Jika hidup selalu diberikan pilihan, pasti semua orang memilih hal yang membuat dirinya bahagia.
•|•
Hawa dingin menyeruak, membuat tubuh Jaehwan sedikit menggigil. Dengan kaos berwarna biru dongker yang sejak tadi dirinya pakai, yang sudah merasakan dari mulai basah hingga kering, lalu basah kembali dan sekarang sudah kering lagi. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, namun Jaehwan masih enggan untuk kembali ke rumah. Dirinya masih harus menenangkan pikirannya yang saat ini terasa campur aduk.
Di malam yang gelap, dengan memeluk gitar kesayangannya. Jaehwan menatap ke langit, saat ini dia sedang berada di taman yang tadi sore menjadi saksi kebersamaannya dengan Hitomi.
Jaehwan tersenyum miris, seakan menertawakan dirinya sendiri. Betapa bodohnya Jaehwan yang sudah terlanjur jatuh begitu dalam kepada Hitomi sebelum tahu siapa Hitomi itu sebenarnya.
"Jaehwan! Adikmu masih kecil, jangan dikasih jeruk dulu dong." Jaehwan kecil hanya tertawa lalu menjejalkan kembali jeruk yang terasa asam itu ke mulut adik perempuannya hingga membuat gadis kecil itu menangis.
"Biarin Alkha tahu dong rasa asemnya gimana." Kata Jaehwan.
Wanita paruh baya itu geleng-geleng kepala, lalu mengangkat tubuh mungil gadis kecilnya itu. Menenangkannya, agar tangisannya mereda.
Jaehwan berdecak. "Yahh Mamah, Alkhanya kok diambil?"
Jaehwan hanya terkekeh. "Alkha Hitomi Myesha? Kenapa gue baru sadar sih nama panjangnya." Katanya.
"Ya ... Siapa suruh kan, nama dia tiba-tiba jadi Hitomi. Udah tahu, dari dulu namanya Alkha Myesha. Kenapa jadi ada Hitomi-Hitominya?"
Jaehwan masih terus berbicara dengan dirinya sendiri, mengatakan apa yang memang mengganjal di hatinya. Hingga tiba-tiba saja, ponselnya bergetar menampilkan panggilan dari seseorang.
"Halo?"
'Kamu di mana Jae?'
Jaehwan menghela napas pelan. Sebenarnya, dia tidak ingin membuat Mamahnya itu khawatir. Tapi mau bagaimana lagi, hatinya sekarang terasa sangat hancur karena mengetahui sebuah kenyataan yang belum bisa dirinya terima. Iya, siapa yang bisa terima jika gadis yang kita suka ternyata adik kandung kita sendiri? Bilang sini ke Jaehwan kalau ada yang terima tanpa sakit hati.
'Jae?'
"Jaehwan nggak pulang dulu ya Mah malam ini."
'Loh, kenapa?'
"Malam ini Jaehwan nginap di rumah teman dulu ya Mah, Mamah tidur aja. Kunci pintu, nggak usah tunggu Jaehwan."
'Loh Jae—'
Belum sempat Mamahnya itu melanjutkan ucapannya, Jaehwan lebih dulu mematikan panggilannya. Jaehwan berjanji setelah ini dia akan meminta maaf kepada Mamahnya itu. Tapi untuk sekarang, biarkan Jaehwan menenangkan diri nya dulu.
Jaehwan bangkit dari duduknya, memasukkan gitar yang tidak ia mainkan sama sekali ke dalam tas gitarnya. Lalu melangkah mendekati motornya. Sebelum itu ia mengeluarkan ponselnya, mengirimkan sebuah pesan kepada temannya. Setelah memastikan jika pesan itu sudah terkirim, ia langsung menggunakan helmnya. Lalu, melajukan motornya membelah dinginnya malam.
•|•
Jaehwan menghentikan motornya di depan kost-an Daniel—Temannya yang lebih bisa diajak serius, dibandingkan Ong—Malam ini, dia akan menumpang untuk tidur di tempatnya Daniel. Karena jika dibandingkan, Daniel lebih bebas. Karena Daniel tinggal sendiri di kost-an, sedangkan Ong tinggal bersama kedua orang tuanya. Yang pasti, jika Jaehwan memilih menginap di rumah Ong. Baru saja mengetuk pintu, pasti sudah diberikan pertanyaan yang banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous - Jaehwan X Hitomi
Fanfiction(Completed) Di saat kita mencintai seseorang yang seharusnya tidak kita cintai.