"kamu, tuh, jahat banget tau ga?"
"iya- aku minta maaf."
"tapi maaf kamu ga ngerubah apapun. semuanya udah hancur, jongdae! kamu rusak kepercayaan aku, kamu rusak hubungan kita. kamu yang rusak!" minseok, jelas sudah menangis tersedu-sedu.
hingga, bicara saja sulit baginya. dadanya sesak, seperti menahan sesuatu yang berat.
"aku ga tau harus gimana," kata jongdae, menunduk. dengan sepenuh hati mengaku bahwa ia salah.
"ya kamu tanggung jawab. nikahin perempuan itu. jangan sampe anak 'kalian' lahir tanpa pengakuan!" kata minseok. "tapi aku ga ngerti. kamu kenapa? kenapa bisa? aku percaya sama kamu selama ini bukan tanpa alesan!"
"ga tau, min. i'm messed up." jongdae, mulai ikut menangis.
"dia hamil sekarang terus gimana?" tanya minseok. "gimana dengan karir kamu? keluarga kamu dan keluarga dia? dan gimana dengan ... aku?" minseok melemah.
hatinya tidak sekuat itu. seharunya jongdae tau. semua orang tau bahwa jongdae-lah yang paling mengerti minseok.
"maafin aku. tolong maafin aku. aku juga ga tau kenapa bisa mabuk dan berakhir- malah sama dia. aku minta maaf. itu kesalahan terbesar aku, tapi aku minta maaf."
"terus apa jongdae? terus kalau kamu minta maaf bakal gimana? waktu kembali ke masa lalu? atau janin itu tiba-tiba hilang? engga, jongdae."
"ga gitu, min-"
"kamu ngerusak semua, kamu sadar itu, kan?" emosi minseok tak tertahan. ia hanya ingin berteriak sekencang mungkin, memberi tau dunia bahwa ini adalah patah hati yang paling sakit.
lelakinya menghamili wanita lain. lelakinya, yang berjanji untuk tetap bersama dengannya selama mereka bernapas memiliki calon anak dengan wanita lain.
minseok, tak peduli. bahkan jika jongdae saat itu sedang mabuk, bahkan jika wanita tersebut saat itu sedang mabuk, bahkan jika yang mereka lakukan saat itu kesalahan, bahkan jika merekapun tidak menginginkan hal ini terjadi.
minseok tak peduli.
nyatanya, calon anak itu hidup sekarang. ada dirahim wanita yang minseok bahkan tak tau siapa.
mari tak membahas dosa.
lalu mari sejenak berpikir betapa pusingnya jongdae. ia sangat menginginkan seorang anak, tetapi bukan dengan cara yang seperti ini. meski begitu, tak apa. jongdae tetap akan menerima, bahkan menyayangi anak tersebut.
lalu disisi lain ada minseok.
manusia yang paling ia cintai. yang paling rapuh, harus selalu dijaga, dan dipenuhi cinta. setidaknya begitu bagi jongdae.
jongdae melihat dengan matanya sendiri, bahwa minseok hancur. sama sepertinya, yang tidak mengerti ingin melakukan apa.
jongdae hanya bingung. semuanya- berantakan. semua sudah hancur dan jongdae tidak ingin menambah kehancurannya.
ia sudah cukup berantakan dengan kabar bahwa seorang wanita, yang tidak cukup ia kenal, hamil dengan janin darinya.
point-nya, hal yang tidak ia harapkan, adalah kecelakaan dari dirinya dengan wanita yang akan menjadi ibu dari anaknya kelak.
dan point tentang siapa yang menjadi ibu dari anaknya tersebut menjadi point kedua terpenting yang tidak ia harapkan.
diluar itu semua; anaknya, calon anaknya, sang jabang bayi, merupakan anugrah yang tak akan jongdae sia-siakan.
lalu disinilah ia sekarang. berhadapan dengan manusia yang ingin ia jadikan pasangan hinggal ajal kelak menjemput, yang sedang menangis.
meraung. bingung. kaget.
minseok tak tau harus bagaimana menyebut rasa sakit yang kini mengalir ditubuhnya.
"aku kira kamu setuju tentang ngadopsi anak. sama aku," kata minseok.
"honey. hey, you know that's not the point, ok?" kata jongdae dan mulai mendekat. "i love you. i love you, and that's it. kecelakaan ini bukan tentang anak dan fakta kalau kita berdua laki-laki. that's totally not it."
lalu jarak terhapus, pelukan tercipta. kehangatan kembali didapat, saat perasaan nyaman perlahan muncul. minseok selalu tau bahwa pelukan jongdae akan selalu semenakjubkan ini.
"i love you, but why? kenapa jongdae? kenapa kamu harus ngejerumusin kita kedalam masalah yang bahkan kita ga tau gimana harus hadapinnya?" tangannya, ia arahkan untuk memeluk pinggang jongdae-nya.
"aku ga tau, i messed up. i'm sorry." jongdae menghirup wangi vanilla lembut yang berasal dari tubuh minseok. tak ada yang tau, barangkali wangi tubuh seseorang yang ia cintai dapat menjadi penenang- agar setidaknya ia dapat berpikir jernih dan mencari jalan terbaik.
jongdae, tiba-tiba memiliki suatu ide. jika begini- "that's not it, jongdae. ninggalin perempuan itu ga ada dipilihan opsi kamu. she had your blessing in her tummy, why would you do that?"
lalu, that's it. itu minseok, selaku minseok, yang dapat mengetahui isi hati, perasaan, dan gagasan dari otak jongdae.
"terus aku harus gimana?" kata jongdae. pelukannya mengerat. kepanikan kembi muncu. cemasnya mengembang.
"face it, dae. hadapin. tanggung jawab, move on." kata minseok, dengan perlahan. tak percaya pada dirinya yang membiarkan jongda meninggalkannya.
"kasih tau aku, gimana caranya aku bisa ngelanjutin hidup aku tanpa kamu kalau nyatanya kamu itu hidup aku? gimana caranya?"
pelukan terlepas. jarak terbentuk. panik melanda.
"kalau gitu, sementara. lanjutin hidup kamu, sementara. jalanin lika-liku kehidupan yang bakal ngehantam kamu, cepat atau lambat." minseok memundurkan langkahnya. "jalanin. kalau udah selesai, udah capek, dan kamu udah memperbaiki semuanya, cari aku. kamu tau dimana kamu bisa nemuin aku."
lalu dengan begitu, terlepaslah ikatannya.
jongdae akan menjalakan kehidupannya dengan baik. mencoba memperbaiki semuanya, sebaik dan secepat mungkin.
lalu, jika semua telah selesai, genggam janjinya; ia akan menjemput kembali pemegang absolut hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Omnia
Short StoryOmnia means everything, ft. EXO couples. Drabbles EXO official mainpairs. Jika ada dua hal yang tak bisa dipisahkan di dunia ini, itu berarti; Sehun dengan Luhannya, Chanyeol dengan Baekhyunnya, Kai dengan Kyungsoonya, Chen dengan Xiuminnya, dan Kri...