Epilog

870 54 6
                                    

10 Tahun Kemudian..

Ini adalah hari kematian sahabat karibku genap 10 tahun lamanya. Aku habis dari pemakamannya. Memberinya bunga mawar putih kesukaannya dan seperti biasa menceritakan hal asyik yang aku lalui minggu ini. Jika ada yang bertanya rindu, aku sangat merindukan sosoknya. Senyumnya, tawanya, marahnya.

Ya, karena dia cinta pertamaku. Aku masih menyimpan surat yang di berikannya sewaktu hari sebelum kelulusan itu tiba. Mengingatnya membuatku bahagia sampai saat ini. Aku senang mengenal perempuan tercantik yang pernah menjadi milikku saja tersebut. Tetapi, hari ini.. aku benar-benar merelakannya.

"Mamaaaaa"
"Jessica, ngapain kamu kesini?"
"Papa jemput aku di sekolah. Terus dia bilang mau sekalian jemput mama"

Aku menggendong anak gadisku yang bernama Jessica Veranda. Namanya mirip dengannya? Oh iya, jelas. Papanya sangat setuju menamakannya begitu. Aku sudah menceritakan semuanya padanya tentangmu, Ve. Hari-hari beratku bisa teratasi karena dia. Beberapa tahun sebelumnya aku sudah menceritakan ini di makam 'kan?

Sesuai permintaan Papa dan Mama-mu, Ve. Aku berusaha menjadi perempuan normal seperti umumnya. Meski di hatiku rasa cinta itu tidak akan pernah mati. Tetapi, pria ini memaklumiku. Dia mengatakan bahwa aku tak perlu melupakanmu. Aku hanya perlu menerimanya seperti aku menerimamu.

"Yuk makan siang dulu"
"Asyik~! Ayo mamaaa"

Aku mengerti kenapa kisah percintaanku yang tabu itu menjadi semakin menyenangkan ketika menyadari jika hidup masih bisa mengampuniku. Aku berubah demi kamu dan lelaki yang berhasil mengambil hatiku, Ve. Terimakasih telah memberikan kenangan termanis yang tak bisa aku lupakan.

Aku melihat kedua punggung yang tercipta dari anakku, Jessica. Dan juga Papa-nya yang saling bergandengan tangan membelakangiku. Mereka anugerah baru yang sangat aku syukuri, Ve. Aku bahagia hidup di dunia ini. Sampai jumpa, Veranda. Suatu saat aku akan mengunjungimu!

.

.

.

.

.

"Permisi, boleh tanya jalan gak? Saya tersesat"

Tunggu, ini.. bukan mimpi 'kan? Pipi itu, rambut yang panjang itu, wajah yang ragu dan tak pasti itu—aku bertemu denganmu lagi? Hm, rahasia Tuhan memanglah unik. Mungkin ini bukan kamu, tapi aku senang bertemu dengan wajahmu yang 10 tahun lalu itu.

"Boleh"




Ini adalah chapter terakhir di fanfiction kali ini ya. Terimakasih banyak sudah menemani author dari awal sampai tamatnya cerita ini.

Sampai jumpa!

Sick LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang