BAGIAN 25

39 7 3
                                    

Author~

"Sebenernya lo mau bawa gue kemana si?" Tanya Asya yang sudah keberapa kalinya pada Bagas yang masih terus menarik tangan Asya.

Tidak menggubris pertanyaan Asya Bagas terus berjalan cepat melewati sekerumunan orang-orang dengan satu tangan mencekram tangan Asya erat.

Setelah sampai disebuah tenda putih yang sengaja disiapkan untuk tempat istirahat keluarga inti,Bagas melepaskan tangan Asya.

Kemudian Asya menatap bingung disekelilingnya.Asya tidak bisa membaca raut wajah orang-orang yang berada disini.

"Ini ada apa?" Bisik Asya pada Bagas disebelahnya.

"Sttttt" Desis Bagas sambil meletakan jari telunjuk dibibirnya.

"Ehemmm"

Deheman Stephen Ayah Tino mampu membuat semua orang yang berada ditenda tersebut menoleh kepadanya.Termasuk Asya.

"Jadi begini...kami mau meminta bantuan kamu Sya boleh?" Tanya Stephen sedikit ragu.

"Haa?bantuan apa?" Bingung Asya.

"Hmmm jadi gini...Bunga maksud saya mobil yang dikendarai keluarga Bunga menuju kesini mengalami kecelakaan dan sampai sekarang kami belum mendapat kabar" Jelas Stephen menunduk sedih.

"Astagfirullah...lalu Tino?" Tanya Asya karena sejak tadi tidak melihat Tino.

"Tino dan ibunya serta Andre pergi ketempat kecelakaan itu terjadi sementara itu acara ini harus tetap dimulai bukan?" Jawab Stephen.

"Maksudnya" Tanya Asya tak mengerti.

"Duh lama biar saya yang jelasin om,jadi gini Sya sekarang kan ngga ada Bunga dan juga Tino yang harus melaksanakan acara pertunangan ini dan om Stephen mau minta bantuan kita untuk menggantikan Bunga dan Tino" Jelas Bagas panjang lebar.

"Maksud lo? Kita berdua tunangan?"

"Iya Sya demi Tino"

"Saya mohon nak Asya" Ucap Stephen memohon.

"Tapi om emang ngga bisa acaranya dibatalin aja?" Ucap Asya.

"Ngga bisa Sya karena disini banyak tamu penting serta kolega-kolega perusahaan om,om malu kalo pertunangan ini tidak terjadi"

Asya diam sebentar dia tidak tahu harus melakukan apa disatu sisi ia tidak tega tapi disisi lain ia sangat merasa terbebani dia fikir setelah pertunangan ini tidak ada lagi hal yang akan terjadi menyangkut tentang Tino tapi,ternyata sebaliknya.

"Ayolah Sya cuman pasang cincin udah selesai ngga lebih" Ucap Bagas masih meyakinkan Asya.

"Yaudah deh tapi,nanti lo yang jelasin ke Pangeran" Sahut Asya terpaksa.

"Siap bos" Ucap Bagas dan Stephen bersamaan.

Akhirnya seluruh anggota keluarga Tino yang berada ditenda tersebut dapat bernafas lega karena mereka bisa menjaga nama baik keluarga mereka dengan mengorbankan orang lain.

"Cek..cek 123... Baiklah setelah menunggu sedikit lama akhirnya acara ini akan segera dimulai untuk menambah semangat kami minta tepuk tangannya" Ucap Mc semangat.

Kompak seluruh tamu tepuk tangan dengan kencang.

"Akhirnya dimulai juga" Ucap Mara sambil menyenderkan kepalanya dibahu Faro.

"Asya mana ya Mar ko lama?" Ucap Pangeran yang duduk disebelah Mara.

"Eh iya yah dia kemana?" Ucap Mara kembali duduk normal sambil mengecek ponselnya.

"Dari tadi gue line ngga dibls" Sahut Faro menunjukan ponselnya.

"Hpnya di gue" Jawab Pangeran menunjukan ponsel Asya.

"Bego is" Ucap Mara menjitak pala Pangeran.

"Apaan si lu!"

"Diem! Itu Asya..." Ucap Faro menghentikan aksi adu mulut dua bersodara itu sambil menunjuk arah panggung.

"Asya kok?" Ucap Mara melihat panggung dan tak mampu berkata apa-apa lagi.

Sementara dipanggung Bagas dan Asya sedang memasangkan cicin dimasing-masing jari pasangan, kemudian seluruh tamu sontak tepuk tangan tanpa mereka tahu bahwa Bagas bukanlah Tino dan Asya bukanlah Bunga karena Mc yang sengaja memalsukan identitas mereka.

"Ran lo kok diem aja" Kesal Mara karena sejak tadi Pangeran hanya diam tanpa menunjukan ekspresi apapun.

Tanpa berkata apapun Pangeran berdiri dari duduknya kemudian pergi keluar dan berjalan cepat menuju parkiran mobilnya.

"PANGERAN!!!" Teriak Asya mampu menghentikan langkah Pangeran.

Pangeran pun membalikan badannya menghadap Asya dilihatnya Asya yang mengunakan gaun putih panjang serta bandu bunga dikepalanya tak lupa cincin mutiara dicari manisnya.

"Tunggu aku" Ucap Asya sambil berlari kencang dengan kedua tangan mengangkat gaunnya agar memudahkannya berlari.

Sesampainya dihadapan Pangeran Asya langsung memeluk Pangeran dengan erat menenggelamkan kepanya didada Pangeran.

"Aku bisa jelasin" Ucap Asya tanpa melepas pelukannya.

"Apa?" Tanya Pangeran melepaskan pelukan Asya.

"Aku terpaksa ngelakuin ini karena Ayah Tino yang meminta" Ucap Asya sambil menatap Pangeran.

"Terus kamu mau?"

"Aku sudah nolak tapi mereka gamau dengar lagi pula setelah ini aku bisa langsung batalkan pertunangannya" Jelas Asya berusaha meyakinkan Pangeran.

"Kamu bodoh tau ngga?" Sahut Pangeran kesal.

"Maksud kamu?"

"Sya gini ya kamu dan Tino sudah selesai ayolah Sya kenapa kamu selalu ada disetiap peristiwa yang menyangkut Tino Kenapa?!" Ucap Pangeran frustasi.

Asya hanya dapat menunduk tidak tahu harus merespon apa menurut Asya Pangeran tidak seharusnya berkata demikian bagaimanapun Tino pernah mengisi hati Asya selama bertahun-tahun wajar kalo Asya masih berada disetiap peristiwa yang dialami Tino.

"Kalo sudah seperti ini kamu hanya bisa menunduk kan?" Tanya Pangeran jengkel.

"Terus aku harus apa,aku kan sudah bilang aku bisa langsung batalkan pertunangan ini"

"Ngga semudah itu Sya disana banyak orang yang datang mereka lihat muka kamu dan mereka pasti akan mengingat kamu sebagai tunangan Bagas bukan pacar aku meski yang mereka tahu nama kamu Bunga tapi tetap saja itu wajah kamu dan kamu orangnya" Jelas Pangeran.

Untuk pertama kali selama mengenal Pangeran Asya baru pertama kali mendengar Pangeran berbicara sepanjang itu sungguh Asya terharu dia rela membuang tenaganya untuk berbicara sepanjang itu,tidak ucap Asya dalam hati sambil memfokuskan dirinya kembali pada pembahasan ini.

"Aku ngga kepikiran sampai situ maaf" Sahut Asya merasa bersalah.

"Sya aku capek" Ucap Pangeran melepaskan genggaman tangan Asya.

"Maksud kamu?"

"Sya kenapa selalu kamu yang ngalah sih?kenapa selalu kamu yang minta maaf? dan kenapa kamu selalu menurut sama semua hal tentang Tino?"

"Aku ngga tau" Sahut Asya menggelengkan kepalanya.

Dengan perlahan Pangeran memeluk Asya dan membiarkan bajunya bahas oleh air mata Asya.

"Aku sayang kamu aku gamau kamu selalu ngalah kamu perempuan hebat Sya dan aku bangga bisa mencintaimu walau aku tahu hati kamu masih bukan untuk aku" Bisik Pangeran tepat ditelinga Asya.

Dan hal tersebut membuat Asya semakin deras menitihkan air matanya.

-----------

Hai gaes!!

Selalu diingatkan untuk vote:)

Dan jangan lupa baca cerita baru dari saya yaitu "Aventura de Amor"
Bisa langsung di cek cek cek!!!

ASYATINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang