Awalnya pertemuan itu sangat menyenangkan, namun apa akhirnya juga akan tetap seperti itu atau berubah menjadi menyakitkan?
•|•
"Kak takut ah." Hitomi beringsut ke balik tubuh besar Jaehwan, rasanya sekarang sekujur tubuhnya gemetar hanya karena ingin bertemu seseorang di dalam sana. Bahkan sekarang Hitomi masih setia berdiri di depan pintu rumah Jaehwan dan menahan laki-laki itu agar tidak membuka pintu besar yang ada di hadapannya.Jaehwan menarik tubuh Hitomi agar berada di sampingnya lalu menggenggam tangan mungil gadis itu.
Jaehwan tersenyum. "Cuma ketemu sama Mamah saya aja kok, bukan buat melamar kamu. Jadi, nggak usah takut ya?"
Hitomi menggelengkan kepalanya. "Mamah kakak galak." Katanya.
"Galak apa? Kamu emang tau dari siapa kalau Mamah saya galak?" Tanya Jaehwan.
"Nebak ... Aja." Kata Hitomi pelan.
Jaehwan geleng-geleng kepala."Mamah nggak galak kok, udah ayok masuk."
"Ada apa ini?"
Jaehwan dan Hitomi terkesiap saat pintu rumah Jaehwan terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya, bahkan saking kagetnya Hitomi sampai menggenggam tangan Jaehwan kuat yang membuat laki-laki itu terkekeh sendiri melihat tingkah Hitomi.
"Aku bawa Hitomi Mah." Kata Jaehwan lalu mendorong sedikit tubuh Hitomi agar Ibunya itu bisa melihat Hitomi lebih jelas.
"Hai, saya Ibunya Jaehwan." Kata Mamahnya Jaehwan sambil mengulurkan tangannya mengajak Hitomi bersalaman.
Hitomi yang sejak tadi menundukkan kepalanya langsung mengangkat kepalanya saat melihat uluran tangan ibu Jaehwan di hadapannya, lantas membalas uluran tangannya itu.
Senyuman lebar yang diberikan Ibu Jaehwan kepada Hitomi perlahan memudar saat melihat wajah Hitomi, wajah Hitomi yang terlihat sangat mirip dengan anak laki-lakinya itu membuat Ibu Jaehwan menegang. Melihat Hitomi, seperti membuka luka lama yang pernah terjadi dulu.
"Kenapa Mah?" Tanya Jaehwan karena melihat Ibunya yang masih terdiam, bahkan setelah Hitomi menyambut uluran tangan Ibunya itu.
Ibu Jaehwan hanya tersenyum tipis, lalu mengusap-usap pelan telapak tangan Hitomi yang masih berada di genggamannya. "Salam kenal ya Hitomi." Katanya.
Hitomi tersenyum. "Iya Bu." Katanya.
"Yasudah, Mamah asih harus masak. Kamu ajak Hitomi masuk aja ya, nanti kita sarapan bersama."
Setelah itu Ibu Jaehwan berlalu—meninggalkan Jaehwan dan Hitomi—yang masih terdiam di depan pintu rumah.
Hitomi menatap Jaehwan bingung, karena laki-laki itu belum juga mengajak Hitomi masuk. Bukannya Hitomi ingin cepat-cepat masuk ke dalam rumah besar Jaehwan dan melihat apa saja yang ada di dalam rumah ber-cat putih bersih itu—bahkan Hitomi berharap bisa masuk juga ke dalam kamar Jaehwan—tapi juga karena Hitomi bingung, semenjak Ibunya itu masuk. Jaehwan hanya diam dan dari wajahnya seperti memikirkan sesuatu.
"Kak?" Panggil Hitomi.
"Ah? Kenapa?" Tanya Jaehwan.
Hitomi menggeleng. "Nggakpapa, kakak dari tadi diem aja." Katanya.
Jaehwan tersenyum lalu menarik tangan Hitomi untuk mengajaknya masuk ke dalam, tanpa perkataan apapun Hitomi sudah diajak Jaehwan untuk duduk di kursi ruang tamunya.
•|•
"Mah?"
Jaehwan menghampiri Ibunya yang sedang duduk di pinggir ranjangnya, tidak biasanya Ibunya itu berdiam diri di dalam kamar. Karena biasanya, Ibunya itu selalu melakukan banyak hal. Tidak seperti hari ini, perempuan yang sudah melahirkannya itu menghabiskan banyak waktu di dalam kamarnya. Sambil menatap jendela yang terbuka membuat angin masuk ke dalam, Jaehwan tidak tahu apa yang dipikirkan Ibunya itu.
Sekarang sudah pukul dua siang, sudah beberapa jam lalu Jaehwan mengatarkan Hitomi untuk kembali ke rumahnya setelah menikmati sarapan bersama dengan Ibunya. Memang, saat sarapan tadi Ibunya masih sangat aktif bertanya kepada Hitomi, seperti sekarang gadis itu bersekolah di mana, tinggal di daerah mana dan masih banyak hal yang ditanyakan oleh Ibunya itu. Namun, setelah Jaehwan selesai mengatarkan Hitomi dengan selamat, Ibunya itu sudah berdiam diri di dalam kamarnya.
"Mamah kenapa?" Tanya Jaehwan duduk di samping Ibunya.
Ibunya itu hanya tersenyum. "Apa kamu nggak sadar semuanya Jae?" Tanyanya.
Jaehwan bingung dengan perkataan Ibunya itu, menyadari apa?
"Maksud Mamah?"
"Apa kamu sebodoh itu sampai nggak bisa lihat semuanya?"
"Mah, tunggu ... Mamah sekarang sedang ngomongin apa?"
Semilir angin dari luar jendela sedikit menerbangkan rambut panjang Ibunya itu, membuatnya membenarkan rambutnya yang beberapa sudah terlihat sedikit memutih.
"Kamu akan tahu semuanya sendiri Jaehwan, tolong kasih tau Mamah kalau kamu sudah menyadari dan mengetahui itu semua ya." Kata Ibunya sambil mengusap-usap pelan rambut hitam Jaehwan.
Jaehwan menggeleng. "Jaehwan nggak akan bisa menyadari ini sendiri Mah, tolong Bantu Jaehwan mengerti semuanya." Katanya.
"Kamu sedang bahagia sekarang Jae, Mamah nggak akan tega buat kamu kecewa dengan begitu cepatnya." Ibunya itu menggenggam telapak tangan Jaehwan. "Mamah juga belum tahu pasti apa yang Mamah rasakan ini benar yang terjadi, atau Mamah salah. Jadi, kamu pasti bisa tahu semuanya."
Jaehwan tidak menjawab, dia hanya merakan usapan-usapan lembut di telapak tangannya. Sebenarnya dia tidak tahu ke mana arah pembicaraan Ibunya itu, semuanya terdengar sangat mengandung makna tersirat. Tapi sepertinya memang Jaehwan belum bisa mengetahui semuanya itu sekarang, seiring berjalannya waktu Jaehwan pasti akan tahu dan mengerti semua yang dimaksudkan Ibunya itu. Bisa benar dengan apa yang ada di pikiran Ibunya itu, bisa juga tidak. Yang pasti, biarkan saja semua berjalan seperti apa yang Tuhan takdirkan untuk kehidupan dia.
Masukkan library jika suka, jangan lupa like+comment nya. Terima kasih...
8 September 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous - Jaehwan X Hitomi
Fanfiction(Completed) Di saat kita mencintai seseorang yang seharusnya tidak kita cintai.