(yang belum 21+ dimohon kesadarannya buat skip cerita ini 😊)
Dia mencium keningku saat akan beranjak dari kostku. Suatu hal yang membuatku agak tercengang. Membuat hatiku menjadi gila. Ini salah? Ya aku tahu ini sangat salah. Dimana dia sudah mempunyai seorang istri bernama Tina dan seorang anak bernama Rizky. Dia adalah seorang laki-laki berumur 30 tahun, yang menyenangkan, setidaknya buatku. Kadang dia bisa menjadi seorang yang sangat bijaksana di depan rekan-rekannya, dan mendadak menjadi lelaki paling humoris saat berdua denganku. Namanya Hanung.
Dan aku adalah Rini, salah seorang marketing di sebuah perusahaan kecil di kota Malang. Mukaku tidak cantik, hanya kebanyakan orang mengatakan aku manis dengan muka sangat "Jawa" , yang menjadi daya tarik sendiri dalam diriku. Kemampuanku berbicara menjadikanku salah seorang marketing mumpuni.
Sudah 8 bulan aku dekat dengannya, setelah lama aku tolak rayuan dia.
"Rin, jalan yuk. Mumpung weekend nih," ajaknya saat awal-awal kita sering chatting.
"Duh mas Hanung, lain kali deh. Kerjaan Rini banyak banget. Sorry ya," kataku menolak ajakan dia. Selalu saja aku tolak ajakan dia agar aku bisa bekerja sama dengannya tanpa beban apapun.Aku selalu menolak ajakan dia untuk jalan, hingga suatu malam secara tidak sengaja aku makan ditempat yang sama dengannya. Mau tidak mau aku menyapa dan makan di satu meja. Akhirnya dia menawarkan untuk mengantarkanku pulang. Aku tidak bisa menolak karena memang hari sudah malam dan badanku rasanya sangat penat. Kami pulang bersama dan dia mengantarkanku sampai kost. Jam menunjukkan pukul 20.30.
"Mas, mau mampir ke kost Rini?" tanyaku tanpa kusadari.
"Loh emang boleh Rin?" jawabnya balik bertanya.
"Boleh aja sih asal ga ketahuan, atau kita bakal diarak keliling kampung," selorohku pada Hanung.
"Baiklah, aku parkirkan mobil dulu. Aku menyusul,' tukasnya.
Aku berjalan masuk setelah sebelumnya memberitahu letak kamarku. Aku memang sendirian di kota Malang ini. Pacarpun aku tak punya. Orang tua jauh ada di Brebes. Hari-hariku cuma dihabiskan untuk kerja, selebihnya aku di kost.Aku masuk ke kamarku yang lumayan besar untuk ukuran kamar kost di Malang. Aku merapikan sedikit kamarku yang sudah beberapa hari tidak ku bereskan. Mejaku penuh pekerjaan yang ku bawa pulang, dan laptop yang masih terbuka, gelas kopi masih tergeletak kering disebelahnya. Aku masih merutuki ajakanku ke Hanung. "Setan apa ini?" rutukku dalam hati.
Tak lama Hanung mengetok kamar kostku. Aku bukakan pintu dan dia langsung duduk di kursi meja kerjaku. Dia menyalakan rokok dan melirik dokumen yang aku bawa pulang.
"Kau bawa kerjaan pulang Rin?"
"Iya mas. Kadang di kantor tidak sempat mengerjakan laporan. Aku pusing kalau laporan menumpuk,"
"Ada yang bisa kubantu?" tanyanya.
"Emmmm.. ada sih. Tapi apa ga ngrepoti mas? Udah malam juga, kapan kelarnya? Mas harus pulang kan?" kataku memberi alasan.
"Soal gampang. Aku barusan sudah whatsaap istriku bahwa aku lembur dikantor," katanya memandangku.
Aku berjalan mendekatinya. "Baiklah, dia mungkin bisa membantu sedikit laporan yang membuatku pening ini," batinku dalam hati. Aku memang kurang suka mengerjakan laporan, aku lebih suka menghadapi klien. Dan soal laporan, Hanung memang jago karena dia sudah 8 tahun bercokol di bagian pembukuan kantor kami."Aku harus membuat laporan bulanan mas. Nah masalahnya aku jarang sekali membuat laporan harian. Makanya aku bingung," kataku sambil duduk dikursi sebelahnya.
"Oke, jadi mana berkas yang masuk ke bagian marketing bulan ini?" tanyanya.
"Aku menunjukkan semua berkas yang masuk dari keungan," aku menyerahkan map biru tua itu. Dari berkas keuangan kita bisa tahu apa saja pekerjaan yang masuk bulan itu melalu bagian marketing.
Hanung meneliti berkas yang ku sodorkan padanya. Dia nampak serius sampai rokoknya dia acuhkan. Aku membuka laci dan mengeluarkan sebungkus rokok juga. Hanung menoleh dengan kaget. Melihatku tajam beberapa detik.
"Kau merokok juga?" tanyanya penuh heran.
"Iya, kenapa? Kaget?" jawabku acuh.
"Iyalah kaget. Kau perempuan. Sudah lama?"
"Sudah sejak kuliah, tapi tidak ada yang tau. Aku sembunyi-sembunyi kalau mau ngerokok. Ga berani dikantor juga hahahaha..." tawaku jujur.
"Okelah, jangan sekali-kali merokok dikantor atau di depan orang lain. Jaga nama baikmu." nasehatnya.
"Iyaaaaa mas," jawabku sambil menyalakan rokokku.Kami mengerjakan laporan bersama sampai tidak terasa sudah jam 00.30. Berkas-berkas tertata rapi di mejaku, karena Hanung orangnya sangat teliti dan rapi. Mataku sudah sangat lengket waktu itu karena malam sebelumnya aku hanya tidur 3 jam.
"Sana tidur duluan, aku akan menyelesaikan laporanmu ini biar bisa diberikan pada Pak Anton." katanya. "Kalau sudah selesai aku akan pulang," imbuhnya.
"Ga apa-apa? Ini kan laporanku."
"Ga apa-apa, aku sudah terbiasa begadang kok. Sana tidur. Besok kamu harus masuk pagi kan?"
"Baiklah," jawabku sambil menuju ke kasur. Aku sudah sangat ngantuk. Aku merebahkan tubuhku di kasurku yang empuk ini. Macam surga, bertemu kasur dengan bantal sekaligus gulingnya sangat melenakan. Macam dekapan Hanung...Aku kaget saat mendapati suara orang mendengkur disebelahku. Aku sempat berpikir itu setan penunggu kost. Aku balikkan badan dan aku mendapati Hanung tidur disebelahku! Aku sempat kaget dan bingung saat itu.
Kami tidur sekasur berdua. Dia tidur menghadap keatas dan tangan dilipat serta satu kaki menumpu pada satu kaki yang lain. Aku merapatkan tubuhku ke tembok, agar tidak berdempetan dengan Hanung. Maklumlah kasur anak kost seberapa sih, cuma ukuran single. Hanung agak terganggu dengan gerakanku. Dia membuka sedikit matanya.
"Aku mengganggumu? Kau kelihatan panik," tanya Hanung dengan suara serak orang baru bangun tidur.
"Kenapa kau tidur disini?" tanyaku.
"Sudah malam Rin, tadi aku selesai jam 1 pagi." Dia lalu mengecek jam tangannya, "masih setengah tiga, ayo kita tidur lagi."
Jantungku berdegup kencang. Walau ini bukan yang pertama aku tidur dengan laki-laki tapi ini Hanung, laki-laki yang memang sudah ku taksir tapi aku tahan demi profesinal kerja. Aku mengumpat suara jantungku yang tidak tenang itu. Aku takut Hanung mendengarnya.
"Apa istrimu tidak mencarimu?" aku masih membuka pembicaraan.
"Aku tadi sudah pamit Rin. Aku sudah biasa lembur kan. Dan malam ini pun aku juga mengerjakan kerjaan kantor kita juga bukan?" tanyanya sambil memandangku.
"Ah entahlah, tapi ku pikir salah kalau kau tidur disini," jelasku.
"Lalu kenapa kau mengajakku ke kostmu tadi?" Hanung seakan memojokkanku.Aku cuma melongo tidak bisa menjawab pertanyaannya. Dia mendekatkan tubuhnya ke tubuhku yang sudah aku pepetkan ke tembok dalam posisi miring tapi menghadap ke Hanung. Aku bingung harus bagaimana. Hanung mulai mendekatkan bibirnya ke bibirku, dan gilanya aku tidak menolak hal itu!
"Ini yang kamu mau kan Rin?" tanyanya berbisik di bibirku. Aku tak menanggapi pertanyaan itu. Sepertinya ketidak penolakanku sudah menjadi jawaban yang memuaskan Hanung.Desir darah yang rasanya sangat gila itu menjalari tubuhku. Aku terlena dengan sentuhan tangan Hanung. Semua mendadak terasa nikmat, semua ini melenakan. Akupun membalas ciuman Hanung lebih lebih bergelora lagi.
Kami tertidur setelah lewat waktu adzan Subuh. Aku tidur dilengannya dengan hanya selimut tipis yang menutupi badan kami berdua. Udara dingin kota Malang sepertinya tidak mempan menusuk kami pagi Subuh itu.
"Ah, nyaman sekali ternyata tidur di lengan Hanung," kataku dalam hati. Kami tidur dalam posisi berpelukan. Telapak tangannya berada di rambutku, sebelum dia tertidur sambil mengelus-elus kepalaku. Rasanya hangat dan menyenangkan. Aku melihatnya terpejam dan damai sekali wajah itu, macam anak balita yang tidak ada beban. Aku tertidur dengan memandang wajah Hanung.Jam 6 pagi, alaramku berbunyi. Aku membuka mataku yang masih mengantuk. Hanung juga terjaga saat mendengar bunyi alarm handphoneku yang berisik. Kami tersenyum dan berciuman agak lama, setelah tersadar bahwa jam 8 pagi kami harus sudah berada di kantor kami melepaskan bibir kami dan tertawa terkekeh bersama.
Hanung mengenakan kembali kemeja yang dikenakannya semalam. Aku sempat tidak rela dia harus pulang. "Ah seandainya ini weekend!" kataku kesal dalam hati.
Pandangan kesalku tak luput dari penglihatan Hanung. Sesaat setelah dia membuka pintu, dia menghentikan pintu ditengah-tengah sehingga pintunya hanya setengah terbuka. Dia menarikku ke belakang pintu tempat dimana dia berada. Dia memelukku dan mencium keningku. Hatiku sungguh terbang dan tidak dapat dijelaskan. Aku melingkarkan lenganku ke pinggangnya.
"Aku sayang kamu Rin, taukah kamu sudah berapa lama aku memikirkan bisa memelukmu seperti ini? Hampir membuatku gila setiap kali melihatmu mondar mandir di kantor," bisiknya ditelingaku, menimbulkan sensasi geli yang gila.Aku tersenyum, "Oh ya? Kalau begitu, kau harus memelukku lagi lain kali," kataku nakal. Hanung mencium keningku sekali lagi. Meninggalkanku yang berdiri termenung di kamarku. Memikirkan kejadian gila subuh tadi.
"Apa aku sudah gila? Hanung sudah punya istri," batiku. Namun aku menepisnya, "Ah, tapi biarlah, siapa yang bisa melawan perasaan?" kataku dalam hati sambil tersenyum bahagia.Dimulailah perjalanan gilaku dengan Hanung.
--------------
By : Chintya Stefany
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMU
RomanceDimulailah suatu petualangan indah nan menyakitkan ketika Rini menyambut Hanung masuk dalam kehidupannya. Rini ingin memliki Hanung seutuhnya, di satu sisi Tina sebagai istri sah Hanung masih menghantui petualangan gila Hanung dan Rini. Akankah Rin...