"Kayaknya ... lo emang kangen dia."
"Siapa yang lo maksud?"
"Luhan."
Hening.
Tak ada yang berani bicara. Apalagi Suho yang tadi menyebut nama terlarang.
"Gue ga suka lo nyebut nama peng-"
"Dan nyatanya lo kangen sama orang yang lo sebut penghianat." Suho tak menyerah.
Tak ingin bermaksud sarkas. Suho hanya ingin Sehun untuk menyadari bahwa dirinya merindukan Luhan.
Setidaknya, Sehun hanya perlu menyadarinya, dan tak perlu terlalu naif.
Rasa rindu itu ... wajar, kan?
Meskipun dengan seorang penghianat.
"Gue ga bakal biarin diri gue sendiri buat kangen sama penghianat. Sampah." Sehun segera mematikan rokok yang sedari tadi dinikmatinya.
Lalu pergi.
Tak memberi waktu untuk Suho menjawab.
Sehun masuk kedalam markas yang ia anggap rumah. Bangunan markasnya memang mirip seperti rumah, yang lebih tepatnya adalah villa.
Villa milik Suho, sang tetua.
Suho hanya menatap kepergian Sehun. Melihat bagaimana punggung tersebut semakin lama semakin jauh, lalu hilang dibalik pintu.
Ia menatap langit gelap yang ditemani bintang, dan diketuai bulan.
Terlalu sibuk menatap langit, dan berpikir tentang si penghianat, membuat Suho mengabaikan eksistensi para nyamuk yang mengelilinginya.
"Takdir ini ... terlalu lucu." Gumamnya.
Jadi, mereka merupakan suatu ... entah apa namanya.
Mereka berkelompok. Bukan diisi orang baik, namun niat mereka tak jahat.
Hanya diisi beberapa anak remaja yang haus kasih sayang. Yang akhirnya ditemui Suho, lalu mereka menyambung tali kekeluargaan tanpa disadari.
Anak remaja,
Mereka bukan anak yang baik. Mereka merokok diumur yang belum legal.
Juga, mereka memiliki tato ditulang selangka masing-masing. Yang sama-sama menuliskan satu kata, EXtraOrdinary.
Begitulah mereka menyebut kelompok mereka. Dan begitulah orang-orang memanggil mereka.
Tak ada makna khusus. Mereka semua hanya menyukai kata tersebut, dan setuju untuk menjadikannya nama untuk mereka.
Sayangnya, saat tali kekeluargaan telah erat tercipta, nyatanya takdir tak akan selalu sebaik itu.
Jangan lupakan, bahwa memang dari awal, takdir suka mempermainkan.
Suatu saat, orangtua Chanyeol, Tuan Park, mengetahui bahwa anaknya yang belum legal itu mempunyai tempat khusus untuknya melakukan sesuatu yang sebenarnya belum boleh ia lakukan.
Merokok, contohnya.
Saat mendengarnya, Chanyeol hanya mendecih. Lalu kepalanya diisi umpatan-umpatan untuk sang Ayah.
Mengatakan berkali-kali bahwa Ayahnya tak perlu begitu sok peduli padanya. Karena ia tau, Ayahnya tak benar-benar menginginkannya.
Mungkin kau mengira ini merupakan permasalahan rumah tangga biasa. Hanya masalah sudut pandang si anak.
Namun tidak. Chanyeol terlalu peka untuk menyadari bahwa ia memang benar-benar tidak diinginkan oleh Ayahnya.
Dahulu hanya ada Ayah dan Ibunya. Lalu Ibunya bersikeras ingin memiliki keluarga utuh dengan anak didalamnya.
Dan Tuan Park tidak menginginkannya. Kesehatan Nyonya Park tidak dalam kondisi yang bagus saat itu. Nyawa Nyonya Park yang menjadi taruhannya.
Dan, ya. Nyonya Park meninggal saat melahirkan Chanyeol. Meski Nyonya Park tak pernah menyesal akan hal itu.
Ayah Chanyeol membenci Chanyeol. Membenci anaknya sendiri. Begitu singkatnya.
Hingga Tuan Park mengetahui tempat dimana anaknya biasa melakukan hal yang tak seharusnya ia lakukan.
Lalu menggunakan salah satu teman Chanyeol, yang berada dalam satu kelompok dengannya, untuk memata-matai Chanyeol.
Awalnya Chanyeol hanya diberi peringatan. Pada akhirnya, Tuan Park bahkan membakar villa, yang menjadi saksi terciptanya ikatan kekeluargaan yang kuat.
Lalu siapa yang disalahkan?
Sang penghianat,
Yang biasa Sehun panggil ...
Lulu.
[A/n]
Ada part 2-nya nich.
KAMU SEDANG MEMBACA
Omnia
Historia CortaOmnia means everything, ft. EXO couples. Drabbles EXO official mainpairs. Jika ada dua hal yang tak bisa dipisahkan di dunia ini, itu berarti; Sehun dengan Luhannya, Chanyeol dengan Baekhyunnya, Kai dengan Kyungsoonya, Chen dengan Xiuminnya, dan Kri...