BAGIAN 5

31 9 0
                                    

~author

Setelah pulang latihan Asya dan Tino pergi ke kafe yang biasa mereka datangi.

Selama diperjalanan hanya keheningan yang menemani masing masing dari mereka, seolah mereka orang baru yang tidak saling mengenal.

Perasaan Asya tidak karuan dia sangat gugup padahal dia tidak tau apa yang dia takuti sekarang, hanya bicara setelah itu selesai.

Tapi,Asya merasa ada yang beda dengan Tino, aura Tino sekarang begitu dingin tak tersentuh.

Setelah sampai diparkiran kafe Asya dan Tino pun turun, tidak ada lagi Tino yang membukakan pintu mobil untuk Asya.

Asya semakin yakin bahwa hubungannya setelah ini tidak akan baik baik saja.

Setelah duduk dan memesan makanan mereka masih saling diam tidak ada yang berniat membuka obrolan.

"Makan dulu" hanya itu yang Tino ucapkan.

Setelahnya mereka makan tanpa ada yang bicara begitu mengasingkan.

"Langsung aja" ucap Asya yang tidak tahan dengan keadaan ini.

"Makannan mu belom abis Asya" balas Tino seraya mengelap bibirnya dengan tisu karena, memang Tino telah selesai makan.

"Aku uda kenyang!" Kesabaran Asya sudah habis dia tidak tahan lagi dengan keanehan ini.

"Aku gak bisa kayak Andre sya" mulai Tino dengan tatapan sendu.

"Siapa yang minta kamu kayak Andre?"

"Aku tau kamu pengen banget aku kayak Andre"

Asya tidak menyangka Tino tau bahwa dia ingin Tino yang seperti Andre. Asya meresa begitu egois.

"Maaf" ucap Asya merasa bersalah.

"Gpp itu wajar" sanggah Tino sambil tersenyum tulus kearah Asya.

"Aku mau ngomong serius sama kamu sya" lanjut Tino serius namun ada keraguan dimatanya saat akan melanjutkan perkataannya.

"Ngomong aja" Asya mencoba menetralkan detak jantungnya yang tidak karuan.

"Aku ga akan bisa pindah keagama kamu"

"Aku tau" potong Asya karena merasa bosan dengan kalimat seperti ini.

"Kamu mau pindah keagama ku sya?" Tanya Tino yang langsung membuat Asya menatap tak percaya dengan apa yang diucapkan Tino barusan.

"Kamu gila? Apa yang bakal mamah dan kakak ku katakan nantinya, seandainya mereka setuju dengan yang aku lakukan aku tetap tidak akan pernah mau meninggal agama ku" ucap Asya sambil meneteskan air matanya karena merasa tidak sanggup dengan semuanya.

Untungnya mereka duduk di bangku paling pojok yang jarang dilalui orang orang.

"Kamu dengan agama mu dan aku dengan agamaku, kita ga akan bisa bersama sya"

"Apa ga bisa kita terus terusan kayak gini aja? Menjalin hubungan tanpa ada komitmen aku rasa itu tidak buruk" lanjut Tino tanpa rasa bersalah.

Tino tidak tau betapa terkejutnya Asya akan sikap Tino saat ini.

"Tino kamu mau tau? Dalam agamaku berpacaran sangat dilarang" kata Asya.

"Kenapa kamu gak pernah bilang?"

"Karena kalo aku bilang kamu gaakan nembak aku yakan?" Jawab Asya.

Tino memang sangat menghormati agama Asya oleh sebab itu sekali saja Asya bercerita tentang agamanya yang tidak boleh melakukan ini atau itu Tino akan langsung mengikutinya.

ASYATINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang