21 | Goodbye [sulay]

79 12 1
                                    

"Ayo putus," katanya. Tiba-tiba.

"Maksud kamu?"

"Ayo putus, Ho. Aku udah siap sekarang." Jawab Lay dengan senyumannya, yang selalu manis. Meski kini tatapan matanya tidak secerah biasanya.

"Putus? Kamu ga usah bercanda, Xing. Ini semua ga lucu!" Kata Suho. Marah, namun tetap mencoba meredamnya.

"Aku tau kamu selama ini pacaran sama aku cuma karena kasian-"

"Engga, Xing! Itu ga bener!"

"-aku emang sakit. Dan butuh kamu. Jadi, makasih banget kemarin-marin udah nemenin aku-"

"Kamu dapet berita itu dari siapa? Kasih tau aku!"

"-makasih kamu udah jadi obat terbaik aku-"

"Xing, denger!" Kata Suho, lebih tegas dari sebelumnya, dan menatap langsung ke mata Lay. "Aku sayang kamu! Aku disini karena aku sayang kamu!"

"Tapi aku udah tau semuanya!" Teriak Lay. "Maafin aku yang dari awal terobsesi sama kamu, sampe kamu harus pura-pura sayang sama aku."

"Tapi aku ga pura-pura!"

"Aku tau perjanjian kamu sama Papah aku!" Kini airmata dan isakan telah lolos. "Aku tau semua. Aku tau isi perjajiannya. Aku tau alesannya!"

"... jad makasih. Kamu udah ngelakuin yang terbaik. Aku udah bisa hidup tanpa kamu. Makasih atas waktu kamu yang udah kamu kasih ke aku."

Dan Suho ... menyesal. Kini ia merasakan ...

... sakit hati?

Bisa, kah, disebut begitu? Suho tidak terlalu yakin. Sepanjang hidupnya, ia tidak pernah merasakan sakit hati karena urusan asmara.

Selama ini, selama ia hidup, Lay adalah pacar pertamanya. Dan Lay; selalu menjaga perasaan Suho dengan baik. Hingga Suho sendiri tidak tau bagaimana rasanya sakit hati.

Omong-omong tentang Lay; dia terlalu banyak memiliki cerita dihidup Suho. Dia yang termanis yang pernah Suho jumpai.

Dan selalu begitu, dilihat dari sisi manapun.

Saat itu mereka belum memiliki hubungan khusus. Hanya hubungan pertemanan- yang teramat dekat.

Dan Suho baru tau, bahwa Lay, selalu melukai dirinya sendiri saat pikiranya kacau, dan tak ada dirinya untuk menemani Lay.

Ia menyukai Lay, tentu saja.

Semanis itu, siapa yang tidak tertarik?

Namun ... bukan berarti Suho tidak bisa melirik yang lain. Yang lebih menarik, setidaknya dimatanya.

Gadis itu Areum, dan Suho berjanji akan kembali pada gadis itu saat urusannya dengan Lay, telah selesai.

Saat urusannya untuk menjadi obat penenang Lay sudah selesai, saat Lay sudah dapat melakukannya sendiri.

Ia membuat perjanjian, dengan Ayahnya Lay yang selalu mendorong Suho untuk selalu berada disisi Lay.

Dimana Suho tidak meminta apapun, sebagai imbalan. Ia hanya meminta, suatu saat, ketika Lay sudah sembuh, ia menginginkan kebebasan, tanpa Lay, tanpa dorongan dari Ayahnya Lay agar dia tetap berada disisi Lay.

Ketika ia sudah mencapai kebebasan yang sedari dulu ia impikan; maka dia akan kembali memperjuangkan gadisnya. Yang entah saat ini masih menunggunya atau telah berpaling.

Lalu, sekarang, katakanlah Suho yang merusak isi dari pejanjian yang telah diberi tanda tangannya dan tanda tangan Ayahnya Lay itu.

Karena kini, dengan atau tanpa perjanjian itu, ia akan tetap berada disisi Lay, tak perduli apapun yang menghadang. Ia akan tetap disini, menemani Lay, menjadi obat terbaik untuk Lay, diminta ataupun tidak.

Ia hanya ingin menjaga Lay. Dengan sepenuh hati. Hingga akhir hayatnya.

"Ta-tapi, kamu ga ngerti Lay." Kata Suho. "Aku ngerusak perjanjian itu. Aku udah ngerusak perjanjian itu."

"Jadi, itu yang ngebuat kamu tetep disini?" Senyuman Lay kembali terpampang. "Sekarang kamu bisa pergi, Junmyeon. Kamu udah bebas. Lupain perjanjian itu. Apapun itu, denda ataupun memori yang nahan kamu sekarang ini; lupain."

"Ga ada denda!" Emosi Suho teraduk-aduk. Apalagi ketika Lay memanggil nama aslinya. Marah, kecewa pada dirinya sendiri, dan sedih. "Aku disini karena aku emang mau disini! Persetan sama perjanjian yang bahkan aku udah lupain itu!"

"Kamu ga perlu bohong lagi. Aku udah bener-bener muak dibohongin sama orang-orang disekeliling aku!" Kata Lay. "Aku juga ngerasa bersalah karena ngerepotin dan ngekang kalian. Sekarang kamu bisa urus hidup kamu sendiri. Aku ga akan ngerepotin siapa-siapa lagi."

"Lay ..."

"Kamu tau, kamu selalu tau, kan, kalo aku bilang aku bakal jadi orang yang lebih baik lagi, aku bener-bener bakal ngelakuin itu. Jadi kamu bisa bebas sekarang. Aku baik-baik aja."

"... tapi aku yang ga baik-baik aja," dan arimata menetes dari mata Suho. Entahlah. Suho hanya terlalu bingung; harus bagaimana lagi menyampaikan isi hatinya.

Ia hanya ingin disini, bersama Lay, selamanya.

"Ja-jangan bohongin aku lagi ..."

"Aku ga akan bohongin kamu lagi." Jawab Suho. "Aku sekarang buat kamu. Tanpa perjanjian apapun."

OmniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang