SEMU 3

7K 119 2
                                    

(Mohon kesadarannya yang belum 21+ untuk skip cerita ini 😊)

Kantor kami menyewa sebuah homestay di daerah Sorosutan, Umbulharjo. Rumah yang agak besar untuk tim kami yang berjumlah 6 orang. Aku, Hanung, Leo, Indah, Hakim dan sudah tentu Manager keungan Pak Jefry. Kami mendapat tugas untuk cek lokasi pembukaan cabang kantor baru dan menyelesaikan urusan administratifnya di daerah Jogja. Kami sampai di Jogja pukul 3 sore pada hari Sabtu.

Ada 7 kamar di rumah ini dan kebetulan aku mendapat kamar paling pojok. Mirip hotel bintang 5 homestay ini. Sangat besar dan berlantai dua. Aku merebahkan diri di kamarku. Penat sekali rasanya duduk berjam-jam di mobil. Pantatku panas dan punggungku pegal. Saat aku sudah setengah tertidur, pintu kamarku diketuk. Aku membuka mata dan berjalan dengan setengah hati. Kubuka daun pintu yang berwarna hitam. Nampak muka Pak Jefry.

"Rin, kau mau nitip makanan apa? Indah dan Leo akan keluar membeli makanan."

"Ah apa ya? Aku nurut ajalah Pak. Aku ga repot kok makannya," jawabku singkat.

"Baiklah, tidur sana, matamu sayu banget,"

"Pakkkk... Saya sudah bermimpi dapat duit semilyar saat Bapak ketuk pintu tadi. Hahaha..." selorohku sambil tertawa.

"Bagi dua ya Rin, hahaha.." Pak Jefri menimpali sambil berlalu.

Aku menutup pintunya. Baru saja duduk dikasur, pintu diketuk lagi. "Ah ya ampun Pak Jefry, kan udah kubilang aku nurut saja, kenapa masih ngetok lagi?" ucapku sebal. Aku membuka pintu dan Hanung langsung masuk tanpa permisi. Dia langsung mendorongku mundur dan mengunci pintunya. Aku kaget dan hanya melongo saja melihat tingkah laki-laki ini.

"Kau sedang apa? Enak ya kamarmu. Kamarku dilantai dua." Hanung membalikkan badannya dan memandangku.

"Kenapa kau bengong begitu, Rin?"

"Kau kurang waras? Kenapa kau kesini? Gimana kalau ada yang lihat? Mau kita dipecat? Ayo.. ayo keluar..  Aku mengantuk, mau tidur. Badanku sakit semua." kataku sambil berbisik dan setengah menyeret tangan dia.

"Mana yang pegal? Aku pijitin ya. Sini aku kelonin kalau mau tidur,"

Aku memandang Hanung tidak percaya. Tapi dia sudah menyeretku balik ke kasur. "Ah sialan, belum cukupkah tadi malam?" umpatku dalam hati tapi aku tidak melawan.

Kami merebahkan diri. Hanung memelukku dari belakang dan memijit punggungku. Bukannya mengantuk, aku malah tambah terjaga.

"Mas, bagaimana aku bisa mengantuk kalau pijitanmu seperti ini?"

"Loh, salah ya Rin pijitanku?"

"Ah kau menggodaku," kataku sambil membalikkan badan ke arah Hanung. Hanung tersenyum dan mencium bibirku dengan beringas. Rasa lelahku seakan menguap entah kemana. Kalau tahu begini cara mengatasi rasa lelah, mungkin tukang pijit tidak laku lagi.

Tepat setelah Hanung membuka celananya, terdengar dering dari saku jelana jeans itu. Hanung menghentikan gerakannya, dia meraih celana itu dan mengambil handphone di sakunya. Ada nama Tina di layar, dia menunjukkan layarnya ke dekat mukaku. Aku meraih handphone itu. Hanung sudah akan protes.

"Kau milikku seminggu ini, Mas. Tidak ada interupsi dari siapapun. Aku tidak perduli dia istrimu, kau sudah berjanji." ujarku sambil menyelipkan handphone itu dibawah punggungku yang tidak mengenakan apa-apa.

"Kau mulai nakal ya, Rin," kata Hanung sambil berlutut di bawah perutku.

"Kau mau handphonemu? Coba buat aku meminta ampun,"

"Baiklah, lihat saja nanti," "kata Hanung sambil memajukan badannya dan membuatku langsung memejamkan mata dan sedikit membuka bibirku. Dia membuktikan kata-katanya. Aku memang meminta ampun diakhir permainan.

SEMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang