Bag. 17, Dua Sisi

1K 106 4
                                    

"Lepas!"

Kinal membelalakan matanya saking terkejutnya mendapat perlakuan kurang mengenakan dari perempuan berambut panjang yang berjalan mendahuluinya itu. Entah mengapa ada rasa sakit yang begitu dalam saat menerima penolakan spontan dari Veranda tersebut.

-----

Kembalilah dalam pelukku
Aku tak mengharapkan cinta dan sayangmu
Binar matamu yang selalu kurindui
Membuatku tak tenang karena terus menghantui

- Devi Kinal Putri

-----

Rasanya ingin berteriak marah saat mengetahui sahabat dekatnya tiba-tiba menarik paksa lengan yang sebelumnya dipegang erat oleh Kinal. Sehabis bel pulang sekolah berbunyi, seolah badai telah memporak-porandakan hati gadis berpipi tembam yang tanpa pikir panjang langsung meninggalkan sobat karibnya di parkiran. Veranda yang merasa sudah agak jauh jaraknya dengan perempuan tomboy itu menangis sejadi-jadinya di jalanan tanpa mempedulikan keadaannya.

Kinal menundukkan kepala linglung. Ia tidak tau apa yang telah terjadi pada teman seperjuangannya. Ia juga tak mengerti sejak kapan mereka menjadi jauh seperti ini. Benar-benar membuat pikirannya dangkal dan kesal. Yang bisa dilakukannya hanyalah mengikuti jejak Veranda yang sudah jauh dan ditinggal oleh bayang-bayang punggungnya yang jenjang.

*SKIP*

Sesampainya di depan pintu kost, Kinal berniat membukanya tetapi kaget saat menyadari kunci itu tidak ada pada tempat penyimpanan seperti biasanya. Perempuan berambut pendek itu berulang kali mengeceknya di segala tempat teras depan kost-nya. Tapi hasilnya nihil, tidak ditemukan barang yang dicarinya.

"Akh! Bodoh banget sih aku"

Dengan beberapa gerutuan menemaninya mencari, namun sama sekali benda kecil itu tak ada. Hingga akhirnya senja mulai memudar dan yang muncul adalah gemerlap bintang dan sinar rembulan. Kinal menyerah tidak tau harus menghubungi siapa. Ayahnya? Tidak mungkin setelah kejadian beberapa waktu lalu yang membuatnya frustasi. Dan, Veranda? Apakah dia masih marah dengannya? Bahkan chattingan mereka yang terakhir adalah seminggu yang lalu.

"Terus jadi gelandangan gitu? Nasib-nasib. Tidur di depan kost sendiri"

Mau tidak mau dia harus menghubungi gadis cantik bak bidadari itu yang kemungkinan saja masih bersiap-siap untuk makan malam. Tetapi ia kaget saat menyadari ada nomor Yona dikontaknya. Bahkan seingatnya ia tak pernah meminta pada perempuan berambut curly itu. Namun segera Kinal mengabaikannya dan mencoba menelepon Veranda.

"Cih, gak di jawab. Dia masih marah ternyata"

Dan harapan terakhirnya adalah Yona yang tak tau juga dimana rumahnya. Tapi gadis nakal itu telah kehilangan ide lagi untuk melakukan sesuatu agar bisa membuka pintu kost-nya. Awalnya ragu saat ingin menghubungi Yona. Ia tak bisa mengatakan bahwa kunci kost-nya tiba-tiba menghilang tanpa sebab. Bisa-bisa dia di ejek oleh gadis dengan senyum manisnya itu. Sambil menghela nafas gugup Kinal menunggu telepon itu dijawab.

(Via Telepon)

Yona: Halo?

Kinal: Yona! Yon-- tolongin aku

Yona: Hah? Kinal.. ngapain jam segini nelpon? Ada apa?

Kinal: Jawabnya nanti aja ya. Please tolongin aku, kamu tau kostku gak? Jemput aku dong

Yona: H-Hah.. nggak tau

Kinal: Yaudah nanti aku share location-nya ke kamu

Yona: Oke! Tu-Tunggu ya..!

Kinal akhirnya bisa bernafas lega saat mendengar pertolongan itu, lalu ia segera mengirim lokasi tempatnya berada. Ia terdiam ketika menyadari jantungnya berdetak lumayan keras. Perasaan itu sama saat ia bertemu dengan Veranda. Lalu dengan cepat ia menggeleng-gelengkan kepala berharap pikiran konyol itu segera hilang.

Sick LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang