BAGIAN 10

36 8 0
                                    

~Author

Asya berjalan dikoridor kampus sambil membawa setumpuk kardus yang berisi barang-barang perlengkapan senam.Hari ini Asya resmi keluar dari kampusnya.

Banyak teman-teman yang menanyakan tentang kenapa dia keluar dari kampus atau dunia perolahragaan tapi,Asya hanya menjawab dengan kalimat tidak papa.

Asya menatap bus para Atlet yang baru saja sampai dikampusnya,Asya berhenti sejenak saat ia melihat Tino turun dari bus Asya sangat ingin berlari kearahnya dan memeluk Tino erat namun Asya sadar dia tidak berhak atas semua itu lagi.

Mata mereka pun bertemu saling tatap namun tidak saling bicara sama halnya dengan Asya Tino pun merindukan Asya,Tino juga ingin sekali memeluk Asya dan bertanya apakah Asya baik-baik saja?

"ASYA!"

Asya menoleh kesumber suara dan menemukan Mara yang baru saja keluar dari pintu bus yang sama dengan Tino, Mara melambaikan tangan pada Asya yang dibalas dengan senyum simpul dari Asya.

Mara berlari kearah Asya dan memeluknya erat padahal saat ini Asya tengah membawa kardus yang lumayan berat namun memang dasarnya Mara tidak tau kondisi.

"Gue rindu lo banget tau ga!" Ucap Mara sambil melepaskan pelukannya.

"Cuman seminggu"

"Seminggu tanpa lo itu berat tau gue ga kuat"

"Jijik"

Mara hanya terkekeh melihat wajah Asya seandainya Mara seorang laki-laki Mara yakin bahwa dia akan sangat mencintai Asya,bagaimana tidak Asya adalah wanita yang apa adanya,tulus,perhatian,didukung dengan wajahnya yang natural sehingga menambah kesan manisnya.

"Lo bener mau keluar sya?"

Mara melihat kardus yang Asya bawa
Mara ingin sekali tahu ada masalah apa sebenarnya namun Mara tahu saat ini Asya enggan terbuka padanya.

"Gue baru aja keluar"

"Ada apa si?!"

"Gue kepo banget" lanjut Mara.

"Diroofdop aja"

"Okei"

Mara menarik tangan Asya untuk pergi ke roofdop Asya hanya pasrah namun sebelum itu Asya menengok kebelakang dan tidak menemukan Tino lagi disana.

Setelah sampai diroofdop Asya dan Mara duduk bersebelahan,Asya meletakan kardusnya dibawah kursi.

"Cepet cerita" Ucap Mara duduk miring agar dapat menatap wajah Asya.

"Gue pengecut ra"

Asya menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong baginya sulit sekali terbuka pada orang lain padahal dia sudah lama kenal dengan Mara.

"Maksudnya?"

"Kita putus Ra"

"Siapa yang putus si!?"

"Gue sama Tino"

Mara terkejut dengan ucapan Asya mana mungkin pasangan fenomenal dikampus ini berpisah.

"Serius?"

"Gue malah berharap ini cuman bercanda gue berharap tiba-tiba Tino dateng dan bilang kalo ini cuman kejutan hari eniversery kita yang ke 4 tahun tapi, itu cuman harapan gue doang Ra. Disaat gue natap dia dia gak lagi natap gue matanya gak memandang gue dengan cinta lagi, semuanya berubah kenapa bisa!" Ucap Asya panjang lebar diiringi dengan air mata.

Mara memeluk Asya dari samping dan menyalurkan kekuatannya.

"Yang sabar ya"

"Katanya Tino ga akan ninggalin gue tapi, pada akhirnya dia nyerah.Seandainya gue ga minta kepastian dari dia mungkin sekarang gue masih bareng dia"

ASYATINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang