11 | Miss? pt.2 [hunhan]

91 10 0
                                    

"Lo kangen, kan, sama dia. Pergi sana. Temuin dia." Ucap Chanyeol saat melihat Sehun yang sedang menatap kosong ke arah jendela.

"Gue ga mungkin sudi ketemu sama penghianat." Kata Sehun. Nadanya teramat datar. Saat mengucapkan kata penghianat, nadanya kian lirih.

Seperti menyesali,

Kenapa ... orang yang selama ini ia cintai, rela melakukan semua ini?

"Padahal gue, loh, yang dihianatin. Tapi gue ga sedendam lo." Kata Chanyeol. "Apa mungkin, lo bukan dendam, tapi ... kecewa?"

"Kecewa emang hal yang paling berat. Apalagi sama orang yang paling kalian cintai." Sambung Kai, yang datang entah darimana.

"Chanyeol," panggil Sehun. "Kenapa lo ga dendam sama Luhan?"

"Karena Sehun ngajarin gue buat tau alesan seseorang ngelakuin sesuatu dulu, baru komen." Jawab Chanyeol penuh kepastian.

"Hun, lo pasti ngerti, kalau lo perlu tau alesan Luhan ngelakuin semua ini." Kata Kai. "Juga, supaya kalau Luhan emang bener sejahat itu, lo bisa lebih mudah ngebenci dia tanpa harus kangen. Itu, kan, yang lo mau?"

"Sekarang kejar. Kejar apapun dan siapapun yang hati lo mau."

👑

Dan mata itu hanya mampu menatap satu sama lain. Masih terlalu canggung untuk berbicara.

Padahal dulu ... mereka pernah sedekat akar dengan tanah, kan?

"Ma-makasih udah dateng." Kata pemuda bermata rusa.

"Jadi jelasin sekarang." Sehun terdengar tergesa. "Apa alesan lo?"

"Simpel." Luhan tersenyum. "Baba ternyata punya banyak utang sama Tuan Park. Dan untuk ngelunasinnya, gue disuruh mata-matain Chanyeol."

"Kenapa lo tega ngelakuin ini semua?"

"Semua out of my plan!" Teriak Luhan. Frustasi. "Tapi yang bener-bener harus kalian tau, Tuan Park bener-bener sayang sama Chanyeol."

"Persetan!"

"Dan lo harus ngerti, ga semua orang bisa mengekspresikan rasa sayangnya. Lo ga bisa egois buat pengen semua orang bisa nunjukin rasa sayangnya dengan cara yang sama!"

"Dan kasih alesan yang jelas, kenapa lo ga cerita semua ke gue?!"

"Kita berbeda! Gue percaya rasa sayang, dan lo engga! Hati lo beku! Mau beribu-ribu kalipun gue mencoba ngebuat hati lo cair, tetep ga akan bisa." Sekali lagi, Luhan berteriak. "Lo cuma hidup buat EXtraOrdinary dan diri lo sendiri. Lo cuma peduli sama itu. Jadi pas orang lain ga peduli sama lo, lo seharusnya ga kaget."

"Tapi gue pikir kita punya hubungan lebih yang ngebuat lo bisa terbuka sama gue." Lirih Sehun.

"Tapi lo tertutup, sialan!" Luhan makin frustasi. "Lo selalu pengen gua terbuka, tapi lo sendiri yang nutup hati lo. Berenti naif dan sadar kalau diri lo juga salah! Berenti nyalahin orang lain atas kesalahan yang lo buat!"

"Tapi kenapa Chanyeol? Kenapa ga lo langsung ngebales ke gue?"

"Karena lo ga punya kelemahan! Hati lo udah bener-bener beku. Bahkan gue sendiri ga akan bisa jadi kelemahan lo! Mungkin kelemahan lo cuma EXtraOrdinary doang. And see ... lo hancur karena rumah itu hancur!"

"Lo kelemahan gue, Lu."

"Stop saying bullshit!"

"Tapi itu emang bener!"

"Kalau itu semua bener, lo ga mungkin pergi gitu aja dan temuin gue sebulan setelah kejadian pembakaran itu! Lo harusnya datengin gue. Tanya gue dari awal. Kasih tau gue kalau lo kecewa!" Luhan mulai berkaca-kaca.

Emosinya benar-benar tak terbendung.

"Berenti berusaha sampein kalau lo sayang gue, kalau kenyataannya engga."

Luhan berbalik.

Kali ini hatinya sudah mampu mengikhlaskan.

Semua yang ia ingin sampaikan, sudah tersampaikan semua. Dan ia lega. Mungkin.

Jika Luhan tau bahwa akhirnya akan begini. Mungkin ia akan pergi dari awal.

Dia ... seharusnya tidak menyari penyakit untuk hatinya, kan?

Kalau begini, sama saja ia menjemput rasa sakit terbaik untuk hatinya.

Luhan berjalan pelan, dengan gontai, menjauhi Sehun. Ditemani air mata yang mengucur dengan deras.

Ia mencintai ini,

Mencintai rasa sakit.

Karena dari awal, memang untuk itulah ia dilahirkan.

"Berenti disana, Oh Luhan!" Teriak Sehun. Dengan absolut. Menyatakan bahwa ia yang berkuasa disini.

Maka Luhan berenti.

Menunggu sampai mana rasa sakit yang akan Sehun torehkan.

Suara langkah tergesa yang tegas menghampiri Luhan.

Dan didetik berikutnya, tubuhnya terputar dan menubruk dada bidang Sehun.

Selanjutnya, mereka berdua sama-sama dibanjiri air mata.

"Nyatanya ... lo merupakan kelemahan utama gue, Lu,"

[A/n]

Lah, kok, sedih?

Tadinya pengen gue biarin aja pisah.

Tapi gajadi.

Di rl udah kepisah Beijing-Seoul, ya. Masa di FFnya harus dipisah juga?

BTW, acu kangen HunHan.

Udah, gitu aja.

OmniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang