Sun For the Moon 12

963 132 2
                                    

Malam kian larut Naruto masih duduk di tempatnya sejak kepergian Sasuke, letupan dan teriakan samar-samar sampai di telinga, mata gadis itu terpejam menikmati rasa manis pas teh nya.

"Sudah aku peringatkan sebelumnya, jangan terlibat terlalu jauh."

"Khe.. Shukaku. Untuk apa kau kemari? Menertawakan ku?"

"Itu memang tujuan utama ku," Shukaku dalam wujud sejatinya berucap mengejek. Rakun se warna pasir itu berjalan mengitari Naruto. "Tapi aku tidak menyangka Kitsune yang terkenal cerdik sudah kehilangan keahliannya."

"Siapa bilang aku kehilangan kecerdikan. Aku mungkin merutuki keputusanku karena lemah atas Sasuke, tapi bukannya aku tidak bisa menjamin kemenangan Uchiha." Perkataan Naruto disambut ledakan yang membumbung di luar komplek Uchiha.

"Aku tinggal duduk tenang menunggu hari esok," tutur gadis itu seraya menyesap teh yang mulai dingin.

"Kitsune. Jangan bilang aku tidak pernah memperingatkan sebelumnya, jangan pernah mencampuri takdir. Atau kau akan mendapatkan akibatnya."

"Justru aku merasa inilah takdir ku. Shukaku."
.

.

.

Berdiri bertumpu pada kedua lutut, gadis manis penjelmaan Dewi Kesuburan itu menggenggam segulung perban di tangan kirinya, sementara tangan kanannya memastikan ramuan herbal tetap pada tempatnya. Naruto tersenyum geli, mengingat Sasuke yang keras kepala mendatanginya saat pria itu terlukan, pria itu terlukan cukup dalam pada bahu kanan membuatnya tidak bisa menggerakkan tangan sebagaimana mestinya.

"Kenapa kau tertawa? Kau menggejek ku Naruto?"

"Jika aku mengejek mu aku tidak mungkin mengobati mu sekarang."

"Aku melakukannya hanya pada dua wanita seumur hidupku. Jadi itu sangat spesial."

"Siapa?" tanya Naruto menyelidik.

"Kau dan Mikoto," jawab Sasuke mantap.

Mata Naruto berlikat garang, dua ekor keemasan miliknya bahkan telah berkibar siap menghantam Sasuke.

"Mikoto adalah ibuku, dia adalah wanita paling berharga untuk ku sebelum kau."

"O-oh..." Naruto termangu, rupanya ia telah salah sangka untung saja dirinya berada di belakang Sasuke jika tidak pria itu bisa pingsan melihat wujud Kitsune nya.

Naruto menyelesaikan tugasnya dengan cepat, bahu Sasuke telah terbalut sempurna selanjutnya ia membantu pria itu mengenakan haori, gerakan Naruto terhenti ketika ingin mengikat himo tali pengikat hakama.

"Jangan dilihat. Itu hanya bekas luka lama." Sasuke mengambil alih peran Naruto.

"Apa itu sakit?" tanyanya ragu.

Melihat bekas luka melintang di perut Sasuke membuat Naruto merasakan gelenyar aneh dalam diri, tidak hanya itu ia bahkan bisa melihat bekas luka lainnya hampir di sekujur tubuh pria itu. Naruto menatap sendu ia bisa merasakan cerita dibalik semua bekas luka itu.

"Awalnya akan terasa sakit, tapi itu sebanding dengan apa yang aku dapat. Aku akan melakukan apapun jika itu menyangkut orang yang berharga bagi ku, bahkan jika itu harus mengetuk pintu Shinigami sekalipun."

Menghela napas dalam mendengar jawaban Sasuke, gadis itu memeluk leher Uchiha terakhir membawa pria itu dalam pelukan hangat. "Jangan berkata apapun tentang Shinigami dia itu begitu sensitif." Tentu saja Sasuke mengganggap itu sebagai gurauan semata. Pria itu mengusap punggung Naruto dengan tangan kirinya yang bebas.

DRABBLE SfN (Short Story) Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang