mau apa kamu kesini?"

Tanya perempuan bak bidadari itu dingin dan berharap orang yang ada di depannya ini segera pergi. Tetapi keinginan yang sudah Naomi kumpulkan sedari kemarin tak luntur dengan mudahnya walaupun mendengar penolakan dari awal. Ia ingin berubah. Semenjak kedatangan saudara tiri gadis masa lalunya itu ia berusaha memperbaiki semuanya dan berjalan senatural mungkin. Tidak perlu menutup diri kembali.

"Mereka menanyakan kabarmu lewat surat. Kuno sekali, ya? Hmp. Aku hanya berusaha menjadi yang berbeda diantara mereka, bagaimana?"

Mata Veranda membulat kaget mendengar penjelasan langsung dari perempuan berkacamata yang biasanya mengamatinya diam-diam itu. Seharusnya ia tidak perlu mempermasalahkan ucapan Naomi, karena sebenarnya ia sudah tau.

"Ck, aku gak keberatan kalo kamu mau pergi dari tempat dudukku sekarang juga"

Balasnya tajam dan lagi-lagi tak menghiraukan suara deheman gadis yang sama sekali tidak takut dengan ancamannya tersebut. Naomi malas apabila menangisi gadisnya yang mungkin dalam pepatah dekat namun tak dapat di gapai. Sesulit itukah meruntuhkan hati Veranda? Apa yang selama ini Kinal lakukan untuknya? Apakah perjuangannya lebih sakit dibanding dirinya yang ansos dan tak pernah dianggap?

"Baiklah jika kamu baik-baik saja. Kuharap kedepannya tidak ada lagi sesuatu yang menghambatmu sekolah. Dan dengan Kinal.. ya, semoga dia menyadari bahwa akulah yang lebih pantas mengkhawatirkanmu"

Perempuan berambut sepunggung itu membalikan badannya sembari merasakan bibirnya bergetar menahan takut. Ia berjalan meninggalkan Veranda yang tercengang mendengar semuanya secara langsung. Tanpa pikir panjang ia langsung bimbang menyadarinya.

Bel masuk pun terdengar berisik di telinga murid-murid yang berlarian menuju kelas karena pelajaran akan segera di mulai. Hari ini Kinal tidak menjemputnya, ia tau dan memahami bagaimana kondisi sahabatnya tersebut. Katanya ia sekarang sering sekali ke perpustakaan karena urusan penting. Kemungkinan dalam pikiran gadis cantik itu karena Kinal ingin berubah dan sebisa mungkin menuruti perkataannya.

"Selamat siang, murid-murid"
"Siang pak!"

Sejak tadi Veranda hanya berkutik dengan bolpoinnya yang asyik mencoret lembaran kertas kosong di halaman tengah buku miliknya. Ia menuliskan beberapa kata 'ya' dan 'tidak'. Padahal saat istirahat tadi dirinya tidak masalah seramai apapun, pelajaran tetap fokus pada dirinya.

Sick LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang