SEMU (4)

6K 134 0
                                    

#SEMU (4)

(Dimohon kesadarannya untuk yang dibawah 21+ untuk skip cerita ini)

Seminggu berlalu di Jogja. Administrsi dengan segala perintilannya selesai dan hanya tinggal pembayaran-pembayaran untuk sewa hal-hal kecil yang masih menjadi PR. Otakku yang dasarnya tidak suka hal-hal berbau berkas menjadi sangat diforsir selama seminggu ini. Kadang pulang ke homestay aku sudah langsung terlalap tidur tanpa mandi, hingga akhirnya Hanung mengetuk kamarku dan kami tidur berdua sampai subuh, sebelum teman-teman menyadari tingkah nakal kami.

#####

Hari ini Senin dan deadline pekerjaanku semakin mengejar. Aku agak tidak nyaman dikantor karena harus bertatap muka dengan Hanung, aku masih suka salah tingkah seperti anak kemarin sore, padahal Hanung sangat bisa mengontrol emosinya. Kadang aku berpikir apakah Hanung sungguh-sunguh punya perasaan denganku atau tidak karena dia bisa bertemu denganku di kantor dengan sikap yang seperti dulu. Berbeda denganku.

"Rin, surat perjanjian kerja PT. Suci Mandiri berikan ke Joni bagian keungan, biar bisa di buat laporan ke keuangan. Ditunggu segera ya," kata Hanung formal di tengah-tengah pintu ruang kerjaku.

Aku kaget mendengar suaranya yang dalam itu, tak sengaja tempat pensil di sebelah lengan tersenggol dan jatuh. Aku salah tingkah.

"Iya, Pak. Nanti aku berikan ke Joni," kataku agak gugup sambil mengambil pensil yang berserakan di lantai. Saat kudongakkan kepala, Hanung mengerlingkan mata kirinya dan menutup pintu kembali. Hatiku mencelos. Dia membuatku berantakan di hari Senin ini.

Terdengar dering dari dalam tas. Aku buka pesan whatsappnya. Nama Hanung berada di pesan teratas. Ku buka pesannya.

"Kau mau pulang bareng? Ayo makan ayam bakar di dekat kostmu,"

"Aku malas. Aku ingin segera tidur nanti malam. Badanku sakit semua. Aku sedang PMS,"

"Wow lagi galak dong ya? Ga boleh diganggu atau aku bakalan dicakar,"

Aku tidak membalas pesan terakhir itu. Aku meletakkan handphone diatas meja, aku kembali mengecek surat penawaran yang akan aku bawa ke klien. Kumasukkan semua berkas itu dalam map dan aku beranjak dari kantor. Pak Anton ternyata tidak bisa ikut meeting denganku karena dia harus menghadiri rapat direksi. Jadilah aku berangkat seorang diri dengan memesan ojek online.

"Setidaknya aku tidak akan melihat Hanung beberapa sejenak," batinku.

Hingga sore aku tidak dikantor dan memutuskan tidak pulang ke kantor untuk absen karena seluruh badanku terasa ngilu. Aku sudah menghubungi managerku Pak Anton dan dia memperbolehkan untuk langsung pulang ke kost.

Sesampainya di kost, aku hanya merebahkan badan. Aku hanya membalas "aku sudah di kost. Capek." pada pesan Hanung yang menanyaiku dimana waktu maghrib tadi. Aku tidak mandi dan mengganti pakaian kantorku. Aku hanya ingin beristirahat. Aku sedang tidak ingin bercinta ataupun memikirkan bagaimana Hanung bisa setenang itu di kantor. Terlalu melelahkan untuk saat ini.

"Aku hanya ingin tidur," desisku. Aku menutupkan mata dan terlelap tidur.

Aku terbangun karena perutku sangat sakit dan berlari ke kamar mandi. Ternyata aku menstruasi. Aku bernafas lega, "Huft, untung saja mens." Mengingat kami tidak menggunakan pengaman apa-apa sejak awal.

Aku duduk di kursi kamar dan menyalakan rokok filter yang masih penuh. Jam di dinding menjukkan pukul 01.00 dini hari. Perutku mulai sangat sakit dan ngilu. Aku mengoleskan minyak kayu putih yang masih penuh itu sedikit demi sedikit ke perut dan punggung. Berharap bisa menghalau sedikit rasa sakit dan ngilunya. Satu jam berlalu dan rasa sakitnya masih sama. Ku buka laci bagian kanan meja, tidak ada paracetamol disana. "Ah kenapa bisa kehabisan?" ucapku kesal.

SEMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang