BAGIAN 20

25 6 4
                                    

~Asya

Aku hanya mematung ditempat ku saat seseorang menatap dingin kearah ku,siapa lagi jika bukan Pangeran.

"Ada apa?" Tanya ku berusaha mengabaikan tatapanya yang membuat ku merasa takut.

"Sedang apa disini?"

"Mengumpulkan tugas" Jawab ku seadanya toh memang benar seperti itu keadaannya.

"Ikut sama saya"

Tanpa menunggu protesan dari ku Pangeran langsung menarik ku untuk ikut bersamanya,dengan pasrah aku hanya bisa menurut lagi pula jika menolak atau protes tak ada guna.

Ternyata Pangeran membawa ku ke roofdop kampus,sambil mengatur nafas yang mulai habis karena harus berjalan cepat untuk menyamai langkah ku yang kecil dengan langkah lebar Pangeran.

Setelah sampai di roofdop dengan tiba-tiba Pangeran memeluk ku dengan sangat sangat erat aku bisa dengan jelas merasakan detak jantungnya yang begitu cepat,sebenarnya aku tidak tahu harus melakukan apa tapi dengan segala keberanian yang aku punya aku mulai membalas pelukan Pangeran.

Aku rasakan Pangeran yang mengelus rambut ku dengan sayang entah mengapa perbuatan Pangeran membuat ku sedikit merasa tenang.

"Kamu hari ini diijinkan untuk nangis" Ucap Pangeran dengan masih mengelus rambutku yang kubiarkan terurai.

"Hah?" Beo ku tak paham.

"Nangis lah sya saya tahu kamu terkejut dengan berita Tino"

Tanpa perlu dikomando kompak kedua mataku mengeluarkan air mata aku tidak mengeluarkan suara apapun hanya air mata yang keluar.percayalah ini lebih sakit dari sekedar menangis beraung-aung.

Aku terus memeluk Pangeran karena saat ini itu yang aku butuhkan.

"Jangan pikirin dia lagi" Ucap Pangeran sambil melonggarkan pelukan kami.

"Maunya juga gitu" Sahut ku sambil mengelap pipiku yang basah.

"Dia emang brengsek" Tukas Pangeran sambil menekan kata brengsek.

Aku hanya tersenyum menanggapinya jika dipikir Tino memang brengsek bahkan sangat brengsek dengan segala ketegaanya dia memutuskan untuk bersama wanita lain.

Jika dipikir aku juga salah dalam hal ini aku selalu merasa jijik dengan diriku yang tak pernah bisa membenci Tino,perasaan cinta ku padanya begitu besar sehingga aku terlalu naif untuk memaafkan semua kesalahannya dengan begitu mudah.

"Saya gapapa" Kata ku mencoba menenangkan Pangeran yang begitu terlihat emosi.

"Jadilah kekasih saya"

"Hah?"

"Jadilah milik saya"

"Hah?"

"Ayo kita pacaran sya"

"Hah?"

Aku terus membeo karena pernyataan Pangeran yang tak masuk akal,aku bukannya tak mengerti hanya ini terlalu cepat mengingat waktu pertemuan ku dengan Pangeran yang bisa dibilang singkat.

"Akan saya pastikan mata mu yang indah ini tak akan mengeluarkan berliannya" Ucap Pangeran lagi dengan mengelus mata ku dengan lembut.

Oh god! Katakan apa yang harus aku lakukan ini terlalu cepat dan aku sedikit marah pada hati ku yang lagi-lagi dengan mudah merasa tersanjung dengan ucapan Pangeran.

"Bagaimana?" Tanya Pangeran meminta kepastian.

Aku menelan ludah ku dengan susah payah,dengan pemikiran yang matang.

ASYATINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang