Bag. 20, Menyerah?

1.2K 75 1
                                    

"Padahal dulu aku baik-baik aja. Kukira setelah papa dan mama meninggalkan aku, gak ada lagi orang yang sayang sama aku. Aku gak apa-apa kalo sendirian sama pikiranku yang terus berharap mereka berdua bisa mengunjungiku lagi.. tapi, kamu merubah semuanya. Kamu itu bagaikan kehangatan dan kasih sayang yang serupa dengan papa dan mama, Kinal"

Masih pada keadaan yang sepi nan sunyi di ruang perpustakaan yang mulai dingin itu. Yona akhirnya memutuskan untuk bolos jam pelajaran akhir demi menunggu gadis berambut pendek yang biasanya selalu menemani dirinya dimana pun mereka berada.

"Kita udah sama-sama dewasa. Dan kita juga pasti tau yang sebenarnya terjadi pada pikiran kita. Tapi aku tidak, Kinal. Setiap menatap kedua matamu.. rasanya semua ini memusingkan. Aku lelah terus berlari mencari jawaban yang hanya bisa engkau jawab. Kemana lagi aku harus mencarinya?"

Ia menelungkupkan kedua wajahnya pada meja tempat pembaca biasanya menikmati buku-bukunya. Air mata tidak pernah berhenti ketika ia mengingat betapa menyedihkan dirinya yang masih belum bisa menerima kenyataan yang sebenarnya tersebut. Perih itu tetap tidak dapat hilang walaupun berulang kali Yona mencoba melupakan setiap detik kenangan yang sangat bergarga bersama Kinal. Ia tak akan bisa terbiasa dengan rasa sakit di dadanya itu.

"Dari awal aku udah salah langkah. Sejujurnya aku memang perempuan polos yang keras kepala dan tak mau mendengar akibat yang akan terjadi nantinya. Padahal Della sudah jelas-jelas memarahiku tentang perasaan bodoh ini, Kinal. Kamu masih juga belum mengerti? Apa aku harus menjadi Veranda agar dapat merebutmu lagi? Aku akan terlihat egois. Aku tidak bisa walaupun sebenarnya aku ingin"

Isakan tangis terus terdengar diiringi sesenggukan yang senada dengan kesunyian perpustakaan yang dingin tersebut. Yona sesekali menepuk sekali dua kali dadanya dengan harapan perasaan itu segera menghilang dan ia tidak lagi menangisi dia yang tak akan pernah kembali.

"Kau tau, Kinal? Aku tak pernah merasa seberharga ini saat di sampingmu. Mendapatkan seluruh canda dan tawamu. Bisa melihat semua perhatian khusus darimu. Aku pernah menjadi orang yang penting di hidupmu, 'kan? Harusnya kau jawab iya.. karena aku tau kalau kamu juga memiliki perasaan itu juga terhadapku. Aku bukannya terlalu percaya diri tentang balasanmu, tapi aku nyata menyadarinya sendiri"

Perempuan manis tersebut mengangkat kepalanya dan matanya tertuju pada langit-langit ruangan yang terlihat gelap. Sore hari telah memberinya tanda untuk berhenti berlarut-larut dalam kesedihan. Della tidak menemuinya. Gadis itu pasti masih marah padanya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi dan Yona merasa berdosa telah meninggalkan pelajaran walaupun sebenarnya itu hanya sekali dalam hidupnya. Hujan deras di luar membuatnya kembali membisu.

"Bagaimana rasanya saat aku menjadi orang yang kamu kejar ya, Kinal? Kemarin sangat menyakitkan dan aku tetap tak mengerti mengapa aku sebodoh ini. Bisakah aku ada di posisinya yang menjadi perhatianmu pada saat itu? Apa kau hanya akan membiarkanku menangis dalam kehampaan? Semua itu tak akan terjadi, iya 'kan? Karena khayalan hanyalah sebatas khayalan"

Mencoba tersenyum adalah prioritasnya. Hujan yang jatuh tidak pernah mengeluh. Ia berusaha bangkit, tetapi selalu terjebak dalam rasa sakit akibat jatuh itu. Hanya saja menjadi tegar adalah ide terbaik di kala hati benar-benar tak dapat menerima kesedihan dan kekecewaan yang besar tersebut. Perempuan berambut curly itu berjalan keluar perpustakaan dengan pelan.

"Aku menyukaimu. Tak pernah berharap akan sederas hujan ini. Hanya menginginkanmu mengerti. Tidak perlu bayangkan bagaimana posisiku. Aku pasti baik-baik saja. Berilah aku kesempatan untuk menyampaikan rasa sakit ini"

Sick LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang