Bag. 29, Kebohongan

658 74 3
                                    

Sesampainya di kost, Kinal membanting pintu dengan keras lalu melempar tasnya ke sembarang arah. Air matanya mengalir tetapi ia tidak terisak. Selalu seperti ini. Cara menangisnya malah membuat batinnya semakin tersiksa karena terlalu menahan air mata dengan alasan yang kurang jelas.

"Mati aja aku, Tuhann!!"

Teriaknya tak karuan setelah tega meninggalkan Veranda di jalanan tanpa mengingat niat awalnya yang selalu takut melihat tangisan dari gadis cantik yang dicintainya itu. Ia merobek semua buku pelajarannya dan menghamburkannya di lantai dengan perasaan marah yang berkecamuk. Pikirannya sudah tak terkontrol. Ia sangat kecewa dengan satu-satunya orang yang dapat membuatnya percaya arti kehidupan.

Toh, dia bakalan pergi.
Apa yang bisa aku pertahanin?
Macam orang bodoh yang di suap

Di dalam hatinya, rasa itu telah hancur. Ia tak bisa merangkainya kembali. Berusaha mengingat dari awal pun sepertinya sia-sia. Pasalnya, impian perempuan berpipi tembam itu sempat di tolaknya. Ternyata sampai sekarang sama saja. Dia masih saja bersikeras pergi ke luar negeri dengan harapan Kinal bisa memaafkannya.

"Aku tau aku bodoh, Ve. Tapi kalau kamu main-main sama cinta aku-- kamu jahat"

Ia menarik nafas kesakitan karena terlalu lama menahan isakan tangis dan membuatnya sedikit terdiam. Ia kebingungan. Hati dan fisiknya sakit. Ia tak mengerti mengapa Veranda berbuat demikian. Semuanya berjalan baik-baik saja di belakang, tetapi aslinya banyak sekali permainan yang gadis itu rancang. Kinal merasakan kepalanya berdenyut karena lelah berpikir. Ia ingin pulang dan berhenti kembali ke sekolah lagi. Percuma saja. Tidak ada yang bisa membuatnya percaya lagi.

Ctaak!
Pranggg…

Vas bunga yang berada di lemari susun miliknya tiba-tiba terjatuh dan pecah karena tersenggol lengannya ketika ingin menebarkan kertas-kertas yang dirobeknya. Perempuan nakal itu melihat suatu gulungan bekas vas yang pecah tersebut. Ia membukanya dengan perasaan bingung.

"I-Ini..."

Itu adalah foto dirinya bersama Veranda sewaktu umur 14 tahun. Tiga tahun yang lalu dan wajah mereka tak ada yang berubah. Yang membuatnya heran adalah, sejak kapan ada di dalam vas bunga tersebut? Dan siapa yang menaruhnya? Seingatnya ia tak pernah memiliki foto ini karena baru saja melihatnya dan ingat bahwa itu adalah masa-masa kelulusannya waktu SMP. Ia membalikkan foto itu dan melihat ada tanggal yang tertera disana.

"Aku mau main sama dia. Dah Kinal!"

"Tapi.. aku-"

"Jangan kangen aku! Ulang tahun selanjutnya sama kamu deh. Hehehe"

"J..Jess!"

Matanya membulat mengingat sesuatu yang telah hilang darinya. Ya! Ia baru menyadari bahwa pernah ada pengalaman sewaktu mereka masih di kelas 10. Nafasnya tersengal dan jantungnya berdegup begitu kencang secara tiba-tiba. Sedetik setelahnya, semua terasa hening. Bahkan suara foto yang jatuh pun tak di dengarnya.

/////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

Hari yang cerah karena sebentar lagi liburan akan tiba. Akan ada kegiatan konvoi di sekolah dan gadis tomboy ini berjalan menuju teras depan rumah seseorang dan mengetuk pintu dengan ramah. Seseorang membuka dan nampaklah wanita paruh baya yang memakai celemek mempersilahkan ia masuk.

"Jes lagi sakit, Nal. Gimana? Dia gak usah ikut dulu ya?"

"Maaah ada Kinal ya?"

"Iya ini di ruang tamu!"

Sick LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang