Bag. 31, Keinginan

768 46 0
                                    

Yona Pov's

Sore ini. Hujan kembali mengguyur dengan derasnya. Tidak ada petir seperti waktu itu. Tetapi aku masih memikirkannya. Ironis memang. Disaat aku ingin melupakannya dan pergi meninggalkan semuanya-- dia kembali datang. Memberikanku harapan? Atau sekedar membuatku menghilangkan beban. Ini kesempatanku! Teriakku dalam hati pada saat bertemu dengannya waktu di perpustakaan. Namun.. lagi-lagi pikiranku selalu kembali sadar setelah semua pemulihan yang aku lakukan.

"Kesempatan bukan berarti harapan yang sempurna. Baik atau tidak hubungan ini ke depan, aku akan tetap mengatakannya"

Gumamku sambil memegangi buku pelajaran materi Try Out besok. Sayangnya, pikiranku malah lari kemana-mana. Wajahnya yang sendu membuatku kembali tidak fokus. Aku merasa ikut sedih melihat Kinal yang tak bisa menampakkan ekspresi berseri nya saat sekian lama aku tak menghubungi nya.

"Apa yang aku lakukan.. kurang 3 hari lagi aku akan pergi dan aku masih merindukan nya?"

Sejenak hatiku merasakan suatu kesakitan yang dinamakan kebahagiaan. Aku masih mencintainya. Bohong kalau aku melupakan segalanya. Apakah tidak ada jalan lain selain tersiksa seperti ini? Bisakah aku.. hidup sekali saja menjadi orang yang sangat di cintainya. Walau pada akhirnya aku hanya bisa menatap khayalan indah yang mengabur di mataku. Menjadi gadis baik yang selalu mengingat tujuan hidupnya demi orang tua. Aku menggumpalkan tangan dengan erat.

Aku-Aku.. mencintaimu Kinal.

Aku ingin mengucapkan rasa terimakasih yang amat besar kepadamu

Kau telah memberi warna yang berbeda di hari-hariku

Kau adalah bentuk cahaya nyata dari Tuhan yang selalu membuatku semangat

Kau melindungiku dari segala rasa putus asa ku tentang kehidupan

Kinal, kau adalah segalanya bagiku

Tangisku membuncah seketika. Bersamaan dengan suara hujan yang nyaring di luaran rumah. Aku tak peduli seberapa memalukannya aku.. menangis seperti ini hanya untuk orang yang tak pernah membalas perasaanku. Setelah hari-hari itu, aku mencoba berhenti menangis ketika menjelang tidur.

*SKIP*

Pagi ini aku mendapat kloter kedua untuk melakukan Ujian Nasional. Della yang saat ini berada di depanku marah-marah tidak jelas untuk kesekian kalinya. Ia juga bilang kalau menyesal telah memberitahu soal kepergianku pada Kinal. Kantung mataku terlihat agak membengkak karena menangis semalam. Terkadang perempuan itu membuatku berpikir untuk tidak jadi pindah karena rasa kepeduliannya tersebut.

"Bahkan lo aja masih ngelamun sekarang! Ah nyebelin banget sih"

Cibirnya spontan menaruh buku pelajarannya dengan keras di atas bangku duduk depan kelas kami. Aku terkejut melihatnya semarah ini. Tapi aku hanya bisa membalas perkataannya dengan tawa kecil yang aku simpan sedari tadi. Ketahuilah, Della sebenarnya memiliki sisi yang imut juga ketika memperhatikan orang-orang sekitarnya.

"Apanya yang lucu, Yon. Astaga"

"Kamu lah. Udah deh. Berhenti mengkhawatirkan aku. Ini cuman karena belajar sampe tengah malem kok"

"Bohong banget"

"Ih ngambek ya? Hahaha"

"Yonaaaa plis laaaahh.. lu kan udah janji mau bahagia"

Ujarnya membuatku terdiam seketika memikirkan perkataan itu. Ya, aku memang ingin bahagia. Namun, setidaknya ada hal yang ingin aku selesaikan disini. Entah itu masalahku sendiri, atau pun tentang masa depanku nanti. Keduanya saling terhubung. Aku tak akan menyia-nyiakan hari-hari terakhirku ini. Aku akan membentuk senyum dari seseorang seperti pertama kalinya aku merasakan kebahagian yang berbeda.

Sick LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang