Siang itu udara dingin kota Malang bagai mengolok dua orang penuh dosa yang sedang melakukan kebusukan tak termaafkan. Menyemangati mereka untuk lebih meresapi kenikmatan sesat nan sesaat. Entah setan apa yang telah meracuni mereka. Hilangkah akal sehat mereka? Mungkin saja. Tapi nafsu bisa merubah hal yang busuk menjadi terlihat indah walau hanya semu.
Wanita itu mengambil pakaian yang tercecer di lantai. Rasa perih diantara kedua kaki indahnya tidak dihiraukan. Dia tidak menyesalinya, dia lebih menyesali dengan siapa dia tidur siang itu. Rasa menghianati terlalu besar untuk digambarkan dengan kata-kata sekalipun. Dia menoleh pada laki-laki yang sedang membetulkan resleting celana itu. Entah mengapa dia bisa tergoda melakukan hal sekeji ini, mungkin iblis telah melakukan tugasnya dengan baik.
Laki-laki itu menoleh, “Jangan sampai orang lain tahu, biarkan ini menjadi rahasia kita saja.” Tina hanya mengangguk. Tatapannya masih tajam seperti biasa. Namun Tina menyukai tatapan tajam dan suara dalam yang bagai menyentuhnya bahkan sebelum tangan itu sempat menggerayangi tubuhnya dalam kenikmatan.##########
Hanung menatap Tina tidak percaya. Dia tidak menyangka bahwa perempuan di depannya ini bisa mempunyai pikiran senista itu. Bahkan mendengar pengakuan Tina tentang kehamilannya saja itu sudah sangat mengecewakan, apalagi mengetahui bahwa Tina akan menggugurkan kandungannya. Dia berharap Tina salah ucap saja.
“Kau bilang apa?” Tanya Hanung dengan muka tidak percaya.
“Aku bilang antarkan aku menggugurkannnya. Aku kemarin sudah browsing dan menemukan beberapa alamat, aku ingin kesana untuk memastikan.” Kata Tina pelan.
“Kau tahu, mendengarmu hamil saja aku kecewa dan sekarang aku harus tahu bahwa kau akan menggugurkan kandunganmu? Apa kau waras?”
“Aku tidak punya pilihan, Nung.” Tina menjawab lemah.
“Kau punya. Bahkan dari awal kau punya. Namun entah setan apa yang menggodamu sampai kau setolol itu. Dimana akal sehatmu?” Suara Hanung mulai meninggi.
“Iya, memang aku tolol jatuh cinta pada laki-laki itu. Tapi aku tidak pernah tergila-gila seperti ini sebelumnya. Bahkan padamu sekalipun.”
“Lalu kenapa kau mencintainya? Ini cinta atau nafsu? Dan kau dengan naifnya memintaku untuk bertanggung jawab? Menyentuhmu pun aku tidak pernah!” Suara Hanung tinggi. Rumah bercat biru itu hanya mendengarkan tanpa bisa berkata-kata. Rumah itu sudah mengetahui dosa apa yang berlaku selama ini dan memilih diam tanpa bisa melarang.
“Ini cinta, Nung. Aku yakin.”
“Cinta tai kucing! Kalau kau cinta dia, kejarlah! Minta dia untuk bertanggung jawab!” kegusaran Hanung memuncak. Tina mulai terisak kembali.
“Kau tidak berpikir? Kalau semua orang tahu ini anak siapa, tamatlah riwayatku.” Kata Tina.
“Nah kenapa kau tidak berpikir seperti itu sebelum tidur dengannya?!”
“Hanung, semua terjadi begitu saja.” Tina membela diri. Hanung hanya diam tidak habis pikir dengan sahabatnya ini. Otaknya selalu encer dan nilainya selalu bagus, namun entah mengapa dia begitu tolol tidur dengan suami orang. Tidak masalah lah tidur dengan laki-laki lain, tapi setidaknya jangan dengan laki-laki beristri ini.
“Aku benar-benar tidak ingin terlibat dengan hal ini. Skripsi saja membuatku pusing. Aku tidak mau terlibat dalam urusan pelikmu. Ini perangmu, jadi berperanglah sendiri.” Hanung berdiri, berniat akan menyudahi pembicaraan tolol ini.
“Aku mohon, Nung. Tolong aku. Kau sahabatku. Semua orang tidak akan curiga kalau ini anakmu karena kita sering bersama.” Tina mencoba memohon sekali lagi.
“Aku kecewa karena kau akan menjadikanku tumbal. Terlebih aku kecewa setelah tahu bahwa itu anak...” Suara Hanung terputus saat pintu depan terbuka, ibu Tina mengucapkan salam. Tina cepat-cepat menghapus bekas air mata dengan lengan baju dan menghampiri ibunya.###########
Kantin yang terletak disamping taman begitu sejuk walau matahari tidak tersembunyi dibalik awan. Di taman itu terdapat beberapa pohon besar yang tidak pernah diusik keberadaanya, sehingga pohon-pohon itu selalu memberikan kesejukan dihari yang terik. Semilir angin yang menghampiri pori-pori menghantarkan rasa kantuk setelah perut terisi penuh. Dikantin itu hanya menyisakan beberapa orang ketika waktu makan siang hampir selesai. Rini dan Hanung ada diantaranya.
“Nung, bagaimana laporan bulanan? Bagaimana rupa bos besar saat membacanya?” tanya Ilham, anak buah Hanung. Semua yang ada di kantin memandang kearah Hanung, karena bukan rahasia lagi, bahwa pembukaan kantor cabang dibeberapa tempat membuat keuangan perusahaan agak kurang stabil, walau semuanya masih dalam taraf sangat aman.
“Mukanya langsung kusut bagai sprei pengantin baru. Hahaha...” Jawab Hanung sambil tertawa, diikuti tawa berderai yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMU
RomanceDimulailah suatu petualangan indah nan menyakitkan ketika Rini menyambut Hanung masuk dalam kehidupannya. Rini ingin memliki Hanung seutuhnya, di satu sisi Tina sebagai istri sah Hanung masih menghantui petualangan gila Hanung dan Rini. Akankah Rin...