BAGIAN 8

30 7 1
                                    

Hening...itu yang Asya rasakan saat masuk rumahnya.Dia yakin Abang dan mamahnya pasti sudah tidur.

Asya berjalan mengendap-endap layaknya seorang maling,sebenarnya dia hanya malas ditanya ini itu oleh keluarganya, ditambah dengan kondisinya yang seperti ini.

"Dari mana?"

Asya terlonjat kaget saat mendengar suara dari arah belakang, Asya membalikan badanya dan menemukan Faro disana.

"Abang tanya kamu dari mana?" Tanya Faro lagi.

Asya bingung harus jawab apa dia tidak mungkin menceritakan semuanya pada Faro karena Faro akan kecewa sekali pada Tino.

"Anu...tadi.. itu"

"Apa!?" Rahang Faro mengeras ini yang Asya takut kan dari Faro jika Faro sudah marah diakan sangat menakutkan.

"Asya kehujanan Abang" jawab Asya sambil menundukan kepalanya.

"Tino kemana?"

"gatau"

"Sejak kapan berani boong sama abang" ucap Faro.

Faro sangat hafal dengan sikap Asya ketika dia berbohong,Faro pun tahu jika saat ini Asya punya banyak sekali masalah.

"Asya boleh peluk Abang?"tanya Asya sambil mendongakkan kepalanya.

Faro tidak menjawab pertanyaan Asya Faro langsung memeluk Asya dengan erat dan menyalurkan kekuatannya. Asya pun menangis sejadi-jadinya dipelukan sang kakak.

Sungguh Asya sangat terluka dengan semua yang terjadi hari ini, bahkan Asya tidak punya tempat berkeluh kesal selain Abang nya ini.

"Tino bang Tino..."

"Kenapa?" Tanya Faro tanpa melepas pelukannya.

"Tino nyerah.. dia nyerah bang, tiga tahun Asya bareng Tino tapi,sekarang Tino pergi abang.." ucap Asya sambil sesegukan.

"Tandanya Tino gamau bikin Asya sakit hati lagi dengan gak ngasih kepastian"

"Gak gini bang Asya cinta sama Tino"

"Abang tau"

"Tapi, Tino gatau bang! Tino jahat Asya mau benci Tino tapi gak bisa"

"Stststtsts" Faro mencoba menenangkan Asya dengan mengelus punggung Asya.

"Aku juga kesel sama Mara!"

"Ada apa lagi?"

"Asya gak kepilih lomba! Asya uda latihan semaksimal mungkin"

"Asya denger abang, Abang tau sekarang Asya lagi banyak banget masalah, Tapi kalo Asya terus terusan begini masalah Asya ga bakal selesai, Tino mutusin buat pergi dari Asya kalo gitu Asya harus bisa lupain Tino. Soal lomba mungkin Asya belom dikasi kesempatan" ucap Faro panjang sambil melepaskan pelukannya.

"Asya ga bisa lupain Tino"

"Siapa yang tau kalo kamu belom nyoba"

Sementara dibalik pintu kamar seseorang sedang mengintip sambil tersenyum melihat kedua anaknya saling membantu.

Esoknya Asya bangun pagi pagi sekali dia sengaja ingin menemui Tino. Karena yang ia dengar Tino akan berangkat untuk lomba hari ini bersamaan dengan atlet olah raga lain termasuk Mara.

Asya belom mengucapkan selamat pada Mara karena jujur Asya marah pada Mara kenapa dia bisa selalu terpilih lomba sedangkan Asya sangat jarang.

Asya turun dari kamarnya dia pergi kedapur untuk menemui mamahnya, Asya ingin meminta maaf atas sikapnya kemarin.

ASYATINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang